Sebagian warga sasaran tes usap terkesan menuduh ada pihak yang berusaha mengambil untung dari penyelenggaraan pengujian.
Oleh
Johanes Galuh Bimantara
·4 menit baca
Kemampuan membiayai tes usap hingga sesuai standar minimal tidaklah cukup untuk melacak penularan Covid-19 di area permukiman guna mengendalikan penyebaran. Menangani penentangan dari warga terhadap penyelenggaraan tes juga harus dijalani.
Hal ini antara lain dialami pengurus RW 001 Kelurahan Johar Baru, Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat. Dalam peta penerapan wilayah pengendalian ketat (WPK), rukun warga tersebut jadi satu dari 30 RW zona rawan Covid-19 di DKI.
Sekretaris RW 001 Johar Baru, Herviyanthi, mengatakan, sebagian warga sasaran tes usap di wilayahnya terkesan menuduh ada pihak yang berusaha mengambil untung dari penyelenggaraan pengujian. Ia juga menerima tuduhan serupa. ”Sampai ada warga bilang begini, ini kan permainan, emang lu dibayar berapa sih,” ucap perempuan yang akrab disapa Evi itu, Selasa (14/7/2020), di Sekretariat RW 001 Johar Baru.
Situasi itu mirip dengan yang dihadapi tenaga kesehatan di Sulawesi Selatan. Sebagian warga menganggap tenaga kesehatan mencari untung dari penularan virus korona baru. ”Tak ada sedikit pun niat kami menari di atas penderitaan orang lain atau memanfaatkan pandemi untuk mencari untung. Kami hanya menjalankan profesi yang sejak awal kami sadari penuh risiko,” kata Dr Ahmad Asy Ari, Kepala Puskesmas Makkasau, Makassar, yang sempat diisolasi akibat positif Covid-19 (Kompas.id, 14/6/2020).
Evi menceritakan, penyebaran Covid-19 di RW 001 bermula dari adanya seorang pria berusia 63 tahun yang datang berobat ke pusat kesehatan masyarakat (puskesmas), bulan lalu. Warga tersebut sudah sepekan mengalami demam. Karena tenaga kesehatan melihat ada gejala Covid-19, warga ini dites usap dan ternyata positif Covid-19.
Evi mempertimbangkan fakta bahwa RW 001 bersama RW 002 merupakan RW paling padat penduduk di Kelurahan Johar Baru. Selain itu, di lingkungan RT tempat pria tadi tinggal, ada pola beberapa rumah mengakses satu kamar mandi sehingga tingkat interaksi warga di sana tinggi.
Karena itu, pengurus RW 001 meminta puskesmas mengadakan tes usap massal bagi warga yang satu RT dengan pasien. Penolakan hebat pun dilancarkan warga. Mereka meyakini hasil tes tidak akurat dan sudah diarahkan untuk menghasilkan banyak klaim kasus positif.
Karena itu, pengurus RW 001 meminta puskesmas mengadakan tes usap massal bagi warga yang satu RT dengan pasien. Penolakan hebat pun dilancarkan warga. Mereka meyakini hasil tes tidak akurat dan sudah diarahkan untuk menghasilkan banyak klaim kasus positif.
Sebelum tes, pengurus RW meminta kartu keluarga (KK) warga sasaran tes untuk dikumpulkan guna pendataan oleh puskesmas. Warga lantas menarik KK mereka lagi setelah tahu itu untuk kebutuhan pengujian. ”Kirain saya buat bansos (bantuan sosial),” ujar Evi menirukan warga penolak tes.
Akibatnya, hanya 41 orang dari 15 keluarga di RT 01 yang ikut tes, dengan sepuluh orang di antaranya dinyatakan positif. Namun, pengurus RW 001 Johar Baru tidak menyerah. Mereka yang pernah kontak dengan warga positif Covid-19 dilacak lagi hingga mendapatkan empat kasus positif tambahan. Dengan demikian, total 15 warga RW 001 tertular virus korona baru.
Pria lanjut usia yang diketahui sebagai kasus pertama di RW 001 beserta sepuluh warga positif yang satu RT dirawat di empat rumah sakit berbeda. Adapun empat warga positif lainnya menjalani isolasi mandiri di rumah masing-masing. Evi bersyukur empat warga terakhir itu kooperatif dan patuh tidak keluar rumah selama 14 hari.
Evi menambahkan, sejauh ini tidak ada penerapan pembatasan sosial berskala lokal (PSBL) untuk mengarantina RW 001 Johar Baru. Menurut dia, penanganan cukup dengan meminta warga yang positif Covid-19 ditambah anggota keluarga mereka yang negatif untuk terus berdiam di rumah selama isolasi.
Penolakan warga terhadap penanganan Covid-19 di zona rawan juga sempat terjadi di RW 001 Kelurahan Pegangsaan, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat. Warga menentang penutupan sementara Pasar Cikini Ampiun, pasar yang dikelola warga di dalam wilayah RW itu.
Camat Menteng Edi Suryaman, pekan lalu, menyebutkan, warga khawatir mengingat pasar merupakan tempat mereka bergantung untuk memenuhi kebutuhan hidup. Namun, karena ternyata jumlah warga yang terbukti positif Covid-19 mencapai 50 orang, warga setempat malah yang berinisiatif menerapkan PSBL.
Karantina RW 001 Pegangsaan dimulai 29 Juni lalu. Akses keluar masuk RW 001 Pegangsaan bagi orang luar ditutup di tiga titik, yaitu di samping Cikini Gold Center (CGC), di Pasar Kembang, serta di Jalan Kimia.
Saat dikonfirmasi, Sekretaris Pengurus RW 001 Pegangsaan, Tri Yulian, mengatakan, PSBL menurut rencana diakhiri Selasa ini. Dengan demikian, Pasar Cikini Ampiun diharapkan beroperasi lagi mulai Rabu (15/7/2020). Sekarang, semua warga yang sebelumnya positif sudah sembuh.
Untuk mencegah Covid-19 menyebar lagi di RW 001, Tri mengatakan, pengurus sudah mengedukasi seluruh warga untuk disiplin menjalankan protokol kesehatan, seperti memakai masker, menjaga jarak fisik, dan rajin mencuci tangan. Kepada para pedagang, imbauan ditambah dengan pemakaian sarung tangan saat berjualan.
Berdasarkan data per 14 Juli, ada total 14.914 kasus positif se-DKI Jakarta, dengan 9.528 orang sudah dinyatakan sembuh dan 714 orang di antaranya meninggal. Dari 30 RW zona rawan di DKI, 19 RW atau 63 persennya ada di Jakarta Pusat, termasuk RW 001 Johar Baru dan RW 001 Pegangsaan.