Pengendalian Pandemi di Kawasan Industri Butuh Kesadaran Bersama
Tanpa komitmen untuk sama-sama menjaga kawasan industri, penyebaran Covid-19 masih akan terus terjadi.
Oleh
STEFANUS ATO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kawasan industri Kabupaten Bekasi menghadapi tantangan serius mengendalikan kasus Covid-19 yang terus melonjak. Sejak April hingga Kamis (3/9/2020), keseluruhan karyawan yang terpapar Covid-19 mencapai 698 orang. Pencegahan kasus Covid-19 di kawasan industri butuh kesadaran bersama, baik karyawan, perusahaan, maupun pemerintah daerah.
Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Kabupaten Bekasi Alamsyah mengatakan, kasus karyawan positif Covid-19 di kawasan industri yang terlapor ke Satgas Covid-19 sejak April sampai Agustus 2020 mencapai 698 kasus. Dari angka itu, kasus dengan jumlah terbanyak berasal dari tiga perusahaan di kawasan industri MM2100 dan Tambun Selatan, yakni mencapai 546 kasus.
”Lonjakan kasus mulai terjadi sejak 24 Agustus 2020. Muncul tiga kluster besar dari kawasan industri,” kata Alamsyah saat dihubungi, Kamis (3/9/2020), dari Jakarta.
Kasus dari tiga kluster industri yang dimaksud adalah dari LG Electronics (250 kasus), Suzuki (71 kasus), dan salah satu perusahaan pembuatan suku cadang, yaitu 220 kasus. Untuk mencegah penularan meluas, kegiatan produksi di perusahaan yang terpapar Covid-19 itu dikurangi kapasitasnya menjadi hanya 50 persen.
Kasus di kawasan industri itu terungkap setelah dilakukan tes masif kepada seluruh karyawan di tiga perusahaan tersebut. Di LG Electronics, jumlah karyawan yang menjalani tes usap sebanyak 788 orang. Sementara di Suzuki, jumlah keseluruhan karyawan yang mengikuti tes usap sebanyak 700 orang dan di perusahaan suku cadang mobil, jumlah keseluruhan karyawan yang dites sebanyak 1.300 orang.
Kasus dari kawasan industri jadi penyebab utama Kabupaten Bekasi kembali masuk daerah zona merah risiko penularan Covid-19. Berdasarkan data Satgas Covid-19 Kabupaten Bekasi, daerah itu sempat masuk zona oranye atau zona sedang penularan Covid-19 pada 17-24 Agustus dengan skor risiko penularan 1,91.
Penambahan kasus dari kluster industri berdampak signifikan pada keseluruhan kasus Covid-19 di Kabupaten Bekasi.
Namun, pada 24-30 Agustus, Kabupaten Bekasi kembali berubah menjadi daerah zona merah penularan Covid-19 dengan skor 1,72. Skor yang dimaksud merupakan perhitungan kondisi daerah dalam level risiko. Artinya, semakin rendah skor level risiko, semakin tinggi risiko penularan Covid-19.
Penambahan kasus dari kluster industri berdampak signifikan pada keseluruhan kasus Covid-19 di Kabupaten Bekasi. Hingga Kamis, akumulasi kasus Covid-19 di daerah itu mencapai 1.261 kasus, dengan rincian 886 kasus sembuh, 41 kasus meninggal, 46 kasus dirawat di rumah sakit, dan 288 kasus menjalani isolasi mandiri.
Kesadaran bersama
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Kabupaten Bekasi Sutomo saat dihubungi secara terpisah mengatakan, para pengusaha, perwakilan karyawan, dan Satgas Covid-19 Kabupaten Bekasi menggelar rapat secara virtual pada Kamis siang untuk mencari solusi dalam mengendalikan kasus Covid-19 di kawasan industri. Dari pertemuan itu, pihak perusahaan dan pemerintah sepakat untuk melaporkan secara dini kasus dari perusahaan, memperketat protokol kesehatan, mengurangi kapasitas produksi, serta berupaya memperbanyak tes masif bagi karyawan.
”Namun, ada beberapa kendala, baik secara internal maupun eksternal. Di internal perusahaan, kami sudah berupaya menerapkan protokol kesehatan secara ketat untuk meminimalkan penularan,” kata Sutomo.
Persoalan eksternal yang dihadapi perusahaan adalah kendala mengawasi karyawan saat beraktivitas di luar perusahaan. Pihak perusahaan tidak memiliki kemampuan mengintervensi mobilitas karyawan saat berada di luar lingkungan kerja.
Oleh karena itu, kata Sutomo, pengendalian Covid-19 di kawasan industri merupakan kesadaran bersama semua pihak, baik pihak pengusaha, pemerintah daerah, maupun karyawan. Setiap karyawan diminta tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat saat beraktivitas di luar perusahaan.
”Deteksi dini pun kadang-kadang sangat sulit karena penyebaran di pabrik bisa dikendalikan, tetapi saat karyawan kembali ke rumah, tidak ketahuan aktivitasnya. Jadi, saya meminta ada komitmen bersama untuk menjaga kawasan industri,” kata Sutomo.