Momentum Umat Islam Berkorban demi Mencegah Penyebaran Covid-19
Meskipun dalam suasana duka, mengurangi berjemaah dalam beribadah, perayaan Idul Adha kali ini penuh hikmah. Umat Islam, antara lain, berkorban mengurangi ibadah berjemaah demi menekan penularan Covid-19.
Oleh
SATRIO PANGARSO WISANGGENI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Idul Adha 1441 H dinilai sebagai momentum bagi umat Islam Indonesia bahwa pengorbanan semua orang adalah kunci bagi kebangkitan bangsa melawan pandemi Covid-19. Termasuk di dalamnya adalah berkorban untuk mengurangi ibadah berjemaah demi mengurangi risiko penyebaran virus korona.
”Meskipun dalam suasana duka, kurangi berjemaah dalam beribadah, lebih banyak di rumah. Dunia ditimpa pandemi korona. Ekonomi lumpuh, pengangguran bertambah, kemiskinan membengkak, kejahatan meningkat,” kata Ketua Masjid Agung Al Azhar, Jakarta, KH Shobahussurur Syamsi dalam khotbah shalat Idul Adha 1441 H, Jumat (31/7/2020).
Di tengah pandemi Covid-19, Masjid Agung Al Azhar menggelar ibadah shalat Idul Adha hanya di area terbuka, yakni di lapangan rumput di sisi barat masjid, dan meniadakan kegiatan di dalam masjid.
Tali rafia digunakan sebagai kisi-kisi untuk membatasi jarak antar-anggota jemaah yang shalat sehingga terjadinya kepadatan dapat dicegah. Meski kapasitas telah dibatasi, masih banyak area shalat yang kosong ketika ibadah dimulai.
Selain penerapan jaga jarak pada area shalat, langkah protokol kesehatan lain adalah pemeriksaan suhu tubuh di setiap pintu masuk menuju kompleks masjid. Setiap orang yang memasuki kompleks masjid diwajibkan diperiksa suhunya dan mencuci tangan. Setiap orang juga diwajibkan untuk terus mengenakan masker.
”Kita panjatkan puji syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, rahmatnya tetap tercurah sehingga kita bisa menyelenggarakan shalat Idul Adha dengan melakukan prokol kesehatan secara teliti,” kata Shobahussurur.
Perasaan yang sama disampaikan oleh sejumlah warga yang menjadi jemaah shalat Idul Adha. Yadi (40), teknisi komputer asal Kalibata, Jakarta Selatan, bersyukur dapat mengikuti shalat berjemaah setelah pada Idul Fitri lalu harus shalat sendiri di rumah.
Yadi secara khusus memilih beribadah di Masjid Agung Al Azhar karena dilakukan di lapangan terbuka. ”Sebetulnya di dekat rumah kami juga ada masjid yang menggelar shalat Idul Adha, tetapi di ruangan tertutup. Saya khawatir juga,” katanya.
Masjid Agung Al Azhar berencana memotong 14 sapi dan 117 kambing pada Idul Adha kali ini. Jumlah ini tidak berbeda jauh dengan tahun lalu, yang menurut catatan panitia berjumlah 15 sapi dan 143 kambing. Shobahussurur menilai, ini menunjukkan bahwa umat Islam yang berkecukupan telah rela berkurban untuk mereka yang lebih membutuhkan.
”Ternyata, adanya korona ini tidak mengurangi jumlah kurban. Tadinya saya khawatir, suasana akibat pandemi korona ini mengakibatkan tidak ada orang berkurban,” ucapnya.
Jumlah tersebut merupakan sebagian dari total hewan kurban yang diterima oleh Yayasan Pesantren Al Azhar. Hingga Jumat, total hewan kurban yang telah diserahkan mencapai 883 kambing dan 73 sapi.
Pemotongan hewan kurban juga mengikuti protokol kesehatan yang kuat. Muhammad Zainul Arifin, Ketua Panitia Idul Adha Masjid Agung Al Azhar, mengatakan, jumlah petugas dikurangi dari 120 orang menjadi 50 orang. Lalu, setiap petugas masing-masing diberi kartu akses untuk memasuki area pemotongan.
Para petugas pencacah daging pun diberi wilayah yang luas agar jarak antar-orang dapat dijaga. Semua hal ini diperlukan untuk menjaga agar tidak terjadi kerumunan yang tidak diperlukan di area pemotongan hewan kurban.
”Kalau beramai-ramai kayak tahun lalu, ya, takut korona juga,” ujar Yani, salah seorang tukang jagal.
Zainul mengatakan, pada Idul Adha kali ini juga tidak ada pembagian daging kurban secara langsung. Pihaknya telah melakukan pemetaan terhadap wilayah-wilayah di Jabodetabek yang sekiranya perlu mendapat bantuan daging kurban.
Daging akan didistribusikan secara langsung kepada para pamong warga yang mendapat jatah untuk dibagikan kepada warga masing-masing. Total ada 75 pos distribusi dengan 2.500 kupon paket. Menurut rencana, setiap paket berisi 1 kilogram daging dan sejumlah kecil jeroan.
Kepala Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian Jakarta Selatan Hasudungan A Sidabalok menilai, langkah yang disiapkan panitia sudah memperhatikan protokol kesehatan.
Namun, ia memperhatikan bahwa ada sejumlah warga yang tetap tertarik untuk melihat proses pemotongan hewan kurban dan menciptakan kerumunan.
Hasudungan mengatakan, pihaknya telah memeriksa semua lokasi penjualan hewan kurban di Jakarta Selatan yang mencapai 318 lokasi dengan sekitar 20.000 hewan kurban.