Tawuran ibarat bom waktu yang bisa meledak kapan saja. Ia tidak kenal waktu, termasuk saat bulan Ramadhan, yang dianggap suci bagi umat Islam. Belum sepekan memasuki Ramadhan, setidaknya ada dua tawuran antarpemuda yang meresahkan warga di Jakarta dan Bogor. Satu tawuran nyaris terjadi sebelum digagalkan aparat kepolisian.
Oleh
Aguido Adri
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tawuran ibarat bom waktu yang bisa meledak kapan saja. Ia tidak kenal waktu, termasuk saat bulan Ramadhan, yang dianggap suci bagi umat Islam. Belum sepekan memasuki Ramadhan, setidaknya ada dua tawuran antarpemuda yang meresahkan warga di Jakarta dan Bogor. Satu tawuran nyaris terjadi sebelum digagalkan aparat kepolisian.
Rentetan peristiwa tawuran itu terjadi di Jalan Menteng Atas Dalam, Setiabudi, Jakarta Selatan, Selasa (7/5/2019) malam. Kekerasan juga pecah di Simpangan Bunga, Bogor, Jawa Barat, Senin (6/5/2019) malam. Sebelumnya dan sempat viral di jagat dunia maya, sekelompok pemuda bersepeda motor membawa senjata tajam sembari berteriak di Jalan Raya Tambun Rengas, Cakung Timur, Jakarta Timur, Minggu (5/5/2019) malam.
Di Cakung Timur, peristiwa ini dapat dicegah aparat keamanan. Kepala Polres Metro Jakarta Timur Komisaris Besar Ady Wibowo, Rabu (8/5/2019), mengatakan, pihak aparat bisa segera menangkap tujuh pemuda yang akan tawuran. Aparat mendapat laporan dan melihat video rencana tawuran itu di media sosial.
”Para tersangka adalah GH (15), MR (16), IR (17), W (15), RF (17), AS (15), semuanya pelajar, kecuali KJK (19), penganggur. Ketujuh pelaku itu menyiapkan sejumlah senjata tajam, seperti gergaji, samurai, dan celurit, untuk melakukan tawuran. Oleh tim buser Polsek Cakung, Jakarta Timur, Senin (6/5/2019) malam, mereka kami amankan,” kata Ady.
Ady melanjutkan, ketujuh pemuda sudah janjian melalui pesan Whatsapp untuk berkumpul dan tawuran. Minggu (5/5/2019) pukul 02.00, mereka menyusuri jalan umum menggunakan sepeda motor dengan mengacungkan senjata tajam sembari berteriak.
Mereka lalu mengarah ke permukiman warga di Tambun Rengas, Cakung Timur. Namun, warga tidak terpancing provokasi para pemuda.
Ady mengatakan, demi keamanan dan ketenangan selama Ramadhan, pihaknya meningkatkan patroli. ”Sebenarnya, sebelum Ramadhan, kami setiap hari berpatroli, terutama di daerah yang dinilai rawan, seperti di beberapa titik yang sering terjadi tawuran,” katanya.
Ridho A Faqih (35), warga Tambun Rengas, resah dengan ulah para pemuda yang tawuran. Dia tidak habis pikir dengan cara mengajak tawuran. Ia miris, kejadian itu justru berlangsung saat banyak orang beribadah. ”Apa yang mereka lakukan itu membuat resah masyarakat. Syukur kalau mereka sudah ditangkap agar menimbulkan efek jera,” katanya.
Wilayah Cakung Timur selama ini memang dikenal sebagai salah satu daerah rawan tawuran. Hal ini seperti dituturkan Septa (32), warga Penggilingan, Jakarta Timur. Ia masih ingat, saat hendak sahur bulan puasa tahun tahun lalu tiba-tiba terjadi tawuran. Ia dan beberapa warga sekitar hanya berdiam diri tidak kuasa melerai keributan yang dipicu hanya karena saling ejek itu.
”Saya tidak tahu, mengapa di sini sering terjadi rusuh dan selalu bertepatan dengan Ramadhan. Beberapa tahun yang lalu juga tawuran. Situasi ibadah di bulan ini ternyata itu tidak berpengaruh pada mereka, tawuran tetap saja terjadi,” katanya.
Ia berharap polisi bisa bertindak dan sering berpatroli agar tawuran tidak sering terjadi. Tidak hanya warga Cakung yang resah dan tidak tenang dengan keonaran yang dilakukan sekelompok pemuda tawuran itu.
Aminah (45), warga Menteng Atas, Setiabudi, Jakarta Selatan, juga gelisah dan sangat terganggu dengan tawuran antarpemuda pada bulan Ramadhan. ”Seperti tidak ada lagi pembeda di hari biasa dengan hari suci ini. Ramadhan pun masih ada yang tawuran. Ini sama saja tidak menghormati warga yang ingin berdoa dan menjalani bulan puasa dengan tenang,” ujarnya.
Tidak hanya itu yang membuat Aminah kesal. Ia mengatakan, seperti bulan Ramadhan tahun lalu, sekitar pukul 02.00 subuh ada segerombolan anak muda bermotor menghidupkan petasan dan membuangnya di sepanjang jalan. Hal itu membuat pengguna jalan lain, termasuk Aminah, terganggu dan tidak bisa menyalip karena takut terkena petasan.
Kejadian tawuran antarpemuda seperti menjadi tradisi yang tidak pernah bisa dihilangkan di Jakarta. Namun, tawuran yang kerap terjadi pada bulan Ramadhan mereduksi nilai-nilai kesucian dan ketenangan warga yang menjalani ibadah puasa.