Pedagang Pasar Lawang Berharap Bisa Jualan Sebelum Puasa
Pedagang terdampak kebakaran di Pasar Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, berharap bisa kembali berjualan sebelum bulan Ramadan. Hingga Minggu (21/4/2019) pagi, sebagian besar pedagang itu masih membersihkan lapak jualan mereka yang hangus.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Pedagang terdampak kebakaran di Pasar Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, berharap bisa kembali berjualan sebelum bulan puasa. Hingga Minggu (21/4/2019) pagi, sebagian besar pedagang itu masih membersihkan lapak jualan mereka yang hangus.
Sebelumnya, kebakaran menghanguskan sisi belakang Pasar Lawang, Rabu (17/4) malam. Api mulai berkobar sekitar pukul 19.00. Proses pemadaman Pasar Lawang membutuhkan waktu 10 jam dengan melibatkan 13 mobil pemadam kebakaran dari Kabupaten/Kota Malang dan Pasuruan.
Dari pantauan Kompas, baru satu-dua korban kebakaran yang telah berjualan kembali di lokasi semula yang terbakar. Mereka berjualan memanfaatkan tenda sementara setelah lebih dulu membersihkan puing dan besi sisa rangka atap yang berantakan. Sementara pedagang yang menghuni kios ataupun toko baru bisa membersihkan area sekitar tempat mereka berjualan.
Beberapa pedagang berinisiatif menyewa kuli bersih-bersih atau tukang potong besi untuk memotong rangka atap yang mengganggu. Sejumlah personel TNI juga dikerahkan untuk membantu membersihkan puing bersama kepala pasar se-Kabupaten Malang dan dinas terkait.
Berdasarkan pendataan terbaru oleh pihak pengelola Pasar Lawang, ada 453 lapak yang terbakar, baik berupa los, kios, maupun, toko dengan kerugian ditaksir Rp 10 miliar. Dugaan sementara kebakaran disebabkan hubungan pendek arus listrik dari salah satu titik di dalam pasar. Pasar yang dibangun tahun 1993 itu ditempati sekitar 1.300 pedagang.
”Harapannya, pembersihan dan pembenahan bisa dilakukan secepatnya sehingga puasa sudah bisa ditempati. Menurut informasi, ada lokasi penampungan sementara di samping pasar, tetapi ada teman yang tidak mau. Alasannya, pelanggan nanti kesulitan mencari. Kan, kami sudah punya pelanggan,” ujar Miseri, salah seorang pedagang terdampak kebakaran yang berjualan kain di lantai satu.
Dibandingkan dengan lantai dua, menurut Miseri, lapak yang terbakar di lantai satu membutuhkan pembenahan yang cukup lama karena kondisinya tertutup, butuh instalasi listrik dan perlengkapan lain. Dengan tenda sementara, lantai dua sudah bisa dipakai jualan, kecuali kios yang dindingnya retak. Adapun lapak di lantai dua kondisinya lebih terbuka sehingga relatif mudah penanganannya.
Purwati, pemilik kios kelontong di lantai dua, mengatakan, sudah ada pertemuan antara pemerintah daerah, pengelola pasar, dan pedagang yang membahas tentang lokasi penampungan sementara. ”Pedagang mau dipindah ke penampungan, tetapi tidak semua. Yang mau saja yang dipindahkan ke sana. Kami masih menunggu keputusan besarnya seperti apa,” katanya.
Kepala Unit Pengelola Pasar Daerah Lawang Sigit Sigiharto masih menunggu rapat koordinasi skala besar di tingkat kabupaten terkait dengan pemindahan ke lokasi sementara. Dalam rapat itu akan dibicarakan langkah selanjutnya, termasuk uji kelayakan gedung pasar.
”Jika tidak layak, akan dipindahkan ke tempat penampungan sementara. Gambaran awalnya, lokasi penampungan di sisi utara pasar. Harapan pedagang, sebelum Ramadhan dan Lebaran sudah ada keputusan soal itu,” ujarnya. Sigit menambahkan, dari pendataan terakhir ada penurunan jumlah lapak yang rusak. Jika sebelumnya ada 559 buah, saat ini menjadi 453 buah.
Sebelumnya, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Malang Pantjaningsih Sri Rejeki menyatakan akan membicarakan langkah penanganan pasar dengan pedagang secepatnya. Kegiatan itu dilakukan setelah penanganan darurat, yakni pemadaman api dan pendataan kerusakan selesai dilakukan.