Sebagian Pedagang Menghindari Pemeriksaan Covid-19
Sebagian pedagang menghindari tes cepat (”rapid test”) karena takut diminta berhenti berjualan dan harus melakukan isolasi mandiri. Pedagang mengaku tidak punya penghasilan sama sekali saat isolasi mandiri.
Oleh
ADITYA DIVERANTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Di tengah merebaknya kluster penularan Covid-19 di pasar, sebagian pedagang justru menghindari rangkaian pemeriksaan selama beberapa pekan belakangan. Kondisi ini dikhawatirkan membuat penularan Covid-19 di pasar terus-menerus sulit terdeteksi.
Para pedagang di sejumlah pasar wilayah Jakarta, Selasa (30/6/2020), mengakui sengaja menghindari rangkaian tes cepat (rapid test) untuk deteksi awal penularan Covid-19. Alasan sebagian pedagang itu, mereka tidak ingin kehilangan pemasukan saat diminta melakukan isolasi mandiri.
Sebagian pedagang di Pasar Tomang Barat dan Pasar Palmerah, Jakarta Barat, menghindari tes cepat Covid-19 yang dilakukan pada 16 Juni dan 17 Juni 2020. Dayat (40), pedagang singkong di Pasar Tomang Barat, misalnya, tidak ikut serta dalam tes cepat pada 16 Juni.
Dayat khawatir kalau hasil pemeriksaan reaktif, lalu berlanjut ke tes usap (swab) dan hasilnya positif, dia diminta berhenti berdagang. Padahal, dia menggantungkan penghasilan dari penjualan singkong yang terus menurun belakangan. Beberapa hari terakhir, persediaan 1 ton singkong yang biasanya habis dalam dua hari kini baru habis dalam lima hari.
Hal tersebut juga diperparah dengan penutupan Pasar Tomang Barat lantaran empat orang terbukti positif Covid-19. Adapun Pasar Tomang Barat masih ditutup hingga Kamis (2/7/2020) mendatang.
”Karena sekarang pasar ditutup, penghasilan kami pun jadi nihil. Menghindari tes juga tetap terdampak dan kami diminta isolasi mandiri,” ujar Dayat saat ditemui, Selasa siang.
Kondisi serupa juga dialami Iding (60), penjual pisang di Pasar Tomang Barat. Dia terancam rugi hingga Rp 8 juta akibat persediaan pisang yang baru datang tidak bisa segera dijual. Dia khawatir saat pembukaan pasar pada 2 Juli mendatang, persediaan pisangnya sudah dalam kondisi yang tidak baik.
Hal serupa terjadi di Pasar Palmerah beberapa hari silam. Murtolo (56), pedagang daging di pasar itu, menghindari tes cepat lantaran takut diminta menutup lapak. Beberapa pedagang juga melakukan hal serupa sehingga hanya 93 pedagang yang ikut tes cepat Covid-19 menurut catatan Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi).
Ketua Umum Ikappi Abdullah Mansuri mengakui, pada praktiknya tidak semua pedagang mau mengikuti pemeriksaan Covid-19 di pasar. Hal ini menjadi masalah tersendiri karena munculnya bermacam narasi ketidakpercayaan terhadap pandemi Covid-19 di kalangan pedagang.
”Kami mengakui kesulitan melakukan edukasi. Narasi pemahaman terhadap Covid-19 begitu beragam dan membutuhkan kerja sama dengan berbagai pihak,” ujar Abdullah.
Terkait kluster penularan di pasar, Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Ede Surya Darmawan mengingatkan, penyebaran Covid-19 terjadi melalui kontak fisik. Karena itu, pemeriksaan dan penelusuran kontak fisik dari setiap pasien positif sangat diperlukan untuk mencegah penularan.
Dia khawatir hasil penelusuran menjadi tidak akurat apabila masih ada pedagang yang menghindari rangkaian pemeriksaan. Saat ini, setiap orang harus memahami pola pikir pencegahan Covid-19, bahwa semakin masif pemeriksaan, semakin cepat pula penanganan yang dapat dilakukan.
”Virus SARS-CoV-2 penyebab Cocid-19 umumnya menular dari orang ke orang, jarang sekali karena paparan benda atau obyek tertentu. Maka itu, sangatlah penting untuk segera mengisolasi seseorang yang telah diketahui positif Covid-19. Pedagang pun sebaiknya diimbau agar tidak egois karena saat ini adalah urusan kemaslahatan semua orang,” tuturnya.
Ede pun memahami, sebagian pedagang mungkin terimpit situasi ekonomi. Maka dari itu, dia menyarankan agar setiap pedagang yang diminta melakukan isolasi mandiri sebaiknya juga diberi bantuan kebutuhan pokok.
Sementara itu, Direktur Utama Perumda Pasar Jaya Arief Nasrudin mengumumkan, 68 pasar telah mengadakan tes usap dengan melibatkan 6.624 pedagang. Dari jumlah itu, 142 orang positif Covid-19.
Hingga Selasa ini, 4.967 pedagang dipastikan negatif setelah melakukan tes usap. Sementara masih ada 1.115 pedagang yang menunggu hasil uji usap dengan mesin PCR.
”Pemeriksaan akan terus dilakukan dan kami masih menunggu hasil uji swab. Penyemprotan cairan disinfektan ke sejumlah pasar juga terus dilakukan demi pencegahan,” ujar Arief dalam keterangannya di Balai Kota Jakarta, siang ini.