Ayo Vaksin, Pasien Covid-19 di Padang Kesulitan Dapat Kamar Perawatan
Kekebalan komunitas dianggap bagus jika mencakup 70 persen populasi. Itupun masih harus diikuti kepatuhan pada protokol kesehatan.
Lega menghampiri Dewi Goeretti Situmeang (43). Perempuan perawat itu baru mendapat suntikan vaksin Covid-19 di lengan kirinya. Di bawah tenda pencanangan vaksinasi di halaman puskesmas itu, ibu dua anak itu menunggu hasil observasi pascavaksinasi.
Sebelum disuntik, Dewi sempat deg-degan. Sebagaimana vaksin lainnya, ia paham, yang disuntikkan ke tubuhnya adalah virus sudah dilemahkan atau tidak aktif. Tegang membuat tekanan darahnya naik hingga 140/90 mmHg.
Kami kewalahan mencari tempat untuk pasien. Dirujuk ke rumah sakit lain juga penuh. Kasihan pasiennya.
Langkahnya tertahan di meja II, tempat penapisan peserta vaksinasi, seusai mendaftar ulang di meja I. Namun, setelah relaksasi sepuluh menit, tekanan darahnya kembali normal. Dewi melanjutkan langkahnya ke meja III, tempat penyuntikan vaksin. Langkahnya lancar hingga ke meja IV, tempat peserta menerima kartu tanda telah mengikuti vaksinasi Covid-19.
”Sekarang, sehabis disuntik vaksin (Covid-19), saya tidak merasa ada perbedaan (efek samping) pada tubuh. Biasa saja,” kata perawat di Rumah Sakit Yos Sudarso, Padang, di Puskesmas Padang Pasir, Kecamatan Padang Barat, Kota Padang, Sumatera Barat, Jumat (15/1/2021) siang.
Baca juga: RS Rujukan Covid-19 di Sumbar Mulai Penuh
Baca juga: MUI: Vaksin Covid-19 Buatan Sinovac Halal
Dewi merupakan 1 dari 18 orang peserta vaksinasi pada pencanangan vaksinasi Covid-19 di Kota Padang. Sebanyak 17 lainnya, di antaranya Wali Kota Padang, unsur TNI, Polri, Forum Kerukunan Umat Beragama, organisasi masyarakat, dan kepala Dinas Kesehatan Padang. Seperti halnya Dewi, beberapa di antara 17 orang itu juga tidak mulus langkahnya menuju meja III.
Wali Kota Padang Mahyeldi yang maju pertama kali batal mengikuti vaksinasi karena tekanan darahnya tinggi. Sementara itu, Komandan Distrik Militer 0312 Padang Letnan Kolonel (Inf) Mochammad Ghoffar Ngismangil juga sempat tertahan, tetapi bisa divaksinasi setelah relaksasi. Hari itu, hanya 12 orang yang bisa divaksinasi, yang lain tidak lolos karena hipertensi ataupun memiliki riwayat diabetes melitus.
Seusai divaksin, Dewi berharap antibodi tubuhnya segera tercipta untuk melawan Covid-19. Setidaknya, ia punya perlindungan lebih saat berjuang dalam kerasnya pertarungan melawan Covid-19 di rumah sakit.
Seiring risiko tertular Covid-19 yang diharapkan lebih rendah, ia memiliki keyakinan lebih bahwa suami dan dua anaknya yang masih SMP jadi lebih aman. Meskipun demikian, ia tetap waspada dan mematuhi protokol kesehatan.
Bagi Dewi, pekerjaan di rumah sakit tak kalah mendebarkan dibandingkan dengan momen-momen disuntik vaksin. Ia memang bukan perawat khusus pasien Covid-19, tetapi kondisi ini tak kalah besar risikonya. Virus SARS-CoV-2 yang tak kasatmata dan kecepatan penularannya yang tinggi membuat tenaga kesehatan seperti berperang di medan berkabut. Mereka tidak tahu siapa lawan dan siapa kawan.
Beberapa sejawat Dewi di rumah sakit terpapar Covid-19 meskipun tidak ada yang bergejala berat. Walakin, korona tetap menjadi momok. Setidaknya ada 500 dokter dan perawat di Indonesia gugur saat berjuang menyelamatkan nyawa pasien Covid-19. Mereka lelah menangani pasien yang terus bertambah.
