Ekonomi Syariah Diperkuat Melalui Digitalisasi dan Pondok Pesantren
›
Ekonomi Syariah Diperkuat...
Iklan
Ekonomi Syariah Diperkuat Melalui Digitalisasi dan Pondok Pesantren
Di tengah pandemi Covid-19, ekosistem ekonomi syariah diperkuat, baik melalui digitalisasi maupun pelibatan pondok pesantren. Pertumbuhan inklusi keuangan dan ekonomi disasar.
Oleh
dimas waraditya nugraha/hendriyo widi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Adaptasi normal baru menjadi peluang bagi ekonomi syariah, terutama industri produk halal, untuk berkembang di tengah pandemi Covid-19. Peluang ini bisa digarap secara optimal jika para pelaku ekonomi syariah mulai memanfaatkan teknologi digital dalam bisnis mereka.
Wakil Presiden Ma’ruf Amin menyatakan hal itu dalam pembukaan Festival Ekonomi Syarian Indonesia (ISEF) 2020 secara daring, Jumat (7/8/2020). Pada tahun ini, ISEF mengangkat tema ”Mutual Empowerment in Accelerating Sharia Economic Growth through Promoting Halal Industries for Global Prosperity”. Acara yang dimotori Bank Indonesia (BI) ini akan digelar secara virtual dari 7 Agustus dan akan memuncak pada 27-31 Oktober 2020.
Menurut Ma’ruf, pandemi Covid-19 bisa menjadi momentum tepat bagi pelaku ekonomi dan keuangan syariah untuk mengubah fokus bisnis menjadi serba digital. Pergeseran ini penting agar keberlangsungan kegiatan ekonomi syariah tetap berjalan di tengah krisis kesehatan.
”Pelaku ekonomi dan keuangan syariah harus mengembangkan skema transaksi secara daring. Ini mutlak diperlukan karena pandemi mengubah gaya hidup mayoritas masyarakat,” ujarnya.
Pelaku ekonomi dan keuangan syariah harus mengembangkan skema transaksi secara daring. Ini mutlak diperlukan karena pandemi mengubah gaya hidup mayoritas masyarakat.
Situasi ini, lanjut Ma’ruf, juga bisa menjadi momentum bagi pelaku ekonomi syariah mengembangkan produk halal sehingga bisa masuk dalam rantai pasok global. Pelaku ekonomi syariah perlu terus melihat peluang-peluang bisnis selama pandemi, di antaranya produk-produk yang berhubungan dengan kesehatan.
”Adaptasi adalah kunci untuk bertahan. Pelaku ekonomi dan keuangan syariah perlu beradaptasi mengikuti perubahan yang sedang terjadi agar tidak tertinggal,” ujarnya.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, bidang ekonomi dan keuangan syariah harus memaksimalkan peran teknologi dan digital di setiap ekosistem dari hulu ke hilir melalui pengembangan rantai nilai halal. ”Di tengah pandemi, sinergi ekonomi keuangan syariah terus ditingkatkan. Bukan menurunkan, melainkan memperluas jangkauan pasar produk syariah,” ujarnya.
Perry menyebutkan, digitalisasi ekonomi syariah, baik dalam industri jasa keuangan maupun industri lain, seperti pakaian, kosmetik, pariwisata, serta makanan dan minuman, perlu ditingkatkan. Peran teknologi pada industri 4.0 ini memiliki banyak keuntungan, salah satunya mempercepat akselerasi dan kolaborasi dengan berbagai industri halal.
Pemerintah juga mengimplementasikan perkuatan ekosistem ini melalui pengembangan ekonomi dan keuangan syariah berbasis pondok pesantren. Tujuannya adalah membentuk unit layanan keuangan syariah (ULKS) yang terdiri dari agen bank syariah, agen pegadaian syariah, agen fintech syariah yang terintegrasi dengan unit pengumpul zakat (UPZ), dan halal centre pondok pesantren di pondok pesantren.
Potensi pondok pesantren yang berjumlah 28.194 dan besarnya jumlah penduduk Muslim merupakan peluang untuk meningkatkan inklusi keuangan syariah. Hingga 2024, program ini dapat terealisasi di 3.300 pondok pesantren.
Survei Otoritas Jasa Keuangan pada 2019 menunjukkan, Indeks Keuangan Inklusif nasional sebesar 76,19 persen atau sudah melebihi target tahun tersebut yang sebesar 75 persen. Namun, indeks inklusi keuangan syariah justru turun dari 11,1 persen pada 2016 menjadi 9,1 persen pada 2019.
Ketua Umum Dewan Kerajinan Nasional Indonesia Wury Ma’ruf Amin mengatakan, edukasi dan literasi keuangan syariah adalah salah satu bagian dari implementasi ekosistem pengembangan ekonomi dan keuangan syariah berbasis pondok pesantren.
”Program ini diharapkan dapat meningkatkan inklusi dan literasi keuangan syariah, serta mendukung upaya pemulihan ekonomi nasional menghadapi Covid-19,” ujarnya dalam seminar daring ”Edukasi Dan Literasi Keuangan Syariah bagi Usaha Mikro Kecil Jawa Timur dan Pondok Pesantren Mitra Barisan Ulama Muda Indonesia (BUMI)”, Kamis.
Program ini diharapkan dapat meningkatkan inklusi dan literasi keuangan syariah, serta mendukung upaya pemulihan ekonomi nasional menghadapi Covid-19.
Direktur Bisnis Ritel dan Jaringan Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah Iwan Abdi menambahkan, BNI akan mendukung implementasi ekosistem ekonomi dan keuangan syariah di pondok pesantren. Salah satunya dengan layanan perbankan syariah.
Melalui Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Nuansa Umat Jawa Timur, pada 2020, BNI Syariah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 25 miliar kepada lebih dari 100 UMKM, termasuk di antaranya UMKM perempuan di lingkungan pesantren dengan usaha kerajinan tangan.