Akses Internet Terbatas, Musi Banyuasin Terapkan Belajar Kelompok
›
Akses Internet Terbatas, Musi ...
Iklan
Akses Internet Terbatas, Musi Banyuasin Terapkan Belajar Kelompok
Karena keterbatasan jaringan akses internet, Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin tidak menerapkan pendidikan jarak jauh secara daring, tetapi dengan membagi siswa dalam beberapa kelompok belajar.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
SEKAYU, KOMPAS — Karena keterbatasan akses internet, Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin tidak menerapkan pembelajaran jarak jauh secara daring tetapi membagi siswa dalam beberapa kelompok belajar. Metode itu mulai dikenalkan saat siswa menghadiri masa pengenalan lingkungan sekolah yang akan dilaksanakan hingga tiga hari ke depan.
Hal ini disampaikan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Musi Banyuasin, Musni Wijaya, Senin (13/7/2020). Keputusan ini dibuat berdasarkan hasil evaluasi pembelajaran jarak jauh (PJJ) secara daring yang dilaksanakan sebelum tahun ajaran baru. Hasil evaluasi menunjukkan masih ditemukan sejumlah kendala yang berkaitan dengan akses internet. ”Jaringan internet di Kabupaten Musi Banyuasin belum optimal,” kata Husrni.
Bahkan di Sekayu yang merupakan ibu kota kabupaten, cakupan internetnya baru 40 persen dari total wilayah. Memang sudah ada internet di seluruh desa, tetapi kapasitasnya belum memadai. Internet masih menjadi keluhan sejumlah siswa dan orangtua siswa.
Selain itu, ada kendala kemampuan orangtua murid dalam menyediakan perangkat pemelajaran. Tidak semua orangtua murid di Musi Banyuasin memiliki perangkat memadai. ”Jangan sampai karena sistem pembelajaran daring, malah membebani masyarakat,” ucapnya.
Untuk itu, ujar Musni, PJJ akan dilaksanakan dengan sistem belajar kelompok. Pada hari Senin-Selasa, guru ke sekolah untuk menyiapkan bahan ajar dan melakukan penilaian dari hasil kegiatan belajar-mengajar sebelumnya. Adapun pada Rabu-Sabtu, guru akan berada di lapangan dan bertemu langsung dengan siswa.
Di dalam setiap kelompok ada lima siswa. Nantinya, guru akan mendatangi kelompok belajar itu dan melakukan kegiatan belajar-mengajar secara bertatap muka. ”Tentu dengan menerapkan protokol kesehatan,” ucapnya. Siswa yang mengalami gangguan kesehatan tidak diperbolehkan mengikuti kegiatan belajar-mengajar.
Kegiatan ini pun akan diawasi koordinator wilayah agar semuanya dapat sesuai standar protokol kesehatan. Metode pembelajaran juga akan terus dievaluasi. ”Kami akan melihat pelaksanaannya dalam tiga minggu ke depan. Jika dinilai baik, akan dilanjutkan. Sebaliknya, jika ditemukan kendala, akan segera dibenahi,” ungkap Musni.
Metode belajar-mengajar itu sudah mulai dikenalkan kepada siswa pada masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS). MPLS hanya dilakukan selama tiga hari, yakni Senin sampai Rabu (15/7/2020). Penerapan MPLS di sekolah, lanjut Musni, bertujuan agar siswa dapat mengenal lingkungan sekolah dan teman-teman sekelasnya lebih dekat.
Dalam pelaksanaannya, siswa diwajibkan untuk melaksanakan protokol kesehatan, yakni mengenakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. ”Jendela ruang kelas pun dibuka semua untuk memperlancar sirkulasi udara,” ucap Musni. Agar tidak terjadi kerumunan di sekolah, siswa yang datang dibagi dalam beberapa gelombang berdasarkan kelas.
Sekarang guru harus datang ke sekolah agar mereka bisa menggunakan fasilitas di sekolah.
Sekretaris Dinas Pendidikan Sumatera Selatan Marko Ginta menuturkan sebagian besar sekolah di Sumsel masih melakukan PJJ secara daring. Bedanya, sekarang guru harus datang ke sekolah agar mereka bisa menggunakan fasilitas di sekolah untuk melaksanakan kegiatan belajar-mengajar secara daring.
Adapun untuk daerah yang memiliki keterbatasan jaringan internet dapat menerapkan metode luar daring (luring). Terkait pelaksanaannya, ada pedoman dari pemerintah provinsi, tetapi tetap dalam pengawasan ketat gugus tugas di setiap sekolah dan wilayah.
Untuk daerah yang sudah zona hijau, seperti Ogan Komering Ulu Selatan dan Musi Rawas Utara, sudah bisa melakukan pembelajaran tatap muka. Namun pembelajaran juga harus mengikuti protokol kesehatan yang ditetapkan. Misalnya, ada pembatasan siswa dalam satu ruangan, cuci tangan, dan wajib mengenakan masker.
Marko mengakui sistem pembelajaran daring ini tentu tidak akan seoptimal pembelajaran secara tatap muka, tetapi dia berharap siswa dapat menyerap materi yang disampaikan dan dapat terlindungi dari risiko penularan Covid-19.
Juru Bicara Percepatan Penanganan Covid-19 Sumatera Selatan Yusri mengatakan, kebijakan pendidikan secara tatap muka dikembalikan pada aturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta kepala daerah masing-masing wilayah. Namun, kalaupun ada aktivitas belajar mengajar secara tatap muka harus menjalankan protokol kesehatan secara ketat walaupun itu berada di zona hijau.
Yusri mengatakan, sampai saat ini Covid-19 masih ada di Sumsel, bahkab reproduksi efektif (Rt) diperkirakan masih diatas 1. Untuk itu, masyarakat diminta waspada, terutama untuk golongan lansia dan anak kecil. ”Kedua golongan ini merupakan orang yang paling rentan tertular,” ucapnya.
Hingga saat ini, jumlah kasus positif Covid-19 di Sumsel mencapai 2.703 kasus. Sebanyak 1.439 kasus sudah selesai (1.310 orang sembuh dan 129 orang meninggal dunia). Adapun sebanyak 1.264 orang masih dalam perawatan atau menunggu hasil pemeriksaan laboratorium.