Trump Larang TikTok dan WeChat di AS, AS Vs China Mengeras di Ranah Teknologi
›
Trump Larang TikTok dan WeChat...
Iklan
Trump Larang TikTok dan WeChat di AS, AS Vs China Mengeras di Ranah Teknologi
Perintah eksekutif Trump untuk melarang TikTok dan WeChat itu menambah konflik AS-China di bidang teknologi dan keamanan. Perintah itu mulai berlaku dalam 45 hari ke depan.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
NEW YORK, JUMAT -- Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Washington DC, Kamis (6/8/2020) waktu setempat, memerintahkan larangan operasional aplikasi media sosial asal China, TikTok dan WeChat, dengan alasan keamanan. Langkah itu membuat berang Pemerintah China yang menyebut Washington telah melakukan upaya itu sebagai bagian dari manipulasi politik.
Perintah eksekutif Trump itu menambah konflik AS-China di bidang teknologi dan keamanan. Perintah itu mulai berlaku dalam 45 hari ke depan. Washington juga dapat menghapus aplikasi populer itu dari aplikasi Apple Store dan Playstore milik Google di AS.
Sebelumnya, Trump mengancam dengan tenggat waktu 15 September untuk "menutup" TikTok di AS. Langkah itu akan dilakukan, kecuali Microsoft Corp atau perusahaan lain membeli perusahaan aplikasi itu.
Kementerian Luar Negeri China langsung menentang langkah terbaru Washington itu. Namun, sejauh ini Beijing tidak memberikan indikasi apakah akan membalas tindakan tersebut atau tidak. TikTok dimiliki oleh ByteDance Ltd. yang bermarkas di Beijing. Aplikasi itu populer dengan video pendek-pendek dan menarik. Perusahaan tersebut mengatakan memiliki 100 juta pengguna di AS dan ratusan juta lainnya di seluruh dunia.
Pemerintahan Trump telah berulang kali menyampaikan keluhannya bahwa layanan media sosial China dapat memberikan informasi pribadi warga AS pengguna aplikasi media sosial tersebut kepada otoritas China. Namun, sejauh ini Washington maupun Trump tidak memberikan bukti bahwa TikTok melakukan itu.
Dalam sebuah pernyataan, TikTok menyatakan terkejut atas perintah Trump itu. TikTok menyatakan tidak pernah melanggar hukum AS. Perusahaan itu mengatakan tidak menyimpan data pengguna AS di China dan tidak pernah memberikannya ke Beijing atau menyensor konten atas permintaan pemerintah. TikTok mengatakan telah menghabiskan hampir satu tahun untuk mencoba mencapai "solusi konstruktif" atas polemik itu.
Namun, menurut pihak TikTok, pemerintahan Trump "tidak memperhatikan fakta-fakta terkait hal itu". Otoritas AS juga dinilai kurang kooperatif. TikTok mengatakan akan mencari semua solusi yang tersedia guna memastikan perusahaan dan penggunanya "diperlakukan dengan adil". Sedangkan pemilik WeChat, Tencent, raksasa teknologi Asia, dan Microsoft menolak berkomentar.
Pada Rabu (5/8) lalu, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengumumkan perluasan tindakan keras AS terhadap sektor teknologi China. Hal itu termasuk melarang aplikasi China dari gerai aplikasi-aplikasi di AS.
Manipulasi politik
Kemlu China menuduh Washington melakukan "manipulasi politik". Beijing mengatakan, langkah itu akan merugikan perusahaan dan konsumen AS. "Amerika Serikat menggunakan keamanan nasional sebagai alasan, seringkali menyalahgunakan kekuasaan nasional dan secara tidak masuk akal menekan perusahaan dari negara lain," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin.
“Ini adalah tindakan hegemonik langsung. China dengan tegas menentangnya."
Wang, yang tidak menyebut nama TikTok atau perusahaan lain, meminta pemerintahan Trump untuk "memperbaiki kesalahannya". Ia tidak memberikan indikasi, bagaimana Beijing akan merespons tindakan Washington.
Perintah Trump mengatakan, aplikasi milik China "mengancam keamanan nasional, kebijakan luar negeri, dan ekonomi Amerika Serikat." Mereka mengutip Undang-Undang Kekuatan Ekonomi Darurat Internasional dan Undang-Undang Keadaan Darurat Nasional dan menyerukan Menteri Perdagangan untuk menetapkan transaksi yang dilarang sejak 15 September.
WeChat, dikenal dalam bahasa China sebagai Weixin, adalah aplikasi olah pesan yang sangat populer yang ditautkan ke keuangan dan layanan lainnya. WeChat memiliki lebih dari 1 miliar pengguna. Di seluruh dunia, banyak orang keturunan China menggunakan aplikasi WeChat untuk tetap berhubungan dengan teman dan keluarga serta untuk menjalankan bisnis di daratan China.
Di China, WeChat disensor dan diharapkan mematuhi pembatasan konten yang ditetapkan oleh otoritas. Kelompok pengawas internet Citizen Lab di Toronto mengatakan, WeChat memantau file dan gambar yang dibagikan di luar negeri untuk membantu penyensorannya di China. Adapun Tencent Holdings Ltd. juga memiliki bagian atau semua perusahaan game besar, seperti Epic Games, Fortnite, dan Riot Games, yang berada di belakang League of Legends.
Pemerintahan Trump terlibat dalam perang tarif dengan China terkait ambisi teknologi Beijing. Washington telah memblokir akuisisi beberapa aset AS oleh pembeli China dan telah memutus sebagian besar akses ke komponen Amerika dan teknologi lainnya untuk Huawei Technologies Ltd. Peretas yang didukung China telah disalahkan karena melanggar database federal AS dan agen kredit Equifax.
Di China, PKC membatasi apa yang dapat dilakukan perusahaan teknologi asing dan memblokir akses ke mesin pencari Google, Facebook, Twitter, dan media sosial lainnya. Langkah itu dilakukan bersama dengan ribuan situs web yang dioperasikan oleh organisasi berita dan hak asasi manusia, pro-demokrasi, dan kelompok aktivis lainnya. (AP/AFP)