Turki Adili 20 Petinggi Arab Saudi secara ”In Absentia”
›
Turki Adili 20 Petinggi Arab...
Iklan
Turki Adili 20 Petinggi Arab Saudi secara ”In Absentia”
Otoritas hukum Turki menggelar sidang secara ”in absentia” terkait kasus pembunuhan terhadap jurnalis Arab Saudi, Jamal Khashoggi, yang terjadi di Istanbul, Turki, pada 2 Oktober 2018.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
ISTANBUL, JUMAT —Pengadilan Turki menggelar sidang in absentia terhadap 20 petinggi Arab Saudi, termasuk dua mantan asisten putra mahkota Pangeran Mohammed bin Salman, karena terlibat dalam pembunuhan penulis di harian The Washington Post, Jamal Khashoggi. Pembunuhan itu diduga dilakukan di kantor Konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki, pada 2 Oktober 2018.
Dalam sidang, Jumat (3/7/2020), jaksa penuntut Turki menyatakan, Wakil Ketua Intelijen Arab Saudi Ahmed al-Assiri dan mantan penasihat pengadilan kerajaan, Saud al-Qahtani, memimpin operasi itu dan memberikan perintah kepada tim pembunuh Arab Saudi. Keduanya didakwa ”menghasut pembunuhan mengerikan dan penyiksaan” pada Maret lalu.
Ke-18 tersangka lain, termasuk agen intelijen Maher Mutreb, yang sering bepergian ke luar negeri dengan putra mahkota; ahli forensik Salah al-Tubaigy; dan anggota pasukan penjaga kerajaan Arab Saudi, Fahad al-Balawi; didakwa ”sengaja membunuh dengan kejam dan penyiksaan”. Mereka sengaja dikirim ke Turki untuk membunuh Khashoggi.
Khashoggi (59), pada waktu itu, datang ke konsulat untuk mengurus dokumen yang dibutuhkan dalam proses pernikahannya dengan perempuan Turki, Hatice Cengiz. Selain ke-20 orang itu, jaksa penuntut juga sudah mengeluarkan surat perintah penangkapan bagi para tersangka yang tidak berada di Turki.
Teman dekat Khashoggi dan penasihat partai berkuasa Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Yasin Aktay, hadir dalam sidang itu. Erdogan pernah mengatakan, perintah pembunuhan Khashoggi itu datang dari ”tingkatan tertinggi” di pemerintahan Arab Saudi. Namun, ia tak pernah menuduh Pangeran Mohammed secara langsung.
Tak menyerah
Cengiz berharap sidang ini akan bisa melacak keberadaan jasad Khashoggi serta semua bukti yang menunjukkan keterlibatan para pelaku dan dalang di balik pembunuhan ini. ”Saya akan tetap kejar siapa pun yang bertanggung jawab atas pembunuhan Khashoggi. Saya tidak akan menyerah,” ujarnya sebelum sidang dimulai.
Teknisi lokal yang bekerja di konsulat, Zeki Demir, dalam sidang mengatakan, pada hari Khashoggi dibunuh, ia dipanggil ke kompleks perumahan konsulat yang berdekatan dengan kantor konsulat. ”Ada lima atau enam orang di sana. Mereka minta saya hidupkan oven. Suasananya seperti panik,” ujarnya.
Berdasarkan berkas dakwaan, Demir mengaku melihat banyak tusuk sate. Ia juga menyadari, marmer yang ada di sekeliling oven berbeda warnanya seperti baru saja dibersihkan dengan bahan kimia.
Selama proses penyelidikan, kejaksaan Istanbul menyelidiki semua bukti terkait tersangka pelaku dan korban, seperti data telepon, keberadaan para tersangka di konsulat, laptop Khashoggi, dua telepon, dan Ipad.
Akibat kasus Khashoggi ini, hubungan bilateral antara Turki dan Arab Saudi memburuk. Keduanya juga masih berseberangan dalam isu perang Libya.
Pada Desember lalu, pengadilan Arab Saudi mendakwa lima tersangka dengan hukuman mati dan tiga tersangka dengan hukuman penjara dalam kasus Khashoggi. Namun, keluarga Khashoggi kemudian menyatakan sudah memaafkan para pembunuh sehingga hukuman bagi para tersangka ditangguhkan sesuai hukum Arab Saudi.
Pelapor khusus tentang eksekusi di luar proses hukum di PBB, Agnes Callamard, berharap sidang di Istanbul akan kembali meramaikan kasus ini dan memperkuat argumen perlunya sanksi terhadap Riyadh atau penggunaan yurisdiksi universal yang dapat menangkap para tersangka jika mereka bepergian ke luar negeri. ”Proses hukum di lingkungan yang kompleks seperti ini memang tak mudah. Tetapi, proses sekarang ini akan bermanfaat untuk masa depan ketika kasusnya lebih pelik,” ujarnya. (REUTERS/AFP/AP)