Menyiapkan Liburan Aman di Akhir Tahun
Pengujung tahun ini hadir di tengah pandemi. Pilihan untuk berlibur semakin sedikit demi untuk menghindari kontak fisik dengan banyak orang. Jika tidak ada antisipasi, niat untuk bersukacita bisa jadi petaka.
JAKARTA, KOMPAS — Warga yang ingin melewatkan liburan akhir tahun mulai menyiapkan berbagai rencana. Sebagian memilih berlibur di tempat sepi. Sementara yang lain memilih liburan di hotel.
Pilihan-pilihan itu didasarkan pada aspek kenyamanan dan penerapan protokol kesehatan agar tidak terpapar Covid-19. Pilihan liburan di hotel, misalnya, sebagian warga menganggap ini menarik lantaran menawarkan kenyamanan dengan protokol kesehatan selama menginap di sana.
Karena alasan itu, Nicko Silfido (30), pekerja lepas yang tinggal di Kelapa Gading, Jakarta Utara, merencanakan liburan di akhir tahun dengan keluarganya. Ia memilih lokasi liburan yang tidak jauh dari Jakarta, yaitu Kabupaten Bogor, Jawa Barat. ”Kami rencananya kamping dulu di Cibodas pakai rooftop tent mobil semalam untuk bangun pagi melihat sunset. Lalu, beraktivitas di sungai dan hutan. Solusi paling baik habis itu, ya, bersih-bersih di hotel. Di sana bisa berendam air panas, spa, dan santai menunggu tahun baru,” katanya kepada Kompas, Minggu (29/11/2020).
Sebuah kamar hotel di Ciawi pun sudah dipesannya. Ia memilih kamar paling tinggi agar dapat menyaksikan pesta kembang api yang dinantikan di pergantian malam tahun baru. ”Jadi, bisa sambil makan-makan sama keluarga. Kalau sudah capai bergadang, tinggal tidur saja. Pagi, jam 9 ada sarapan,” lanjutnya.
Melewatkan liburan di hotel pada malam pergantian tahun menjadi tradisi keluarganya. Namun karena pandemi, ia memastikan kesehatan dan keselamatan keluarganya terjaga. Alasan itu membuatnya memutuskan berkemah di alam bebas untuk menjauhi diri dari kerumunan.
Sementara itu, warga Depok, Jawa Barat, Fransisca Nainggolan (25), juga telah memesan kamar hotel untuk menghabiskan libur Natal bersama tiga anggota keluarganya di Kota Bandung selama dua malam. Karyawan swasta di sektor transportasi itu pun tidak asal memilih hotel. Penerapan protokol kesehatan jadi perhatiannya karena ia membawa orangtuanya yang sudah berusia lanjut.
”Libur hari raya di luar ini kami putuskan supaya bisa ganti suasana, lah, selain di rumah. Makanya, saya pilih penginapan yang pasti bisa menjamin keamanan dari Covid-19, selain kenyamanan,” katanya.
Masih khawatir dengan risiko penularan penyakit Covid-19, perempuan yang biasa disapa Chika itu mengaku akan mengurangi membawa orangtuanya ke luar. Ia pun mengandalkan mobil pribadi untuk membawa ia dan keluarganya bepergian agar mengurangi interaksi dengan orang asing.
Baca juga: Tinggi, Minat Warga Berlibur pada Akhir Tahun
Adapun warga Jakarta Timur, Rudi Danuarta (33), juga berencana staycation dengan beberapa teman kerjanya di Bali, beberapa hari jelang pengujung tahun. Menginap di beberapa hotel jadi pilihannya karena kini banyak hotel di Bali yang menawarkan harga miring.
”Hotel-hotel di Bali lagi banyak yang pasang harga promosi selama pandemi, khususnya di akhir tahun ini. Kapan lagi bisa liburan mewah di Bali, kan. Kita juga tahu sendiri kalau standar pelayanan hotel di Bali pasti bagus,” ujar pegawai negeri sipil (ASN) tersebut.
Selain adanya promosi, masih sepinya Bali dari wisatawan asing yang biasa mendominasi turis juga jadi alasannya mau berlibur ke Pulau Dewata. Sedikitnya turis diharapkan menambah kenyamanan dan keamanan selama berlibur di sana.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani, yang dihubungi Kompas, mengatakan, masyarakat masih percaya untuk menghabiskan waktu libur akhir tahun di hotel. Hal ini terlihat dari berbagai laporan anggotanya yang terkait peningkatan reservasi di hotel daerah wisata.
