Konflik Armenia-Azerbaijan Membawa Banyak Korban Jiwa
›
Konflik Armenia-Azerbaijan...
Iklan
Konflik Armenia-Azerbaijan Membawa Banyak Korban Jiwa
Parlemen Azerbaijan menetapkan keadaan perang. Pemerintah Armenia juga memberlakukan hukum darurat perang. Semua karena baku tembak di Nagorno-Karabakh. Para pemimpin dunia menyerukan agar kedua pihak berunding.
Oleh
Kris Mada
·4 menit baca
BAKU, SENIN — Konflik bersenjata di Nagorno-Karabakh, daerah pegunungan yang menjadi perbatasan dua negara, Armenia dan Azerbaijan, memicu perintah mobilisasi massa di masing-masing pihak. Hingga Senin (28/9/2020) malam WIB, pertempuran di wilayah perbatasan itu telah menewaskan sedikitnya 68 orang, termasuk sembilan warga sipil—tujuh orang di Azerbaijan dan dua orang di pihak Armenia—serta melukai ratusan orang lainnya.
Para pemimpin dunia, termasuk Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, mengimbau penghentian pertempuran antara dua rival negara bekas Uni Soviet itu. Seruan serupa disampaikan Uni Eropa, Iran, Rusia, Perancis, dan AS. Guterres meminta semua pihak yang bertikai untuk berunding. Terkait hal itu, ia pun menghubungi Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev dan Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan.
Pertempuran hari Senin kemarin merupakan pertempuran hari kedua. Pertempuran dua hari itu disebut yang paling besar setelah tahun 2016 saat sedikitnya 200 orang tewas. Armenia dan Azerbaijan terlibat konflik teritorial, terutama sejak tahun 1990-an ketika Karabakh memproklamasikan kemerdekaannya menyusul perang yang menelan korban jiwa 30.000 orang.
Tak satu pun negara, termasuk Armenia, mengakui kemerdekaan Karabakh atau bernama resmi Artsakh. Komunitas internasional menganggap wilayah Nagorno-Karabakh sebagai bagian dari Azerbaijan. Namun, Armenia terus mendukung pemerintahan sepihak oleh kelompok yang berusaha memisahkan diri dari Azerbaijan itu. Sebagian besar penduduk di wilayah tersebut beretnis Armenia.
Dalam sidang darurat, Senin kemarin, parlemen Azerbaijan menetapkan keadaan perang di Nagorno-Karabakh dan wilayah sekitarnya. Parlemen juga setuju dengan pemberlakuan jam malam di wilayah-wilayah yang telah ditetapkan dalam keadaan perang.
Adapun Armenia mengumumkan pemberlakuan hukum perang dan memerintahkan mobilisasi massa. Seluruh pria dewasa diperintahkan bersiap dan bergabung dengan pasukan cadangan negara itu.
Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan mendesak komunitas internasional memastikan Turki tidak ikut campur dalam masalah Nagorno-Karabakh. Intervensi Ankara bisa membawa dampak yang merusak di kawasan Kaukasus. Pernyataan itu dilontarkan setelah Kementerian Luar Negeri Turki menyatakan, Ankara akan membantu pemerintahan Azerbaijan di Baku mempertahankan wilayahnya. Ankara menuding Pemerintah Armenia di Yerevan sebagai hambatan utama bagi perdamaian kawasan.
Sejak Nagorno-Karabakh memproklamasikan kemerdekaannya, pertempuran senjata antara Armenia dan Azerbaijan telah terjadi berulang kali. Dalam tiga bulan terakhir, ada tiga baku tembak, yakni sekali pada Juli dan selanjutnya pada 21 September. Akhir pekan lalu, meletus lagi pertempuran lebih besar dengan melibatkan aneka persenjataan darat dan udara.
Melawan Turki
Menurut Pemimpin Nagorno-Karabakh, Arayik Harutyunyan, pasukannya tidak hanya berhadapan dengan Azerbaijan, tetapi juga menghadapi Turki. Pasukan Baku dituding menggunakan aneka persenjataan dari Ankara.
