Dua nama tengah digodok untuk menduduki kursi wakil gubernur DKI Jakarta. Akan tetapi, peta politik kedua calon ini tidak imbang. Meskipun demikian, segala sesuatu masih mungkin terjadi sampai nama wagub resmi diumumkan.
Oleh
Irene Sarwindaningrum
·4 menit baca
Pencarian wakil gubernur DKI Jakarta telah memunculkan dua nama baru, yaitu Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Gerakan Indonesia Raya Ahmad Riza Patria dan kader Partai Keadilan Sejahtera Nurmansjah Lubis. Pertarungan ini dinilai tak seimbang karena Riza memiliki modal politik lebih besar ketimbang Nurmansjah.
Dengan posisinya sebagai politikus nasional, Riza Patria yang saat ini juga duduk di kursi DPR dinilai mempunyai jaringan politik lebih kuat dan luas. Apalagi, partainya Partai Gerindra merupakan salah satu partai koalisi pendukung Presiden Joko Widodo (Jokowi).
”Dari sisi jejaring politik, Riza Patria lebih kuat ketimbang Nurmansjah. Ini nanti akan menentukan lobi-lobi politiknya. Apalagi dia juga lebih dikenal publik karena juga kerap dimintai komentar,” kata Direktur Eksekutif Pusat Kajian Politik Fisip Universitas Indonesia Aditya Perdana di Jakarta, Kamis (23/1/2020).
Sementara itu, Nurmansjah duduk sebagai anggota DPRD DKI Jakarta 2004-2014. Ia kembali maju sebagai calon anggota DPRD DKI Jakarta 2019-2024, tetapi tak terpilih. Di PKS, jabatan di kepengurusan yang terakhir diketahui sebagai Ketua Komisi Kebijakan Publik dan Kajian Strategi MPW PKS dari tahun 2010 sampai 2015.
Wawasan Nurmansjah terkait permasalahan DKI Jakarta sebenarnya tak diragukan lagi dengan pengalamannya 10 tahun di DPRD DKI Jakarta. Pemilik kafe kopi yang berlatar pendidikan akuntansi itu juga dinilai mempunyai keahlian bidang ekonomi yang memadai untuk mendampingi kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
”Saya melihat PKS memilih kader dari sisi teknokratis. Sebelumnya dua calon yang diajukan, Syaikhu dan Agung Yulianto juga berlatar akuntan dan ekonomi,” kata Aditya.
Menurut Aditya, proses selanjutnya dalam pemilihan wakil gubernur tentunya gerilya-gerilya politik, baik secara personal maupun kepartaian. Gerilya dan lobi politik yang dimaksud adalah upaya meyakinkan para anggota maupun fraksi-fraksi di DPRD DKI Jakarta untuk menjatuhkan pilihan pada calon tertentu.
Tahapan ini akan sangat menentukan kemenangan karena pemilihan didasarkan pemungutan suara di DPRD DKI Jakarta.
Riza Patria merupakan politikus Partai Gerindra yang sudah dua periode ini terpilih menjadi anggota DPR. Riza menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi 2 DPR pada periode 2014-2019. Ia juga pernah bertarung di Pilkada DKI Jakarta sebagai calon Wakil Gubernur mendampingi calon Gubernur, Hendardji Soepandji, pada 2012.
Modal besar Riza lainnya tak lepas dari posisi partainya yang sekarang berada dalam koalisi Pemerintahan Jokowi. Konstelasi politik tingkat nasional ini dinilai akan sangat berpengaruh pada prediksi kemenangan Riza.
”Posisi wakil gubernur DKI Jakarta melebihi figur-figur calonnya. Kalau dari figur, keduanya berimbang. Tapi di sini lebih pada lobi-lobi politik institusional, yaitu partainya,” kata pengajar Komunikasi Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Adi Prayitno.
Menurut Adi, pemilihan wakil gubernur DKI Jakarta satu tarikan napas ke elite partai di tingkat nasional. Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto akan sangat mudah meminta dukungan partai koalisi pemerintahan dari para ketua umumnya.
Dari komposisi, partai koalisi pemerintahan Jokowi mendominasi jumlah kursi di DPRD DKI Jakarta 2019-2024, yaitu 71 kursi dari total 106 kursi. Jumlah ini di antaranya terdiri dari PDI-P 25 kursi, Partai Gerindra 19 kursi, Partai Solidaritas Indonesia 8 kursi, dan Partai Nasional Demokrat (Nasdem) 7 kursi.
Wakil Ketua DPP Partai Gerindra DKI Jakarta Syarif mengatakan, partainya optimistis akan Riza Patria terpilih. Lobi politik untuk meyakinkan rekan-rekannya dari fraksi-fraksi lain untuk memilih Riza Patria siap dilakukan. ”Tapi kami juga akan taat instruksi dari pengurus pusat soal ini. Sejauh ini belum ada instruksi apa-apa,” katanya.
Kalau dari figur, keduanya berimbang. Tapi di sini lebih pada lobi-lobi politik institusional, yaitu partainya.- Pengajar Komunikasi Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Adi Prayitno.
Ketua Umum Dewan Pimpinan Wilayah PKS Jakarta Sakhir Purnomo mengatakan, partainya legawa berbagi kesempatan dengan Gerindra agar pemilihan wagub tak berlarut.
Adi menilai, kendati nantinya tak menang, PKS tetap akan memperoleh faedah, setidaknya memunculkan ketokohan seorang Nurmansjah. ”Karakter PKS dalam berpolitik selama ini memang sepertinya begitu, politik lillahi ta\'ala,” katanya.
Namun, dalam politik, prediksi kemenangan dapat berubah, meskipun di atas kertas Riza Patria diuntungkan modal politiknya. Lobi dan kesepakatan politik membuat segala kemungkinan masih bisa terjadi.