SEMARANG, KOMPAS — Fenomena penurunan omzet gerai ritel di sejumlah kota besar ternyata belum terlalu berpengaruh terhadap perekonomian Jawa Tengah.
Pesatnya pembangunan infrastruktur tol, misalnya, menjadi celah untuk mendorong produk usaha kecil dan menengah di daerah makin berkibar.
”Saya kebetulan baru pulang dari lawatan ke Turki. Di sana jalan tol mempermudah akses transportasi antarkota. Bagusnya, di tiap ruas tol selalu ada gerai penjualan produk lokal yang dominan di setiap lokasi rest area,” kata Dian Nugraha, Kepala Divisi Pengembangan Ekonomi Bank Indonesia (BI) Jawa Tengah, Jumat (3/11), di Semarang.
Apabila hal serupa diterapkan di Indonesia, yang tengah gencar membangun tol, pastilah selalu ada tempat istirahat di titik tertentu.
Seperti Tol Brebes Timur-Batang hingga Semarang, kemudian disambung Tol Semarang, Ungaran, Bawen, hingga Salatiga yang nantinya akan sampai ke Solo. Belum lagi tol di Sumatera, bahkan wilayah Papua.
Produk makanan yang dihasilkan perajin serta pengusaha kecil dan menengah dapat berkembang pesat di tiap daerah yang dilintasi proyek jalan tol.
Apabila setiap gerai di tempat istirahat dipadukan dengan hasil kreasi ekonomi kreatif masyarakat, tentu sangat membantu akselerasi peningkatan usaha kecil dan menengah di tiap daerah.
Hal ini tentu butuh kepedulian dan pendekatan pemerintah daerah supaya melakukan negosiasi dengan pengelola jalan tol. Diharapkan, pelaku usaha ekonomi kreatif bisa berjualan di gerai sehingga pengguna tol dapat berbelanja di gerai tersebut.
Sementara itu, Kepala Grup Advisori dan Pengembangan Ekonomi Kantor Perwakilan BI Jateng Rahmad Dwi Saputra menyatakan, ada pola pergeseran belanja di masyarakat seiring berkembangnya fungsi dan manfaat dari teknologi informasi.
Kemajuan daring ternyata memudahkan masyarakat belanja apa saja, mulai dari kerudung, makanan, sampai tanaman.
Dengan demikian, masyarakat mengurangi kunjungan ke gerai ritel, memilih belanja daring dan, sambil menunggu barang datang, mereka bisa melakukan perjalanan seperti berwisata.
Rahmad Dwi mengakui, survei yang dilakukan tim BI Jateng, seperti survei konsumen September 2017, yang menunjukkan optomisme konsumen terhadap kondisi ekonomi, menguat dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Survei penjualan eceran Agustus 2017 yang tumbuh meningkat dan produk domestik bruto nasional Triwulan II Tahun 2017 menunjukkan konsumsi rumah tangga tumbuh 4,95 persen (year on year).
Dihubungi terpisah, perajin furnitur di Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara, Jateng, Al Sadad, menuturkan, sebagai pengusaha yang memproduksi furnitur antik, kuno, dan berbahan kayu jati lawas, saat ini dirinya sedang berkonsentrasi melakukan pemasaran ke luar negeri, seperti Australia dan beberapa negara Eropa.
”Pasar domestik memang tengah melambat meski pesanan mebel luar ruang dan perangkat furnitur kafe naik, tetapi pasar ekspor masih besar, terutama furnitur taman, kebun, dan kafe. Sebulan bisa kirim 2-3 kontainer, kapasitas 40 feeds ke luar negeri,” tutur Al Sadad.