Walaupun merasa lebih lega, vaksinasi hanya salah satu ikhtiar memutus rantai penularan virus korona varian baru ini. Orang yang divaksinasi, kata Dewi, tak serta-merta langsung kebal dan tak mempan diserang virus korona. Disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan tetap yang utama dalam mengendalikan Covid-19.
”Protokol kesehatan tetap harus diterapkan. Vaksin, kan, hanya untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Tanpa protokol kesehatan, seseorang masih berisiko tertular Covid-19, apalagi baru saja divaksinasi,” ujar Dewi.
Baca juga: Pastikan Efektivitas Vaksinasi Covid-19
Harapannya, semua orang peduli dan mau menerapkan protokol kesehatan, terutama penggunaan masker. Ia melihat masih banyak orang yang abai terhadap protokol kesehatan sehingga risiko penularan semakin tinggi. Sekarang sudah banyak rumah sakit penuh. ”Kami kewalahan mencari tempat untuk pasien. Dirujuk ke rumah sakit lain juga penuh. Kasihan pasiennya,” kata Dewi.
Pengalaman yang sama diungkapkan Kolonel (Pnb) Fahlefie, orang pertama di jajaran Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Padang yang divaksinasi Covid-19. Komandan Pangkalan Udara Sutan Sjahrir Padang itu merasa tubuhnya baik-baik saja beberapa saat setelah disuntik vaksin.
Dari pengalamannya disuntik vaksin Covid-19, Fahlefie yakin vaksin yang disediakan pemerintah baik untuk kesehatan masyarakat Indonesia karena sudah melalui berbagai kajian dan pengujian. Oleh sebab itu, sepatutnya semua pihak mendukung program vaksinasi ini. Tujuannya, untuk kebaikan semua masyarakat Indonesia.
”Setelah divaksinasi, saya merasa lebih lega (menghadapi pandemi Covid-19). Namun, protokol kesehatan tetap harus dijaga. Saya akan tetap ketat, begitu pula terhadap anggota saya. Tidak boleh lengah,” ujar Fahlefie.
Kepala Dinas Kesehatan Padang Feri Mulyani mengatakan, Dinkes Padang mendapat distribusi 18.000-an dosis vaksin Covid-19 untuk tahap I bagi SDM kesehatan. Sejauh ini, ada 9.128 orang SDM kesehatan sebagai sasaran vaksinasi yang terdaftar di sistem. Setiap orang mendapatkan dua dosis vaksin dengan rentang 14 hari dari penyuntikan pertama.
”(Sabtu, 16/1/2021) kami mulai (vaksinasi untuk SDM kesehatan) di tiap-tiap fasilitas kesehatan tempat mereka bekerja. Kami perkirakan pertengahan Februari 2021 semua SDM kesehatan di Padang sudah divaksinasi,” kata Feri.
Di Padang ada 72 fasilitas kesehatan yang bisa melayani vaksinasi Covid-19, yaitu 25 rumah sakit, 23 puskesmas, dan 24 klinik. Di setiap rumah sakit ada 10 vaksinator yang sudah dilatih, di puskesmas 5 vaksinator, dan di klinik 2 vaksinator.
Baca juga: Vaksinasi di Sumbar Prioritas bagi Tenaga Kesehatan Covid-19
Seusai vaksinasi terhadap SDM kesehatan, kata Feri, sasaran vaksinasi selanjutnya petugas pelayanan publik, termasuk ASN, TNI, Polri, dan guru, kemudian masyarakat berusia 18-59 tahun. Vaksinasi tahap II direncanakan pemerintah berakhir pada Maret 2022. Ia berharap sekitar 550.000 orang sasaran vaksinasi Covid-19 di Padang bisa tervaksinasi dengan baik.
Semua legalitas vaksin Covid-19 Sinovac sudah dipenuhi pemerintah. Vaksin ini sudah mendapat izin penggunaan darurat dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan dan fatwa halal dari Majelis Ulama Indonesia. Uji tahap III vaksin juga sudah dilakukan PT Biofarma dengan efikasi vaksin 65,3 persen. ”Tidak ada lagi hambatan (bagi masyarakat) untuk menerima vaksin,” kata Mahyeldi, Wali Kota Padang.
