BLITAR, KOMPAS - Sekitar 30 stan dari sejumlah daerah di Jawa Timur ikut bergabung dalam Festival Kopi Blitar yang berlangsung di depan Pendopo Hadinegoro, Kanigoro, Blitar, Minggu (29/7/2018) petang. Mereka merupakan kedai kopi di Blitar, Jember, dan Pasuruan.
Kegiatan yang dikemas dengan tema "Kopi Blitar Semangat Indonesia" ini tidak saja menampilkan musik tetapi juga diisi kompetisi penyajian kopi dan talk show yang rencananya dihadiri oleh Bupati Trenggalek Emil Elestianto Dardak, Bupati Blitar Rijanto, Djoko Raharto Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kediri, pendamping akses keuangan petani Farhan, dan penggiat kopi Tulungagung.
Festival kopi ini sendiri merupakan hasil kerjasama BI dan Pemerintah Daerah Kabupaten Blitar. Bagi BI ini adalah gelaran kelima yang dilakukan sejak 2016 yg diadakan di Blitar, Kediri, dan Tulungagung.
Menurut Djoko festival ini merupakan program edukasi untuk masyarakat dan petani sekaligus perluasan pasar lokal. Di Blitar sendiri terdapat sentra kopi di lereng Kelud dan Kawi, khususnya jenis Robusta.
"Jadi event ini nemertemukan petani, mengeduksi dan motivasi petani tentang kopi. Sekaligus juga masyarakat tentang bagaimana menikmati kopi yang berkualitas. Kan semua ini ujunya ada di barista yang bisa membahasakan kopi agar keinginan konsumen dan produsen kopi nyambung," ujarnya.
Manager Usaha Mikro Kecil Menengah BI Kediri Priatna Utama mengatakan BI sendiri memiliki kluster kopi di lereng Wilis dan Anjasmara, Kediri dan Tulungagung, seluas 60 hektar untuk jenis Robusta dan Arabica.
Festival kopi ini disambut baik petani. Mereka bisa memerkenalkan kopi setempat ke khalayak. "Saya menjual biji kopi ke kedai dan Kebun Kopi Karanganyar, Desa Modangan, Kecamatan Nglegok, Blitar. Karanganyar adalah lokasi weisata kebun kopi dengan luas 235 hektar. Selain dari kebun setempat, obyek wisata tersebut juga menjual kopi produksi petani di sekitarnya," ujar Fendi (35) salah satu petani kopi lereng Kelud Desa Modangan, Nglegok.
Menurut Fendi hari ini harga kopi specialty asli Blitar masih mahal karena permintaan tinggi tapi pasokan sedikit. Fendi berharap setelah even ini animo petani untuk menanam kopi meningkat.
Senada dengan Fendi, Rujianto (38) petani dari Desa Medowo, Kecamatan Kandangan, Kabupaten Kediri, mengatakan masih banyak petani di daerahnya yang belum bergairah merawat kopi. Dan saat ini dirinya berusaha merangsang petani lainnya agar bergairah merawat kopi. "Cara kami memerkenalkan, misalnya, memberikan edukasi bagaimana petik merah ternyata kualitasnya lebih bagus dibanding petik ijo," ujarnya.