Warga bisa memanfaatkan barang-barang di rumah untuk mengevakuasi ular yang masuk ke rumah. Namun, kalau tidak siap dan tidak berani, warga bisa menghubungi petugas Damkar Depok.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
DEPOK, KOMPAS — Kasus ular yang masuk ke permukiman warga mulai bermunculan kembali di Kota Depok sejak awal Juni lalu. Warga diharapkan menjaga kebersihan dan kerapian lingkungannya agar tidak dijadikan sebagai sarang ular untuk bertelur.
Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (Damkar) Kota Depok Gandara Budiana saat dihubungi, Minggu (14/6/2020), menyatakan, sepanjang Juni 2020, pihaknya mendapat 10 laporan kasus ular di permukiman warga. Namun, jumlah tersebut dinilai tidak terlalu masif jika dibandingkan dengan Desember 2019.
Berdasarkan catatan Dinas Damkar Kota Depok, ular muncul di permukiman warga di wilayah kecamatan Cilodong, Limo, Bojongsari, Sawangan, Sukmajaya, dan Cipayung. Petugas Dinas Damkar tidak hanya mengevakuasi ular berjenis kobra, tetapi juga sanca hingga ular hijau.
Pada Minggu (14/6) dini hari, petugas Damkar juga mendapatkan laporan adanya ular sanca yang masuk ke kamar mandi salah satu rumah warga di Mekarjaya, Kecamatan Sukmajaya. Ular berukuran tiga meter tersebut dapat dievakuasi petugas tanpa adanya korban gigitan.
”Laporan penemuan ular tidak hanya di rumah warga, tetapi juga di sungai dan kebun. Tetapi kebanyakan jenis ular yang ditemukan di rumah yaitu ular kobra kecil,” ujarnya.
Laporan penemuan ular tidak hanya di rumah warga, tetapi juga di sungai dan kebun. Tetapi, kebanyakan jenis ular yang ditemukan di rumah, yaitu ular kobra kecil.
Gandara mengatakan, warga yang melihat adanya ular disarankan untuk tidak panik atau tidak banyak bergerak. Sebab, hal itu akan memicu ketidaknyamanan dan serangan dari ular tersebut.
Warga juga diharapkan dapat menjaga kebersihan dan kerapian lingkungannya karena tempat yang kotor dan lembab sering dijadikan sarang ular untuk beristirahat atau bertelur. ”Warga bisa memanfaatkan barang-barang di rumah untuk mengevakuasi ular tersebut. Namun, kalau tidak siap dan tidak berani, warga bisa menghubungi petugas Damkar,” katanya.
Kemunculan ular di permukiman warga di Depok ini juga terjadi pada Desember 2019. Ular ditemukan di pekarangan rumah, kebun, dan tanah kosong di dekat permukiman warga. Bahkan, saat itu tiga orang harus mendapat perawatan insentif karena mendapat gigitan dari ular kobra.
Taman Belajar Ular (Tabu) Indonesia mencatat, konflik ular mulai terjadi sejak April 2020 dan terus muncul sampai sekarang. Ligar Sonagar Risjony, salah satu anggota Tabu Indonesia mengatakan, sejak April hingga pertengahan Juni 2020 terdapat 165 laporan kasus ular di permukiman warga.
”Laporan lebih banyak berasal dari wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Barat, dan Jakarta Timur. Sementara kasus temuan yang sudah kami evakuasi sebanyak 43 kasus sampai bulan ini,” ujarnya.
Ligar menjelaskan, ular yang sering muncul ke permukiman warga, yakni piton dan kobra dewasa. Waktu kemunculan ular antara Juni dan Agustus karena waktu tersebut merupakan musim kawin ular dewasa khususnya jenis kobra.
Edukasi
Upaya mengedukasi masyarakat dalam menangani ular di permukiman juga telah dilakukan Tabu Indonesia, salah satunya dengan memberikan edukasi kepada warga Puri Lembah Hijau, Cimanggis, Depok, pada Sabtu (13/6).
Menurut Ligar, edukasi dilakukan atas permintaan warga karena selama beberapa bulan terakhir ular jenis kobra kerap terlihat di lingkungan mereka. Warga juga cukup antusias dengan kegiatan yang berlangsung selama lima jam tersebut.
Edukasi yang disampaikan, di antaranya terkait penanganan ketika bertemu ular dan cara membedakan ular berbisa serta tidak berbisa. Selain itu, Tabu juga memberikan edukasi penanganan gigitan ular, penggunaan alat sederhana untuk menangkap ular, hingga pemaparan mitos terkait ular.
”Sesi materi yang paling lama selain tanya jawab, yaitu sesi konseling menghilangkan rasa takut terhadap ular dengan metode lima jari. Melalui metode ini, warga tidak mengalami lagi rasa takut yang tinggi dan berani mengevakuasi sendiri dengan alat sederhana,” ujarnya.
Sesi materi yang paling lama selain tanya jawab, yaitu sesi konseling menghilangkan rasa takut terhadap ular dengan metode lima jari. Melalui metode ini, warga tidak mengalami lagi rasa takut yang tinggi dan berani mengevakuasi sendiri dengan alat sederhana.