Anak Muda Vietnam Merintis Usaha Baru di Tengah Pandemi
›
Anak Muda Vietnam Merintis...
Iklan
Anak Muda Vietnam Merintis Usaha Baru di Tengah Pandemi
Kantor Statistik Umum Vietnam, semacam Badan Pusat Statistik di Indonesia, baru saja mengumumkan prediksi bahwa ekonomi negara itu akan mengalami kontraksi 3-4 persen.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
Di tengah pandemi, anak muda Vietnam mencoba merintis usaha baru dan selaras dengan kondisi kekinian. Produk yang inovatif, pemain pertama di pasaran, membuat usaha rintisan di Ho Chi Minh, dilirik calon investor.
Le Thanh, sarjana kimia berusia 35 tahun, memutar otak agar bisnisnya tetap selamat di tengah pandemi Covid-19. Perusahaan sepatu label ShoeX miliknya harus tetap berjuang untuk bertahan di tengah merosotnya perekonomian dunia. Pada saat yang sama, dia juga harus menafkahi puluhan karyawannya.
Kantor Statistik Umum Vietnam, semacam Badan Pusat Statistik di Indonesia, baru saja mengumumkan prediksi bahwa ekonomi negara itu akan mengalami kontraksi 3-4 persen. Proyeksi pertumbuhan ekonomi sekitar 7,2 persen pada 2020 ini dipangkas menjadi hanya separuhnya.
Dampak pandemi sudah dirasakan oleh para pekerja. Sebanyak 900.000 pekerja kini menganggur dan 18 juta pekerja lainnya mendapatkan upah lebih kecil daripada sebelum pandemi terjadi.
Apabila kondisi ini tidak membaik, termasuk tidak ada solusi untuk mengaktifkan kembali kegiatan bisnis dan perekonomian, diperkirakan akan ada tambahan 5 juta pekerja lagi yang terdampak.
Thanh memutar otaknya. Dari beberapa ide, yang paling pas dikerjakan di tengah pandemi adalah pivoting, menggeser produk usahanya, dari sepatu ke masker.
Thanh mengatakan, mereka sebenarnya telah mencoba membuat masker ini sejak tahun lalu dan diuji coba di Saigon, salah satu kota besar di Vietnam, sebagai kota yang paling polutif di negara tersebut.
Namun, ide itu baru bisa berjalan di tengah pandemi. Dan, kini, masker yang diberi merek AirX itu mendapat pengakuan dari konsumen mereka.
Selama beberapa bulan terakhir, pesanan dari Amerika Serikat, Uni Eropa, hingga Jepang meroket hingga ratusan ribu. Selain ramah lingkungan, masker ini juga bisa digunakan selama 30 hari.
Tidak hanya Thanh yang mencoba berinovasi di tengah iklim usaha rintisan yang tengah menanjak di Vietnam. Bui Thi Minh Ngoc, salah satu pemilik usaha rintisan GreenLady Vietnam, mencoba menemukan alternatif keberlanjutan produk yang membantu kaum perempuan melewati masa menstruasi bulanan. Dia tengah berupaya mencari kain organik yang tepat untuk bisnis pembalut yang ramah lingkungan.
”Di Vietnam, tidak banyak yang mengkhususkan diri pada produk kesehatan reproduksi atau periode menstruasi perempuan,” kata perempuan berusia 26 tahun itu. Dia mengaku kalau menemukan produk yang cocok itu sulit, tetapi hal itu juga menjadi tantangan.
Banjir investor
Perusahan yang berbasis di kota Ho Chi Minh, yang dirintis Thanh sekitar tiga tahun lalu, dilirik banyak orang karena inovasinya yang tidak biasa. Jenis usaha rintisan di Ho Chi Minh semakin berkembang bak jamur pada musim hujan.
Thanh tidak sendirian. Menurut Eddie Thai, pengusaha modal ventura yang menjadi rekanan sekitar 500 perusahaan rintisan di Ho Chi Minh, perusahaan e-dagang dan perusahaan pembayaran elektronik Vietnam telah dibanjiri dengan ekuitas-ekuitas swasta dalam beberapa tahun terakhir.
Berdasarkan data Cento Ventures, sepanjang 2019, perusahaan rintisan yang bermarkas di Vietnam telah menyedot 18 persen modal yang diinvestasikan di Asia Tenggara atau setara dengan 741 juta dollar Amerika Serikat. Jumlah itu naik 4 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Menurut data lembaga PricewaterhouseCoopers, dalam beberapa tahun terakhir, sektor ini telah menyerap lapangan kerja sekitar 1 juta orang dengan rata-rata pertumbuhan 7-10 persen. Thai mengatakan, meski aturan pemerintah tergolong sulit bagi investor asing, keinginan untuk menanamkan modal di Vietnam sangatlah besar.
Tahun lalu, platform dompet elektronik (e-wallet) populer Vietnam, VNPay, memperoleh suntikan dana hingga 300 juta dollar AS dari Softbank Vision Fund. GIC Wealth Fund Singapura juga mengambil kesepakatan terbesar Asia Tenggara menarik 300 juta dollar AS dari Softbank’s Vision Fund dan GIC Wealth Fund Singapura.
Thai mengatakan, pandemi memang membuat investasi terhenti. Namun, menurut dia, penanganan yang tepat oleh pemerintah, dengan menjadikan Vietnam sebagai salah satu negara yang dinilai berhasil menghadang penyebarluasan Covid-19, membuat negara ini berada pada posisi yang tepat untuk bangkit kembali.
Bahkan, di luar prediksi, lembaga Dana Moneter Internasional memperkirakan ekonomi Vietnam terekspansi 2,7 persen pada kuartal kedua 2020 meski secara umum perekonomian global terpuruk.
Selain memiliki banyak ahli peranti lunak dengan pembiayaan yang lebih kecil dari China atau India, yang menurut PWC nilainya 30 persen lebih rendah daripada India, menjadikan Vietnam sebagai lahan investasi yang menarik.
Keunggulan Vietnam lainnya adalah mereka memahami produk apa yang diinginkan konsumen di negara berkembang.
Kembali ke ruang kantornya di Ho Chi Minh City, penuh dengan profesional muda, Thanh bersemangat dengan antusiasme terhadap budaya awal Vietnam.
”Aku berada di lingkungan yang muda dan menarik ini. Ini mengilhami kita semua,” ujar Thanh. (AFP/REUTES)