Potensi ekonomi di sepanjang jalur angkutan massal moda raya terpadu (MRT) semakin dimaksimalkan. PT MRT Jakarta memberi ruang pengusaha kecil di koridor Lebak Bulus hingga Bundaran HI.
Oleh
Ayu Pratiwi / Andy Riza Hidayat
·4 menit baca
Potensi ekonomi di sepanjang jalur angkutan massal moda raya terpadu (MRT) semakin dimaksimalkan. PT MRT Jakarta memberi ruang pengusaha kecil di koridor Lebak Bulus hingga Bundaran HI. Untuk sementara, ada 14 pengusaha kecil yang tersebar di tiga stasiun.
Meski belum banyak, langkah ini merupakan angin segar bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) memasarkan barang dagangannya. Mereka yang mendapat lapak di jalur MRT ini hasil seleksi tim yang melibatkan Badan Ekonomi Kreatif. Selanjutnya, mereka akan mendapat pembinaan dari MRT mengenai cara berbisnis.
Bagi sejumlah pelaku UMKM, peluang itu merupakan kesempatan baik mereka mengenalkan produk ke penumpang MRT. ”Saya surprise juga, booth-nya cukup gede. Ini sudah kayak toko, ya. Kami termanjakan juga dengan fasilitasnya. Saya bangga bisa join MRT. Enggak semua UMKM bisa join,” kata Elva Fahrima, pendiri Apikmen, ketika ditemui di Stasiun Fatmawati, Jakarta Selatan, Jumat (30/8/2019).
Apikmen merupakan merek mode lokal yang menawarkan koleksi baju batik dan tenun bergaya modern untuk laki-laki dan perempuan dewasa. Sejak dibuka kemarin, Elva sudah merasa cukup puas dengan jumlah produk yang ia berhasil jual. Khusus di stasiun MRT, semua produk Apikmen, berapa pun harga aslinya, ditawarkan dengan harga diskon Rp 300.000 per pakaian.
”Banyak penumpang yang lihat-lihat. Kita sudah transaksi juga. Kemarin (Kamis) ada empat orang yang beli. Hari ini (Jumat) sudah ada dua orang. Lumayanlah untuk opening,” ujar Elva.
Pasar baru
Namun, Elva juga sadar, berdagang di stasiun MRT juga memiliki tantangan sendiri. Menurut dia, berdagang di pusat perbelanjaan ataupun di platform dagang elektronik (e-commerce) bisa lebih mudah diprediksi karena ia tahu seperti apa profil pelanggannya dan kebiasaannya.
”Di MRT, kita belum tahu pelanggannya. Sebab, MRT baru ada, kan, di Indo,” tambah Elva. Selain itu, penumpang juga cenderung tergesa-gesa ketika melalui lapaknya sehingga Elva tidak punya banyak waktu untuk memperkenalkan dan menjual produknya. Ia pun harus melayani secara lebih lincah.
Meskipun demikian, Elva yakin dapat menambah pasar baru dengan berdagang di stasiun MRT. Ia berharap, kontraknya dengan MRT yang saat ini untuk satu tahun dapat terus diperpanjang. Untuk itu, ia harus lolos evaluasi yang akan dilaksanakan setiap tiga bulan. Beberapa faktor yang dinilai MRT adalah hasil dagangan, kepatuhan kepada jam buka tutup, serta kerapian lapak.
Kurang banyak
Pelaku UMKM asal Depok, Jawa Barat, Budi Nugroho (49), tidak lolos seleksi membuka lapak di stasiun MRT. Menurut dia, kuota pelaku UMKM yang ditampung sangat sedikit dibanding jumlah pengusaha kecil yang ada. ”Sebenarnya peluang masih ada di setiap stasiun, tetapi hanya beberapa stasiun yang diisi UMKM,” kata Budi.
Tidak hanya itu, informasi adanya ruang untuk UMKM di stasiun MRT juga terbatas. Budi mengetahui informasi itu dari web MRT. Sementara itu, dia yakin masih banyak pengusaha kecil yang belum tahu informasi itu. Jika kuotanya diperbanyak dan informasinya diperluas, dia yakin akan direspons positif pelaku UMKM.
Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar mengatakan, awal pekan ini ia yakin rata-rata jumlah penumpang MRT terus meningkat hingga 100.000 orang per hari pada akhir 2019. Sejak dioperasikan pada April 2019 hingga Agustus 2019, rata-rata jumlah penumpang 79.114-93.165 orang per hari.
Selain memberikan harga sewa lapak bulanan yang terjangkau, yakni Rp 1,3 juta, pihak MRT juga menyediakan pelaku UMKM dengan berbagai perlengkapan dagang. Untuk pelaku UMKM bidang mode, misalnya, lapak mereka yang lebarnya sekitar 5 meter disediakan dengan rak barang, tempat duduk, hingga iPad yang dilengkapi aplikasi kasir untuk melakukan pembayaran.
Belum semua lapak dibuka
Ke-14 pelaku UMKM terpilih membuka usaha di stasiun MRT terdiri dari 8 pelaku bidang kuliner, 5 bidang mode, dan 1 bidang kerajinan tangan. PT MRT Jakarta mengalokasikan tempat khusus berdagang kepada mereka di tiga stasiun MRT yang dinilai paling strategis atau ramai, yakni Stasiun Lebak Bulus Grab, Stasiun Fatmawati, dan Stasiun Dukuh Atas BNI.
Beberapa lapak pelaku UMKM mulai dibuka sejak Kamis (29/8/2019). Berdasarkan pantauan Kompas, Jumat (30/8/2019), sebagian lapak UMKM yang dibuka hanya di Stasiun MRT Fatmawati dan Dukuh Atas BNI. Mayoritas yang sudah buka merupakan merek-merek mode. Katanya, hingga saat itu, aliran listrik belum siap digunakan sehingga pelaku di bidang makanan dan minuman yang memerlukan mesin pendingin, misalnya, belum bisa berjualan.
William menjelaskan, produk UMKM yang ditampilkan di stasiun MRT merupakan produk unik dan berkualitas yang telah dikurasi sebelumnya. Lapak UMKM mulai soft launching Kamis kemarin dan akan diluncurkan secara resmi dalam beberapa minggu ke depan. ”Standar UMKM yang masuk MRT berkualitas dan didukung konsep atau narasi yang kuat. Ada batik yang temanya seperti pakaian Jepang, misalnya. Tema unik seperti itu yang ingin kami tampilkan dan kembangkan,” kata William.