Kalangan muda yang sedang berada di usia produktif harus beradaptasi dengan keterbatasan selama pandemi Covid-19. Tahun 2020 bukan warsa yang mudah, tetapi mereka mensyukuri apa yang masih dimiliki sekarang.
Oleh
ADITYA DIVERANTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Para pemuda menghadapi tahun yang berat di tengah pandemi Covid-19. Sepanjang 2020, mereka terus terbentur realitas bahwa berbagai rutinitas tidak mungkin kembali seperti sediakala. Tahun 2020 menjadi masa di mana mereka lebih berdamai dengan keadaan.
Kesulitan hidup sepanjang tahun ini dirasakan Adriansyah Yasin Sulaeman (22). Pandemi Covid-19 sejak Maret berdampak pada masa magang serta laporan skripsinya. Dia tidak bisa melakukan riset lapangan dan mengalami kebuntuan ide selama berbulan-bulan.
Adriansyah terpaksa merombak laporan skripsinya dengan tenggat waktu yang hanya sebulan. Belum usai persoalan, warga Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, ini juga dihantui kecemasan karena mendengar sejumlah kolega yang terpapar Covid-19.
”Masa-masa awal pandemi itu memusingkan banget buat saya. Pandemi sedang merebak dan saya tidak bisa lagi melanjutkan riset lapangan. Untungnya, dosen saya di Belanda cukup pengertian dengan kondisi sekarang. Akhirnya skripsi itu dirombak semua, cari judul baru yang dapat diselesaikan selama pandemi,” tutur Mahasiswa jurusan tata kota Breda University of Applied Science, Belanda, Rabu (30/12/2020).
Masa-masa sulit juga dijalani Achmad Jati Santoso (27). Pegawai perusahaan aksesori otomotif ini tidak menyangka pandemi berdampak begitu besar terhadap penjualan. Performa perusahaan yang sedang gemilang pada Februari seketika merosot menjelang April. Hal tersebut bahkan membuat 50 persen pegawai diberhentikan, sedangkan 50 persen pegawai lainnya terkena pemotongan gaji.
Duka belum selesai, Achmad justru berhadapan dengan kepergian bibinya karena terpapar Covid-19. Kondisi itu bahkan menimbulkan perseteruan di kalangan keluarga. ”Anggota keluarga sempat berdebat hebat karena status meninggalnya bibi, ada yang enggak percaya kalau bibi terpapar Covid-19,” ucap warga Cibubur, Jakarta Timur, ini.
Pengalaman Adriansyah dan Achmad mungkin hanya sebagian kecil dampak yang muncul secara beruntun akibat pandemi. Selama 2020, persoalan sosial hingga persoalan ekonomi terus melanda kalangan muda secara bertubi-tubi. Tidak ada pilihan selain beradaptasi.
Mereka pun akhirnya beradaptasi dengan keadaan. Adriansyah akhirnya menyelesaikan skripsi dan menjalani wisuda secara daring di tahun ini. Dia mencoba mengambil hikmah dari pandemi bahwa ternyata sepanjang 2020 ini dia juga cukup produktif menjalani kegiatan lain.
Selama 2020, pegiat Forum Diskusi Transportasi Jakarta (FDTJ) ini turut mengampanyekan aksi bersepeda aman di jalan. Dia juga membuat panduan umum terkait adab bersepeda di jalan raya. Pada kurun waktu yang hampir bersamaan, dia juga aktif membantu pembuatan penunjuk arah untuk fasilitas di Stasiun Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Begitu pula Achmad yang memulai bisnis ikan cupang hias bersama kakaknya. Bisnis yang berjalan sejak September itu perlahan meraih untung Rp 300.000 hingga Rp 400.000 sehari. Hal tersebut juga menghidupi sejumlah saudara dan tetangga yang kehilangan pekerjaan di masa pandemi.
”Bisnis ikan hias yang saya kembangkan bersama kakak itu turut mengembalikan hubungan di keluarga. Kami pun terpancing untuk mencari celah usaha baru setelah ini,” kata pemilik bisnis ikan hias Sairin Betta Farm itu.
Sarah Adipayanti (27) juga beradaptasi dengan pekerjaannya. Manajer Program Edukasi Kebun Kumara ini berpikir keras agar bisa menyajikan format pelatihan berkebun secara daring.
”Saat pembatasan sosial berskala besar, saya berpikir keras dalam mengeksplorasi format video edukasi. Kalau dulu Kebun Kumara fokus ke pelatihan secara langsung, ini benar-benar dituntut agar bisa melakukan pelatihan daring yang tetap interaktif,” ucapnya.
Bersyukur
Setelah menghadapi tahun yang sangat menantang, baik Adriansyah, Achmad, maupun Sarah, berusaha lebih mensyukuri apa yang telah dimiliki sekarang. Adriansyah, misalnya, mereduksi ekspektasi pada 2021 karena situasi pandemi mungkin tidak terlalu banyak berubah. ”Kalau melihat 2021, aku mencoba berekspektasi rendah dan lebih mawas diri. Pandemi belum ada tanda-tanda mereda hingga tahun depan. Mau enggak mau, kita harus menjaga diri dan tetap waspada,” tutur Adriansyah.
Begitu pula Achmad yang tidak muluk-muluk memikirkan pencapaian di tahun depan. Untuk sebagian orang, bertahan hidup di tahun ini saja sudah sangat beruntung, apalagi kalau bisa bangkit dari keterpurukan.