Ratusan Penyu Mati dan Terluka akibat Terjebak Sampah Plastik
›
Ratusan Penyu Mati dan Terluka...
Iklan
Ratusan Penyu Mati dan Terluka akibat Terjebak Sampah Plastik
Ratusan penyu laut terlindungi, Olive Ridley, mati dan terluka akibat terjerat sampah plastik di sepanjang pantai Cox’s Bazar, Bangladesh. Penyu yang mati ditemukan dalam kondisi tubuh tidak utuh.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
COX’S BAZAR, KAMIS — Ratusan penyu jenis Olive Ridley, hewan laut yang dilindungi, ditemukan mati dan terluka akibat terjebak dalam lautan sampah plastik di Bangladesh, Rabu (15/7/2020). Puluhan ekor yang terluka diselamatkan, sementara puluhan ekor yang mati dalam kondisi tidak utuh telah dikuburkan.
Pantai Cox’s Bazar, Bangladesh, yang membentang sejauh 120 kilometer itu menjadi saksi bisu dari ratusan penyu yang terjebak dalam lautan sampah plastik. Puluhan penyu yang selamat telah dikembalikan ke laut, tetapi aktivis lingkungan menemukan mereka kembali dalam kondisi lemah di pantai.
Kura-kura Olive Ridley mulai mengapung ke pantai di Cox’s Bazar bersama sejumlah besar botol plastik, jaring ikan, pelampung, dan puing-puing lain. Petugas mengatakan, ada puluhan penyu itu yang mati dan telah dikubur.
”Ini adalah pertama kalinya kami menyaksikan kematian berskala besar, belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Nazmul Huda, Wakil Direktur Departemen Lingkungan setempat, Rabu.
Penyu yang hidup dan sempat dikembalikan ke laut tetapi kembali lagi, menurut Huda, tampak lemah untuk terlalu lama berada di air.
Para aktivis lingkungan dan staf pemerintahan di bidang lingkungan menemukan penyu dalam kondisi terluka, khususnya di bagian kaki, setelah terperangkap di lautan sampah yang diperkirakan mencapai total 50 ton. Penyu yang mati ditemukan dengan kondisi tubuh yang tidak utuh.
”Beberapa penyu tidak memiliki kaki atau kepala,” kata Asaduzzaman Sayem dari kelompok konservasi lokal Darianagar Green Boys.
Mereka juga sempat menyelamatkan seekor penyu seberat 40 kilogram yang terjebak di dalam jaring plastik. Penyu itu, kata Sayem, tidak memiliki kaki.
Pakar penyu terkemuka Bangladesh dari lembaga Creative Conservative Alliance, Shariar Caesar Rahman, mengatakan, penyu Olive Ridley yang masuk dalam daftar Badan Konservasi Dunia (International Union of Conservation for Nature/IUCN) sebagai hewan yang dilindungi itu dalam kondisi sangat tertekan. Kemungkinan mereka tidak akan selamat setelah dibebaskan dari lautan sampah plastik yang mengelilingi mereka.
”Sukarelawan lokal sedang mencoba yang terbaik untuk membebaskan mereka di laut. Tetapi, mengingat cedera penyu ini, kecil kemungkinan mereka akan selamat,” katanya.
Pemerintah sedang menyelidiki mengapa penyu itu datang ke darat dan mengapa terdapat lautan sampah mengelilingi hewan dilindungi tersebut. Dua bangkai penyu telah dikirim ke universitas pemerintah untuk diperiksa.
Rahman mengatakan, ada dua hal yang bisa dilakukan bersama-sama untuk mengurangi atau mencegah kematian hewan ini, yaitu membangun fasilitas rehabilitasi dan konservasi penyu di Cox’s Bazar. Langkah jangka panjang yang lebih luas, menurut Rahman, adalah pengelolaan sampah yang lebih baik di Teluk Benggala dan sekitarnya.
”Kalau kita tidak mengelola polusi di Teluk Benggala, banyak spesies laut ini akan menghadapi nasib serupa,” katanya.
Dikutip dari situs IUCN, meski penyu jenis Olive Ridley ini menjadi penyu yang paling banyak ditemukan jenisnya di seluruh dunia, populasinya terus menurun. Selain karena penangkapan yang masif oleh nelayan sejak 1970-an di banyak wilayah di dunia, penurunan populasi juga terjadi karena konsumsi telur oleh manusia yang semakin masif.
Tidak hanya itu, pembangunan wilayah pantai untuk hunian atau tercemarnya pantai yang biasa menjadi lokasi penyu menetaskan telurnya menjadi penyebab lain berkurangnya populasi hewan ini. (AFP)