Penanganan Banjir Tak Optimal, Pemkot Bekasi Minta Maaf
Pemerintah Kota Bekasi kewalahan mengatasi banjir yang masih terus terjadi di Kota Bekasi, Jawa Barat. Pemkot Bekasi memohon maaf kepada warganya karena belum optimal mengatasi masalah banjir.
Oleh
STEFANUS ATO
·3 menit baca
BEKASI, KOMPAS — Pemerintah Kota Bekasi memohon maaf kepada warga Kota Bekasi, Jawa Barat, karena belum optimal mengatasi masalah banjir yang kembali melanda daerah tersebut. Penggunaan pompa air tidak cukup untuk meminimalkan banjir yang masih terus terjadi. Normalisasi sungai dinilai menjadi solusi untuk mengatasi persoalan berulang itu.
Berdasarkan data Pemerintah Kota Bekasi, ada 11 dari 12 kecamatan di Kota Bekasi terendam banjir pada Selasa (25/2/2020). Total ada 31 titik banjir yang tersebar di 11 kecamatan dengan ketinggian air mulai dari 50 sentimeter sampai 150 sentimeter.
Wakil Wali Kota Bekasi Tri Adhianto mengatakan, banjir yang melanda Kota Bekasi pada Selasa tidak separah kejadian pada awal Januari 2020. Namun, ia mengaku cakupan banjir meluas.
”Akan tetapi, ini hanya limpasan, karena kalau waktu 1 Januari, ada tanggul yang jebol,” kata Tri di Kota Bekasi.
Ia menambahkan, Pemerintah Kota Bekasi memohon maaf karena belum optimal mengatasi masalah banjir di Bekasi. Namun, warga diimbau tidak takut mengungsi karena pemerintah sudah menyiapkan tenda evakuasi dan menjamin kebutuhan warga terdampak.
Terkait penyelesaian masalah banjir, menurut Tri, solusi yang harus dilakukan adalah menormalisasi sejumlah aliran sungai yang melintasi Kota Bekasi, seperti Kali Bekasi dan Kali Cakung.
”Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sudah mengalokasikan anggaran Rp 4,5 triliun untuk normalisasi Kali Bekasi. Saat ini masih proses tender dan review desain,” katanya.
Telan korban jiwa
Dari data Pemerintah Kota Bekasi, per Selasa pukul 14.00, diketahui jumlah warga yang mengungsi mencapai 2.575 keluarga. Sementara itu, warga yang meninggal sebanyak satu orang, atas nama Faizin (52).
Pria separuh baya itu tewas akibat tersengat aliran listrik di rumahnya di Kampung Mulya Jaya, Harapan Mulya, Medan Satria. Ia tidak sengaja menginjak kabel yang masih ada aliran listrik.
Andre, saksi di tempat kejadian, mengatakan, korban tersengat listrik saat akan mencabut colokan stop kontak pompa air di di rumahnya. Saat itu, ketinggian air di rumah tersebut sudah sekitar 20 sentimeter.
”Jadi, saat mau cabut colokan, kakinya sudah terendam air dan langsung mental. Langsung jatuh, tidak sadarkan diri, dan ada luka di tangan,” katanya.
Kepala Kepolisian Resor Metro Bekasi Kota Komisaris Besar Wijonarko menambahkan, korban tewas di tempat karena menginjak kabel listrik yang tersambung ke pompa air. Keluarga korban menolak jasad korban diotopsi dan langsung dibawa pulang ke rumah.
Peristiwa memilukan itu menambah daftar warga yang tewas akibat sengatan listrik. Sebelumnya, seorang warga lain bernama Pisin (45) tewas pada Minggu (23/2/2020) dini hari.
Jasad Pisin ditemukan warga pada pagi harinya di kawasan Kelurahan Pejuang, Medan Satria, Kota Bekasi, dalam genangan air. Ia diduga tewas tersengat listrik saat hujan deras dan banjir mengguyur Bekasi pada Sabtu (22/2/2020) malam.
Tanggap darurat
Banjir berskala besar juga melanda Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, pada Selasa. Total ada 20 kecamatan di kabupaten itu yang terendam banjir.
Bupati Bekasi Eka Supria Atmaja menetapkan tanggap darurat bencana di Kabupaten Bekasi selama satu minggu, 25 Februari-2 Maret 2020. Banjir yang melanda daerah itu, disebut Eka, akibat curah hujan tinggi.
”Curah hujan yang cukup tinggi menyebabkan bencana banjir terjadi. Laporan terakhir BPBD ada 20 kecamatan di Kabupaten Bekasi yang terdampak bencana banjir,” kata Eka dalam keterangan pers yang diterima Kompas, Selasa sore.
Pemerintah Kabupaten Bekasi, sebut Eka, sudah mengambil langkah penanganan bencana banjir dengan dibantu TNI, Polri, dan sukarelawan. Beberapa langkah yang diambil adalah mengevakuasi warga yang terdampak, mendirikan posko bantuan dan dapur umum, serta mendistribusikan bantuan berupa makanan, logistik, maupun pakaian bersih.
”Kami juga akan mengaktifkan posko-posko yang ada di kecamatan, desa, maupun kelurahan untuk tetap siaga mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi mengingat curah hujan masih tinggi,” ucap Eka.