Warga sudah hafal dengan pola antisipasi setiap hujan deras mengguyur. Jika air di jalan sudah setinggi mata kaki, pengumuman disebarluaskan lewat beragam cara, mulai dari menggunakan pengeras suara musala.
Oleh
J Galuh Bimantara
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS-Sejumlah titik permukiman di Kelurahan Jelambar, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat, pada Selasa (25/2/2020) sejak dini hari terendam banjir, termasuk rumah-rumah di Jalan Satria RW 04 Jelambar. Meski air mencapai tinggi 70 centimeter, warga terdampak menilai kejadian itu tergolong biasa saja.
Ketua RW 04 Jelambar Anto Permana (60) mengatakan, warga sudah hafal dengan pola antisipasi setiap hujan deras mengguyur. Jika air di jalan sudah setinggi mata kaki, pengumuman disebarluaskan lewat beragam cara, mulai dari menggunakan pengeras suara musala, menyebarkan di grup RW, hingga mengandalkan teriakan dari warga yang masih terjaga.
"Setiap tahun rata-rata genangan air ada, terutama jika hujan deras turun sewaktu laut sedang pasang," ucap Anto. Banjir besar sebelum tahun 2020 menurut dia melanda lingkungannya sekitar tahun 2015.
Pada Selasa sekitar pukul 03.00, air mulai tinggi di jalan kemudian sekitar satu jam kemudian air sudah setinggi lebih kurang 70 cm di rumah-rumah warga. Namun, warga tetap tenang karena berkat peringatan yang sudah disebarluaskan, mereka masih sempat mengamankan harta benda mereka ke tempat yang lebih tinggi.
Selain itu, warga pemilik mobil bisa segera memindahkan kendaraan mereka ke tempat yang relatif aman dari genangan. Anto mengatakan, pada banjir tanggal 1 Januari silam, banyak mobil yang terendam karena para pemiliknya kemungkinan masih berlibur. Pada banjir Selasa ini, semua pemilik mobil sudah mengantisipasi.
Terdapat sekitar 550 keluarga di RW 04 Jelambar. Sekitar 80 persennya terdampak banjir.
Dalam kondisi bencana, lanjut Anto, seluruh warga sudah paham jika butuh mengungsi dan menerima bantuan pangan bisa datang ke dua masjid dan satu sekolah menengah atas swasta di sana. Tempat-tempat itu semacam jadi langganan pos pengungsian setiap kali banjir.
Warga Jalan Satria RT 07 RW 04, Rizki Nur Imansyah (20) dan Dody Mardiman (39) menyatakan harta benda mereka sudah aman sehingga mereka tidak merasa ada kerugian apa pun. Mereka sudah memindahkan barang-barang mereka di rumah sejak sekitar pukul 03.00.
Soal pekerjaan, Rizki mengatakan, ia sudah meminta izin tidak masuk kerja sambil mengirimkan foto dan video kondisi di lingkungannya. "Namun, kantor memang memutuskan libur hari ini karena akses jalan kebanjiran semua," ujar karyawan swasta di Cempaka Putih, Jakarta Pusat ini.
Sementara itu, Dody yang seorang pengemudi sepeda motor ojek daring mesti rela kehilangan potensi pendapatan Rp 200.000 karena memilih menjaga rumahnya yang kebanjiran. Ia memperkirakan Rabu (26/2/2020) sudah bisa bekerja kembali, asalkan hujan lebat seperti pada Senin malam hingga Selasa dini hari tidak mengguyur lagi.
Meski demikian, Dody tidak keberatan. Ia punya siasat untuk mencari uang dengan cara lain selama dampak banjir belum selesai. Salah satunya, melayani pengantaran warga dari lingkungan tempat tinggal ke pinggir jalan dengan menggunakan perahu karet. "Setiap orang ditarik Rp 15.000," katanya.
Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Inspektur Jenderal Nana Sudjana menuturkan, berdasarkan pendataan pihaknya, area terdampak banjir di Kelurahan Jelambar berlokasi di RW 04, 06, dan 07. Ada 616 keluarga atau 2.000-an jiwa terdampak.
"Penyebab banjir di sini adalah meluapnya Kali Angke akibat hujan," ucap Nana. Untuk membantu evakuasi warga yang membutuhkan serta pengamanan lokasi, terdapat 150-an personel kepolisian bersiaga di Jelambar, belum termasuk personel dari TNI dan Pemerintah Provinsi DKI.
185 lokasi banjir
Kepolisian Daerah Metro Jaya hingga Selasa pukul 09.00 mencatat terdapat 185 lokasi banjir di wilayah yurisdiksinya, yang terdiri dari Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Kota Bekasi menjadi daerah dengan lokasi banjir terbanyak, mencapai 69 lokasi. Adapun Tangerang Selatan merupakan daerah dengan titik banjir terendah, sebanyak dua lokasi.
“Tidak semua menimbulkan kerawanan, jadi hanya beberapa saja yang agak dalam. Yang lain biasa saja dan saat ini sudah mulai surut,” ucap Kepala Polda Metro Jaya Nana Sudjana, Selasa (25/2/2020) saat meninjau lokasi banjir di Jelambar, Grogol Petamburan, Jakarta Barat. Sejauh laporan yang diterimanya, ia menyatakan tidak ada korban jiwa.
Namun, berdasarkan informasi yang datang setelah itu, Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Yusri Yunus menyebutkan terdapat penemuan mayat dari remaja laki-laki yang diduga hanyut terseret aliran Kali Mampang, Jakarta Selatan. korban diketahui bernama Agus Wijayanto (14), santri salah satu pondok pesantren.
“Korban ditemukan pada Selasa 25 Februari sekitar pukul 16.15 oleh seorang saksi yang saat itu sedang bersih-bersih rumah akibat banjir,” ujar Yusri. Lokasi penemuan jasad Agus di bantaran Kali Mampang di Jalan Mampang Prapatan XVI, Kelurahan Tegal Parang, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.
Sewaktu membersihkan rumah, saksi melihat bagian tubuh manusia dalam keadaan tertelungkup di Kali Mampang. Setelah memastikan bahwa itu tubuh manusia, saksi melaporkan ke perangkat RT setempat dan kemudian mengevakuasi jasad ke pinggir kali.
Polisi menerima laporan dari anggota Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) Kelurahan Kalibata Pancoran tentang Agus yang hanyut sekitar pukul 10.00 saat berenang bersama teman-temannya. Akhirnya, jasad yang ditemukan sudah tak bernyawa tadi dipastikan merupakan jasad Agus.