”Pesawat F-16 yang sudah siaga di Azerbaijan berbulan-bulan dengan alasan latihan bersama dikerahkan pagi ini. Saya mau menyampaikan pesan pada dunia, bukan Azerbaijan, melainkan Turki melawan Artsakh. Bukan hanya pesawat dan pesawat nirawak, ada pula pasukan darat dan tentara bayaran negara lain,” ujarnya.
Di Ankara, Presiden Turki mengatakan, Armenia harus segera menarik diri dari menduduki teritorial di Azerbaijan, dan kini saatnya menghentikan krisis di wilayah yang ingin memisahkan diri dari Azerbaijan itu. ”Azerbaijan harus menghadapi persoalan itu, suka atau tidak,” kata Erdogan.
”Turki akan terus mendukung Azerbaijan dengan segenap sumber daya dan jiwa,” lanjut Erdogan.
Duta Besar Azerbaijan untuk Turki, Khazar Ibrahim, balik menuding Armenia mengerahkan tentara bayaran dan teroris ke Nagorno-Karabakh. Dalam wawancara dengan media Turki, Anadolu, Ibrahim menyebut ada anggota Partai Pekerja Kurdi (PKK) di Nagorno-Karabakh. Ia menuding organisasi yang ditetapkan Ankara sebagai kelompok teror itu bertanggung jawab atas kematian puluhan ribu warga Nagorno-Karabakh.
Ibrahim meminta semua negara mematuhi hukum internasional. ”Komunitas internasional harus meminta pertanggungjawaban dari pelanggar hukum yang menduduki wilayah lain secara ilegal dan melanggar perbatasan yang diakui dunia internasional,” ujarnya.
Ia mengingatkan, konflik di Nagorno-Karabakh menyebabkan 1 juta orang mengungsi selama hampir 30 tahun terakhir. Mereka juga ketakutan oleh kekerasan dan ancaman pembersihan etnis.
Ibrahim juga mengingatkan Armenia untuk berhenti mendukung milisi Nagorno-Karabakh. Dukungan Armenia membuat Yerevan bolak-balik baku tembak dengan Baku. Pertempuran terakhir diwarnai saling bombardir antara pasukan Azerbaijan dan tentara Armenia yang membantu milisi Nagorno-Karabakh. Baku dan Yerevan saling menuding soal siapa yang memulai pertempuran itu.
Pemimpin Nagorno-Karabakh, Arayik Harutyunyan, mengatakan, pasukannya terpaksa mundur di beberapa tempat. Sedikitnya 28 milisi tewas karena gempuran Azerbaijan. Meskipun demikian, milisi Nagorno-Karabakh mengklaim bisa menembak 4 helikopter, 15 pesawat nirawak, dan 10 tank Azerbaijan. Kementerian Pertahanan Armenia juga mengumumkan penembakan tank dan helikopter Azerbaijan.
PM Armenia Nikol Pashinyan Nikol telah menghubungi Presiden Rusia Vladimir Putin untuk membahas perkembangan di Nagorno-Karabakh. Seperti Guterres, Putin juga meminta semua pihak menghindari penggunaan senjata. Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov dan Menlu Turki Mevlut Cavusoglu telah membahas isu itu. Selama ini, Moskwa menyokong Yerevan dan Ankara mendukung Baku.
Sementara Menlu Armenia Zohrab Mnatsakanyan dan Menlu Azerbaijan Jeyhun Bayramov ditelepon Wakil Menlu Amerika Serikat Stephen Biegun. Seperti Moskwa, Washington juga meminta Baku dan Yerevan menghentikan baku tembak. Biegun meminta Bayramov dan Mnatsakanyan mengoptimalkan semua pilihan dialog.
Mereka juga diminta tidak mengeluarkan komentar yang bisa memanaskan keadaan. ”AS mengecam keras atas peningkatan kekerasan,” demikian pernyataan Biegun. (AP/AFP/REUTERS/SAM)