Militer Iran kembali mempertontonkan kemampuan peralatan tempurnya selama sepekan terakhir di bawah pengawasan militer Amerika Serikat.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
TEHERAN, SELASA — Militer Iran mempertontonkan kemampuan pasukan daratnya pada latihan militer lanjutan mereka di Teluk Oman, Selasa (19/1/2021). Latihan ini adalah bagian dari latihan militer yang dilaksankaan Iran sejak sepekan terakhir di tengah peningkatan ketegangan dengan Washington dan sejumlah negara Eropa karena proses pengayaan uraniumnya.
Menurut laporan stasiun televisi milik pemerintah Iran, unit komando dan infanteri udara berpartisipasi dalam latihan tahunan tersebut dengan menurunkan jet tempur, helikopter, dan pesawat angkut militer.
Kepala Staf Angkatan Darat Nasional Iran Abdolrahim Mousavi mengawasi langsung jalannya latihan.
Latihan ini adalah latihan keempat yang dilakukan militer Iran selama sepekan terakhir. Komandan Pasukan Darat Iran Kiomas Hadari mengatakan, latihan ini diselenggarakan untuk menilai kekuatan, kemampuan ofensif, serta penetrasi pasaukan darat terhadap musuh yang datang dari udara, darat, dan laut.
Dalam latihan tersebut, televisi pemerintah sempat menayangkan cuplikan pasukan terjun payung, kendaraan lapis baja, dan sistem roket peluncuran ganda.
Ketegangan Washington dan Teheran terus meningkat selama setahun terakhir sebagai dampak mundurnya Amerika Serikat dari Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JPCOA) 2015, tiga tahun lalu.
Di tahun 2020, Presiden AS Donald Trump dan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo secara konsisten menyerang Iran yang diduga telah melanggar kesepakatan nuklir itu dan berusaha menggalang dukungan banyak negara untuk menjatuhkan sanksi lebih keras terhadap Pemerintah Iran, yang berujung pada kegagalan.
Menjelang hari terakhir pemerintahan Trump berkuasa, Teheran menyita sebuah kapal tanker minyak Korea Selatan, mulai memperkaya uranium yang dimungkinkan digunakan untuk mempersenjatai hulu ledak nuklir. Sebaliknya, AS mengirim pesawat pengebom B-52, kapal induk USS Nimitz, dan kapal selam nuklir ke wilayah tersebut.
Iran tidak mau ketinggalan untuk mempertontonkan kemampuan militernya. Sabtu lalu, pasukan Garda Revolusi paramiliter Iran melakukan latihan dengan meluncurkan rudal balistik anti-kapal perang pada sasaran simulasi yang berjarak sekitar 1.800 kilometer (atau 1,120 mil) di Samudra Hindia.
Latihan ini dilakukan sehari setelah Divisi Kedirgantaraan Garda Revolusi mempertontonkan sistem persenjataan mereka dengan meluncurkan rudal balistik permukaan-ke-permukaan dan pesawat nirawak yang mampu digunakan untuk menghancurkan pangkalan musuh.
Angkatan Laut Iran tidak ketinggalan mempertontonkan kemampuan persenjataan miliknya. Kamis pekan lalu, mereka menembakkan rudal jelajah sebagai bagian dari latihan di lokasi latihan yang sama dengan pasukan darat Iran. Mereka juga sempat melakukan manuver terbatas di Teluk Persia setelah latihan besar-besaran khusus drone di separuh negara itu pada awal Januari.
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengecam kehadiran pesawat pengebom B-52 milik AS di dekat lokasi latihan mereka.
”Kami tidak pernah memulai perang hampir 200 tahun. Kami tidak akan segan-segan menghancurkan kehadiran musuh dan mempertahankan negara ini,” kata Zarif.
Kebijakan Biden
Di bawah presiden baru AS, Joe Biden, yang akan dilantik pada Rabu (20/1/2021) waktu setempat, Pemerintah AS berencana kembali ikut serta dalam JCPOA dengan sejumlah syarat, termasuk kepatuhan Pemerintah Iran. AS akan berupaya mencari bentuk kesepakatan yang lebih kuat dan durasi yang lebih lama.
Rencana ini disampaikan Menteri Luar Negeri AS yang baru, Anthony Blinken, Selasa (19/1/2021), di hadapan sidang konfirasi Komite Hubungan Luar Negeri Senat. Dia menyatakan, Presiden Biden percaya jika Iran kembali bersikap kooperatif dan patuh pada pasal-pasal perjanjian, AS juga akan bersikap yang sama.
Blinken berharap kesepakatan baru nanti akan mengembalikan stabilitas kawasan serta rudal-rudalnya. Pada saat yang sama, Blinken menyatakan, dia akan mengamati langkah yang telah dilakukan pemerintah Iran sebelum mengambil keputusan lebih lanjut. ”Karena itu, saya pikir kita masih jauh dari sana,” katanya. (AFP/AP)