Menurut dia, pandemi Covid-19 memberikan tantangan berat yang berdampak pada kesehatan masyarakat dan sistem kesehatan. Di Padang, hingga Jumat ini sudah 13.028 orang yang positif Covid-19, di antaranya 265 meninggal dan 12.422 orang sembuh. Perekonomian masyarakat juga menurun karena berkurangnya daya beli masyarakat. Dampak pandemi juga terasa pada sektor sosial dan pendidikan.
”Mengurangi transmisi penularan dan menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat Covid-19 perlu segera dilakukan dengan intervensi secara cepat, tepat, dan efektif. Melalui vaksinasi, kami berupaya memutus mata rantai penularan Covid-19. Mudah-mudahan upaya yang dilakukan dapat menekan angka kesakitan dan meningkatkan angka kesembuhan Covid-19 di Padang,” ujar Mahyeldi.
Baca juga: Covid-19 Membesar seperti Bola Salju
Kepala Dinkes Sumbar Arry Yuswandi mengatakan, Sumbar menerima 36.920 dosis vaksin Covid-19 pada 5 Januari 2021 dari Biofarma di Bandung, Jawa Barat. Untuk tahap I, vaksinasi hanya dilakukan terhadap sumber daya manusia (SDM) bidang kesehatan di Kota Padang dan Kabupaten Pesisir Selatan sesuai instruksi Kementerian Kesehatan. Padang mendapat alokasi 18.680 dosis, sedangkan Pesisir Selatan mendapat alokasi 3.640 dosis.
”Jumlah vaksin tahap I yang diterima Sumbar 36.920 dosis. Sementara itu, jumlah sasaran SDM kesehatan di Sumbar yang terdata di sistem 37.000 orang. Maka, untuk tahap I, vaksin digunakan dahulu untuk SDM kesehatan di kedua daerah tersebut, yang total jumlah sasarannya 18.000-an orang, satu orang dua kali penyuntikan,” tutur Arry.
Ia berharap proses vaksinasi bisa berjalan baik sesuai dengan rencana dan harapan pemerintah. Dengan vaksinasi terhadap SDM kesehatan, diharapkan mereka terlindungi dari penularan Covid-19. Kemudian, pada tahap berikutnya, vaksinasi masuk ke sasaran masyarakat usia 18-59 tahun. Jika semuanya berjalan lancar, akan sangat menekan kasus Covid-19 karena masyarakat sudah memiliki imunitas.
Sangat berguna
Kepala Laboratorium Diagnostik Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Andani Eka Putra, Kamis (15/1/2021), mengatakan, vaksin Covid-19 Sinovac aman digunakan. Namun, memang efektivitasnya tidak sampai 100 persen. Saat ini, efikasinya sekitar 65,3 persen dan biasanya efektivitas di bawah efikasinya karena dipengaruhi berbagai faktor.
”Kalaupun efektivitasnya 30-40 persen, tidak masalah, sudah bagus itu. Paling tidak ada 30-40 persen orang terlindungi (dari penularan Covid-19),” kata Andani, Kamis siang.
Baca juga: Efikasi Vaksin Sinovac Capai 78 Persen, Brasil Jadwalkan Vaksinasi 25 Januari
Menurut Andani, pandemi Covid-19 bisa berakhir kalau imunitas populasi tercapai. Kekebalan populasi dianggap bagus jika mencapai 80-85 persen dan 70 persen dianggap cukup bagus. Cara agar suatu populasi terbentuk imunitasnya, yaitu pertama orang terinfeksi Covid-19 dan sembuh, dan kedua telah diimunisasi atau divaksinasi.
”Kalau efektivitasnya 30-40 persen saja, kemudian jumlah warga terinfeksi dan sembuh 30 persen juga, kan sudah 70 persen. Jadi, tidak usah dipikirkan berapa efektivitasnya. Vaksinasi adalah bagian dari usaha, masyarakat harus paham itu. Daripada kita tidak berusaha sama sekali. Sebesar 20 persen pun nanti efektivitasnya, sudah bagus itu,” ujar Andani.