Ledakan Kasus Covid-19 di Kabupaten Bekasi Bukan dari Jalur Pantura
›
Ledakan Kasus Covid-19 di...
Iklan
Ledakan Kasus Covid-19 di Kabupaten Bekasi Bukan dari Jalur Pantura
Kasus Covid-19 dari jalur pantura Jawa di Kabupaten Bekasi tergolong minim. Dari total 285 kasus yang terkonfirmasi, sumbangan dari jalur pantura hanya 2 persen.
Oleh
STEFANUS ATO
·3 menit baca
BEKASI, KOMPAS — Penularan di jalur pantai utara Jawa di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, tak berdampak signifikan pada keseluruhan kasus Covid-19 di kabupaten tersebut. Meski demikian, pada masa pembatasan sosial berskala besar proporsional, pengawasan terhadap pendatang dari pantura Jawa akan jadi perhatian khusus pemerintah daerah.
Data dari laman pikokabsi.bekasikab.go.id, Rabu (8/7/2020), jumlah keseluruhan kasus positif Covid-19 di Kabupaten Bekasi 285 kasus. Rinciannya, 226 kasus sembuh, 20 orang meninggal, dan 39 orang masih dirawat.
”Penularan dari jalur pantura tidak besar. Dari total 285 kasus, penyumbang dari jalur pantura hanya sekitar 2 persen,” kata juru bicara Gugus Tugas Covid-19 Kabupaten Bekasi, Alamsyah, Rabu sore, saat dihubungi dari Jakarta.
Data dari Gugus Tugas Covid-19 Kabupaten Bekasi sejalan dengan temuan kasus positif Covid-19 Laporcovid19.org di jalur pantura Jawa Barat (Jabar). Epidemiolog Laporcovid19.org, Iqbal Elyazar, mengatakan, kasus Covid-19 di pantura Jabar tak setinggi kasus Covid-19 di pantura Jatim. Ini terjadi karena ada kemungkinan setelah dari Semarang ada jalur tol yang mengurangi mobilitas orang antarwilayah di kota-kota pantura Jawa Barat (Kompas, 8/7/2020).
”Di wilayah kami, potensi dari jalur pantura itu adanya di Terminal Bus Kalijaya dan stasiun kereta api. Misalnya, Stasiun Tambun, Cibitung, Cikarang, dan Lemah Abang,” ucap Alamsyah.
Tes masif
Antisipasi di tempat-tempat publik, terutama sarana transportasi publik di masa PSBB proporsional, dilaksanakan dengan tes masif. Sebab, pembatasan kedatangan orang dengan menempatkan petugas berjaga di perbatasan sudah dibubarkan sejak awal Juni 2020.
”Dulu masih PSBB, terminal dan stasiun ada petugas pemeriksaan. Setelah dibubarkan, fokus kami lebih ke tes masif usap tenggorokan di stasiun dan terminal,” ucapnya.
Pengawasan terhadap pendatang yang lolos dari pemantauan di stasiun dan terminal kini bergeser ke kampung-kampung. Setiap warga bersama perangkat RT dan RW mengawasi pendatang baru di setiap wilayahnya.
”Ada program Mang Jaka (Masyarakat Jaga Kampung). Jadi, masyarakat masing-masing menjaga kampungnya, jika ada warga luar wajib lapor ke pengurus RT atau RW,” kata Alamsyah.
Kondisi Karawang
Sementara itu, juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Karawang, Fitra Hergyana, mengatakan, mayoritas kasus Covid-19 di Karawang menyerang para milenial dan tanpa gejala. Umurnya berkisar 14-45 tahun. Kondisi mereka tampak baik-baik dari luar, tidak menunjukkan gejala khusus.
Masih ditemukannya kasus tanpa gejala di Karawang menunjukkan masih ada orang-orang yang terinfeksi Covid-19, tetapi belum terdeteksi. Hal tersebut dipicu oleh pergerakan warga yang sangat tinggi dan masih banyak warga yang belum disiplin.
Berdasarkan pantauan Sabtu-Senin (4-6 Juli 2020) di sekitar Kecamatan Cikampek, Kecamatan Klari, hingga berbatasan dengan Subang, tampak sejumlah warga masih berkerumun dan tidak menggunakan masker. Bahkan, beberapa pedagang juga melayani pembeli tanpa menggunakan masker dan penutup wajah.
Selain tanpa gejala, sumber penularan yang susah diketahui cukup menyulitkan Dinkes Karawang melacak secara detail. Sebagian sumber penularan Covid-19 diketahui berdasarkan pengakuan pasien yang menyebutkan tidak ada riwayat perjalanan ke luar kota atau kontak fisik dengan pasien positif Covid-19. Beberapa ditelusuri saat menjalani perawatan di fasilitas kesehatan, ada yang dirawat karena gejala awal demam berdarah dengue dan tindakan sunat.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Karawang Nanik Jodjana sebelumnya menyampaikan tidak mudah bagi pihaknya menelusuri sumber penularan kasus-kasus tersebut atau terjadi transmisi lokal. Upaya penelusuran dilakukan segera dengan memeriksa orang-orang yang kontak erat dengan pasien di keluarga, lingkungan tempat tinggal, dan tempat kerja.