Warga Kampung Khawatir dengan Keberadaan Keluarga Remaja Pembunuh
Warga kampung padat tempat remaja pemunuh NF (15) tinggal berpikir menolak menerima keberadaan keluarga itu. Meski demikian, warga tidak sepenuhnya menyalahkan perilaku dan tindakan NF yang membunuh APA (5).
Oleh
AGUIDO ADRI
·4 menit baca
Pembunuhan anak oleh NF (15), membuat sejumlah warga kampung mereka tinggal sulit menerima keberadaan NF dan orangtuanya. Namun, meski menolak, warga tak sepenuhnya menyalahkan pelajar putri kelas IX itu.
Sejak pembunuhan APA (5) oleh NF, Kamis lalu, suasana di sekitar permukiman Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat, tampak lengang. Jumani (52), warga setempat mengatakan, sejak peristiwa itu, tak lagi ada keceriaan anak-anak yang berlari kecil dan bermain di lorong-lorong gang perkampungan padat itu.
“Peristiwa kemarin membuat keluarga korban sedih. Begitu juga dengan kami tetangga. Para orangtua menjadi mawas diri terhadap anak-anaknya, karena masih merasa takut,” kata Jumani dijumpai di lorong gerbang masuk permukiman warga, Selasa (10/3/2020).
Kejadian itu membuat warga kerap berkumpul, mengenang APA saat masih hidup hingga saling bertukar pikir terkait tindakan NF. Mereka masih tak percaya APA meninggal secara tragis. Mereka juga tak habis pikir dengan tindakan NF.
“APA anaknya lucu, ceria, dan cantik. Banyak warga yang sayang APA. Kejadian kemarin tentu membuat kami terpukul dan tak habis pikir NF bisa berbuat seperti itu. Tentu sulit membayangkan perbuatan NF bisa tega membunuh. Hal ini membuat kami sulit untuk menerima NF dan orangtuanya. Banyak warga tak ingin NF dan orangtuanya kembali lagi ke sini karena tak ingin peristiwa serupa terulang,” kata Jumani.
Hal senada dikatakan warga lain, Nur Yanti (40) dan Neni (48). Seperti Nur Yanti yang memiliki anak perempuan merasa khawatir jika keluarga NF kembali tinggal. Ia menolak jika NF dan keluarga kembali tinggal di lingkungan mereka.
Meski sejumlah warga menolak NF dan orangtuanya, tetapi mereka tidak sepenuhnya menyalahkan tindakan NF.
Sementara, Neni prihatin dengan suasana di tempatnya tinggal karena ada banyak penolakan warga terhadap NF dan orangtuanya. Ia pun bingung harus menerima atau menolak.
“Saya ikut suara warga saja. Meski saya kenal ibu tiri pelaku, kasihan jika mereka tinggal di sini lagi karena warga mungkin tak akan menerima. Tentu itu menjadi beban baru untuk mereka. Warga mau suasana kondusif, tenang, dan anak-anak dapat bermain lagi seperti biasa,” kata Neni.
Meski sejumlah warga menolak NF dan orangtuanya, tetapi mereka tidak sepenuhnya menyalahkan tindakan NF. Warga menganggap orangtua ikut bertanggung awab atas prilaku dan perbuatan yang membuat syok warga itu.
"Kita tidak tahu apa yang mendorong NF seperti itu, tapi ini bukan sepenuhnya salah NF. Orangtua turun bertanggung jawab, orangtuanya juga salah. NF seperti itu pasti karena ada tekanan dari lingkungan,” kata Jumani.
Beberapa minggu sebelum tragedi terjadi, NF dikabarkan ingin bertemu ibu kandungnya yang sudah bercerai dengan ayahnya. Namun, ia tak mendapat izin. Di sisi lain, seperti disampaikan warga sebelumnya, tidak pernah terlihat masalah antara NF dengan ayah dan ibu tirinya saat ini.
Diberitakan sebelumnya, NF telah membunuh APA. Pembunuhan itu terungkap setelah NF secara pribadi berinisiatif melaporkan perbuatannya ke polisi. Pada Jumat sekitar pukul 09.00, ia yang pamit pergi sekolah seperti hari-hari biasa, akhirnya mendatangi Markas Kepolisian Sektor Metropolitan Tamansari Polres Metro Jakarta Barat seorang diri, sekaligus memberitahukan lokasi jenazah APA.
Oleh karena lokasi kejadian di Karang Anyar, laporan dioper ke Polsek Sawah Besar Polres Metro Jakarta Pusat. Petugas Polsek Sawah Besar pun mendatangi tempat kejadian dan mendapati bahwa laporan NF benar adanya.
Berdasar pemeriksaan polisi, pembunuhan terjadi Kamis pukul 16.00 sewaktu pelaku dan korban bermain bersama. APA memang sering datang bermain ke rumah keluarga NF, karena sudah akrab. Ibu APA biasa membantu ibu NF memproduksi kue.
APA meninggal di bak mandi rumah NF dengan luka pendarahan di mulut. Diduga ia ditenggelamkan.
Kepala Polres Metro Jakarta Pusat Komisaris Besar Heru Novianto menyebut, pelaku memasukkan jasad korban ke dalam ember setelah dipastikan meninggal. Orangtua pelaku sempat masuk rumah, tetapi tidak menganggap aneh ember dengan tutup seprai tersebut, karena diletakkan di tempat biasa meletakkan cucian.
Heru melanjutkan, NF lalu membawa jasad APA ke kamarnya di lantai dua. Lalu, ia menyimpan jasad di lemari pakaian.