Warga Menanti Perbaikan Jembatan Rawa Buntu yang Retak
Pemkot Tangsel tidak bisa menangani keretakan Jembatan Rawa Buntu karena dikelola pemerintah pusat. Untuk itu, pemerintah pusat diharapkan bisa secepatnya memperbaiki keretakan agar tidak menimbulkan korban jiwa.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·3 menit baca
TANGERANG SELATAN, KOMPAS — Belum ada tindak lanjut atau penanganan terhadap keretakan pada penyangga Jembatan Rawa Buntu, Serpong, Tangerang Selatan, Banten, seusai pengecekan oleh tim dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Warga sekitar berharap keretakan segera diperbaiki.
Jembatan yang terletak di Jalan Raya Rawa Buntu itu merupakan salah satu jalur penghubung Serpong ke Parung, Bogor dan sebaliknya. Tak heran lalu lintasnya cukup ramai oleh truk dan kendaraan pribadi.
Selain itu, di bawah jembatan terdapat lintasan Stasiun Rawa Buntu serta jalan penghubung antara RW 01 dan RW 02 Rawa Buntu. Lokasi itu juga merupakan jalur penyeberangan bagi pejalan kaki menuju permukiman dan stasiun.
Pada Senin (9/12/2019) siang, lalu lintas kendaraan dan hilir mudik warga berjalan seperti biasa. Adapun kondisi penyangga jembatan masih sama dengan panjang retakan yang bervariasi mulai dari 10 cm hingga 20 cm. Bahkan, retakan memecah material sehingga dinding penyangga berlubang.
Belum ada pengerjaan setelah pengecekan oleh tim Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), pekan lalu. Wakil Wali Kota Tangerang Selatan Benyamin Davnie mengatakan, kementerian telah menugaskan tim dari Bandung untuk meneliti penyebab keretakan pada penyangga jembatan.
Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang Selatan sudah melaporkannya kepada kementerian. Pemkot tidak bisa langsung menangani keretakan itu karena jembatan masuk jalan nasional atau dikelola pusat.
”Saya berharap kementerian bisa secepatnya memperbaiki keretakan agar tidak menimbulkan korban jiwa,” kata Benyamin.
Saya berharap kementerian bisa secepatnya memperbaiki keretakan agar tidak menimbulkan korban jiwa.
Saat ini, kawasan Stasiun Rawa Buntu sedang dibangun kawasan permukiman terintegrasi dengan transportasi publik. Proyek yang akan berdiri di atas lahan seluas 24.626 meter persegi itu memiliki total 3.632 unit hunian.
Tahap pertama dibangun tiga tower dari total enam tower. Ketiga tower pada tahap pertama ini terdiri dari 1.816 unit dengan bauran 330 hunian subsidi dan 1.486 hunian nonsubsidi. Proyek hunian berkonsep transit oriented development ini diharapkan akan memenuhi kebutuhan masyarakat akan hunian yang menyatu dengan sarana transportasi umum.
Warga sekitar yang ditemui di lokasi juga berharap agar jembatan segera diperbaiki. Joko (50), misalnya. Ia mengatakan, beberapa waktu lalu pecahan material penyangga terjatuh. Beruntung tidak ada kendaraan ataupun warga yang melintas.
”Jalur sini, kan, ramai, baik di atas maupun di bawah. Takutnya ambrol, jadi lebih baik secepatnya diperbaiki,” kata Joko.
Beberapa waktu lalu pecahan material penyangga terjatuh. Beruntung tidak ada kendaraan ataupun warga yang melintas.
Senada, Maretha (23) berharap keretakan segera diperbaiki sebab banyak pengguna komuter melintasi tangga dan jembatan penyeberangan orang di dekat jembatan. Mereka takut terjadi hal yang tidak diinginkan.
”Kendaraan, kan, banyak melintas, bebannya bisa memperparah keretakan. Kan, bisa ambrol,” ujarnya.
Berkaitan dengan itu, warga RW 01 dan RW 02 Rawa Buntu akan bertemu untuk membahas keretakan pada penyangga jembatan. Mereka akan menyampaikan aspirasi kepada pemerintah untuk mempercepat penanganan jembatan tersebut.