Kendati durasi menginap wisatawan domestik, yang mendominasi turis selama pandemi, masih di bawah 2 hari, ia memprediksi antusiasme liburan masyarakat di bulan Desember akan meningkatkan pemesanan kamar hotel, lebih baik daripada bulan lain selama pandemi. ”Pemesanan hotel kecenderungannya lebih lambat dibandingkan pemesanan tiket pesawat yang biasanya sudah dari jauh-jauh hari. Kami memprediksi lebih banyak masyarakat memesan hotel mendekati waktu libur panjang,” katanya.
Terkait rencana pemerintah merevisi cuti bersama akhir tahun, Hariyadi menilai kebijakan itu bisa juga mengurangi angka reservasi hotel. PHRI Yogyakarta belum lama ini menyebut tingkat reservasi atau pemesanan hotel di Desember 2020 turun dari 60 persen menjadi 30 persen. Hal itu terjadi setelah Presiden Joko Widodo mewacanakan pemangkasan libur akhir tahun dan peningkatan aktivitas Gunung Merapi.
Terkait hal itu, pemerintah menyebut akan mengumumkan hasil evaluasi kebijakan Keputusan Presiden tentang Cuti Bersama Pegawai Aparatur Sipil Negara Tahun 2020 yang diteken Jokowi pada Agustus, dalam rapat kabinet, Senin (30/11/2020). Kebijakan itu sebelumnya memberikan cuti bersama kepada ASN sejak 24 Desember 2020 hingga 3 Januari 2021.
”Daya beli ASN memang bagus karena banyak yang nggak kena pemotongan gaji selama pamdemi. Tetapi, pemikiran saya, kalau mereka enggak pergi (akibat pengurangan cuti), masih ada keluarga mereka yang bisa pergi. Kalau mau libur pasti udah atur sejak jauh-jauh hari,” katanya.
Baca juga: Jangan Terlena dengan Kerumunan Saat Liburan
Perusahaan penyedia aplikasi perjalanan dan gaya hidup, Traveloka, belum lama ini juga melaporkan tingginya tingkat pencarian akomodasi berdasarkan tanggal check-in di platform mereka dalam pekan libur Natal dan Tahun Baru.
”Kami melihat ada sinyal pemulihan. Orang mulai mencari akomodasi di akhir tahun, karena libur Lebaran pindah ke akhir tahun,” kata Head of Strategic Partnership Traveloka Accommodation Louis Alfonso (Kompas, 24/11/2020).
Minat pengguna Traveloka untuk kembali berlibur selama pandemi sudah terbaca sejak April 2020. Menurut data mereka, transaksi bulanan untuk akomodasi terus meningkat hingga 251 persen sampai Oktober 2020. Tingkat transaksi akomodasi selama Oktober bahkan mencapai 80 persen tingkat transaksi pada Februari, atau sebulan sebelum status pandemi diumumkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Adapun pemesanan akomodasi didorong kebutuhan leisure dan staycation dengan pilihan lokasi tidak jauh dari tempat tinggal. Dari waktu pemesanan, sebanyak 61 persen pengguna memesan hotel pada hari sama waktu tinggal di hotel. Sebanyak 14 persen memesan hotel sehari sebelum waktu menginap. Sementara, hanya 5,9 persen yang memesan hotel 4-7 hari sebelum waktu menginap.
”Selama beberapa bulan terkahir, kami menganalisis, kesehatan dan kebersihan jadi penggerak terbesar masyarakat mau memesan akomodasi. Setelah itu baru promo dan diskon menarik,” katanya.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) pun memastikan protokol kesehatan menjadi keharusan dalam pembukaan dan pelaksanaan kegiatan pariwisata dan ekonomi kreatif selama pandemi, termasuk hotel.
Ini dipastikan dengan menyosialisasikan panduan dan memberikan sertifikasi kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan (cleanliness, cleanliness, health, safety, dan environment friendly/CHSE).
Hariyadi menyebut sudah hampir semua hotel yang menjadi anggotanya mengajukan sertifikasi CHSE untuk melindungi pekerja hotel dan tentunya meningkatkan kepercayaan wisatawan.