Setelah Uji Coba, Karantina Pertanian Surabaya Implementasikan Layanan Satu Pintu Terintegrasi
›
Setelah Uji Coba, Karantina...
Iklan
Setelah Uji Coba, Karantina Pertanian Surabaya Implementasikan Layanan Satu Pintu Terintegrasi
Karantina Pertanian Surabaya implementasikan layanan satu pintu yang mengintegrasikan kepabeanan dengan kekarantinaan di Terminal Petikemas Surabaya mulai Selasa (7/7/2020) setelah melakukan uji coba hampir dua pekan.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Karantina Pertanian Surabaya mengimplementasikan layanan satu pintu yang mengintegrasikan kepabeanan dengan kekarantinaan di Terminal Petikemas Surabaya, Jawa Timur, mulai Selasa (7/7/2020). Layanan ini diuji coba hampir dua pekan untuk memperbaiki kendala di lapangan.
Kepala Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya Musyaffak Fauzi mengatakan, sistem layanan satu pintu atau sistem single submission (SSm) di Terminal Petikemas Surabaya (TPS) memberikan banyak kemudahan bagi perusahaan pengurus jasa kepabeanan (PPJK). Contohnya, mereka cukup mengakses satu portal untuk pengajuan dokumen kepabeanan dan kekarantinaan.
”Selain itu, pada saat realisasi impor, pemeriksaan barang dilakukan bersama atau joint inspection sehingga memudahkan importir dalam mengurus perizinan dan mengurangi biaya penanganan peti kemas,” ujar Musyaffak Fauzi.
Peti kemas akan langsung diperiksa oleh petugas dari karantina pertanian dan bea cukai pada lokasi dan waktu yang sama. Hal itu seperti yang dilakukan saat pemeriksaan peti kemas impor minyak wijen sebanyak 18,5 ton dari India, Selasa. Pemeriksaan dilakukan oleh BBKP Surabaya, Bea Cukai Tanjung Perak, BKIPM Surabaya, Pelindo III, serta Lembaga National Single Window (LNSW).
Selain itu, pada saat realisasi impor, pemeriksaan barang dilakukan bersama atau joint inspection sehingga memudahkan importir dalam mengurus perizinan dan mengurangi biaya penanganan peti kemas. (Musyaffak Fauzi)
Selain memudahkan pengurusan izin dan memangkas biaya penanganan di lapangan, implementasi layanan satu pintu yang terintegrasi ini juga mampu mempercepat waktu. Alasannya, tidak ada repetisi pengajuan permohonan dan duplikasi dokumen persyaratan.
Sebelumnya, pengguna jasa pengiriman barang harus melaporkan dokumen barang yang dikirimnya ke Karantina Pertanian Surabaya dan Bea Cukai Tanjung Perak secara terpisah. Masing-masing instansi juga akan melakukan inspeksi atau pengecekan sendiri sehingga memakan waktu lama.
Musyaffak menambahkan, inovasi layanan ini diharapkan turut serta menciptakan iklim usaha dan investasi yang semakin baik di Jawa Timur. Perbaikan iklim usaha itu diharapkan berdampak pada meningkatkan daya saing pelaku usaha. Selain itu, pengelolaan logistik di Pelabuhan Tanjung Perak juga menjadi lebih transparan, efisien, dan efektif.
Sementara itu, Kepala Badan Karantina Pertanian Kementan Ali Jamil menambahkan, penerapan layanan satu pintu yang mengintegrasikan karantina dengan kepabeanan di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya ini merupakan yang kedua. Sebelumnya, layanan serupa diimplementasikan di Semarang, Jawa Tengah.
”Layanan ini akan diperluas secara bertahap di 45 pelabuhan laut di Indonesia yang telah terintegrasi dengan sistem national single window (NSW),” kata Ali Jamil.
Menurut Jamil, SSm merupakan bentuk tindak lanjut dari Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2020 tentang Penataan Ekosistem Logistik Nasional. Dengan adanya kebijakan itu, layanan diharapkan semakin cepat dan efisien sehingga baik arus barang ekspor maupun impor semakin lancar dan pada akhirnya daya saing produk pun meningkat.
Berdasarkan rilis Kementan, ekspor komoditas pertanian sejak Januari hingga pertengahan Juni mencapai 998,1 ton atau meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebanyak 812,3 ton. Ekspor komoditas pertanian tetap berjalan di tengah pandemi Covid-19 yang berdampak pada sektor ekonomi.
Dari Jatim ada komoditas baru, yakni daun talas dan konjac atau tepung porang yang memiliki prospek bagus di pasar internasional. Pada 25 Juni lalu, misalnya, Mentan Syahrul Yasin Limpo melepas sembilan komoditas pertanian dengan berat 2.190 ton ke sejumlah negara.
Ragam komoditasnya antara lain 121,8 ton tepung porang senilai Rp 3,3 miliar ke Thailand dan daun talas sebanyak 5,6 ton atau senilai Rp 55,5 juta ke Australia. Selain itu, juga ada tepung kakao, sarang burung walet, dan pakan ayam ke 17 negara tujuan lainnya.