Total ada tiga pelaksana pemilu di Manado yang meninggal. Sementara di Sulawesi Utara, total lima orang meninggal karena pemilu. Mereka adalah lima dari 119 petugas di 25 provinsi yang meninggal karena kelelahan atau kecelakaan akibat pemilu.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
Pesta demokrasi Pemilu 2019 harus berujung duka bagi keluarga Said Hassan (57), anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara di Kelurahan Komo Luar, Wenang, Manado, Sulawesi Utara. Tenda pesanan Said untuk TPS 3 Komo Luar menjadi peneduh bagi para pelayat.
Sebagai orang yang aktif di kegiatan kantor dan lingkungan tempat tinggalnya, almarhum Said memang tak mengenal lelah. Ia meninggal karena kelelahan pada Minggu (21/4/2019) setelah tak tidur dua malam untuk menggawangi pelaksanaan pemilu, Selasa-Rabu, 16-17 April, sebelum lanjut bekerja.
”Bapak baru saja kembali dari Bogor, Selasa sore. Sampai di rumah, dia cuma taruh tas di rumah, terus langsung menghias TPS. Sejak bikin TPS, pelaksanaan pemilu, penghitungan suara, sampai mengantar kotak suara dan formulir C1 ke kecamatan hari Kamis (18/4/2019), bapak tidak tidur sama sekali,” tutur Nizar Hassan (25), anak ketiga almarhum Said, Rabu.
Said memang berpengalaman menjadi anggota panitia pemilu. Ia menjadi ketua KPPS pada Pemilihan Gubernur Sulut 2015 serta anggota KPPS Pemilihan Wali Kota Manado 2016. Karena itu, pegawai Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sulut ini sudah mengenal banyak pihak penyedia untuk perlengkapan pemilu, termasuk jalur tugas KPPS.
Belum cukup istirahat pascapemilu, datanglah tugas kantor bagi Said untuk pergi ke Kepulauan Sangihe pada Minggu, 21 April. Sesampainya di Pelabuhan Laut Manado, Said harus berlari mengejar kapal yang akan berangkat, bahkan sampai harus melompat dari sandaran kapal ke dek. Tiba-tiba, asma yang dideritanya kambuh.
Kapal batal berangkat, nyawa Said tak terselamatkan. Jenazah Said diantarkan ke rumah, disambut panji-panji merah putih yang menggantung di tenda TPS 3 yang dipesannya sendiri. Ia meninggal sebagai garda terdepan penjaga demokrasi.
”Tidak ada piagam penghormatan, tapi bapak memang seorang pahlawan. Dengan honor Rp 500.000, orang lain belum tentu mau menjadi panitia KPPS, apalagi dengan beban kerja sebesar itu,” kata Nizar.
Tidak ada piagam penghormatan, tapi bapak memang seorang pahlawan. Dengan honor Rp 500.000, orang lain belum tentu mau menjadi panitia KPPS, apalagi dengan beban kerja sebesar itu.
Suwarni Ibrahim (56), istri Said, sependapat. Komisi Pemilihan Umum (KPU) sudah menyatakan akan memberikan uang santunan bagi keluarganya. Namun, Suwarni tetap merasa sangat kehilangan.
”Sebagai warga negara yang baik, tugas suami saya sudah diselesaikan. Tapi, sebesar apa pun honor yang diberikan buat KPPS, tidak akan bisa menggantikan suami saya,” ujarnya.
Memberatkan
Suwarni dan Nizar berharap, pemilu selanjutnya jangan sampai memberatkan petugas KPPS yang berada di lapangan dengan beban tugas yang memaksa mereka tidak tidur. Pemilu legislatif pusat, provinsi, dan kabupaten/kota tidak perlu digabung dengan pemilu presiden.
”Kebijakan pemilu harus ditinjau ulang supaya tidak ada lagi korban meninggal karena tenaga habis terkuras,” ucap Suwarni.
Korban lainnya adalah Sonny Langkay (61), anggota KPPS TPS 8 Kelurahan Kleak, Malalayang, Manado. Yun Lukas (53), istri mendiang Sonny, hanya bisa pasrah menghadapi kematian suaminya. Ia mengaku tak mengerti demokrasi, tetapi selalu mendukung tugas sebagai anggota KPPS yang diamanahkan negara kepada suaminya.
”Sejak Selasa (16/4/2019) pagi, suami saya sudah menghias halaman rumah yang jadi TPS. Malamnya, ikut ambil kotak suara dan tidak tidur sampai besok untuk mempersiapkan hari-H pemilu. Sampai Kamis pukul 09.00 Wita, dia tidak tidur untuk menghitung surat suara dan mengisi formulir,” kata Yun.
Sonny hanya istirahat sebentar sebelum lanjut menghias daerah tempat tinggalnya untuk ibadat Jumat Agung dan Paskah.
”Tengah malam, suami saya baru kembali. Dia mengaku lelah, lalu bilang mau tidur. Belum lagi sampai kepalanya di bantal, napasnya berhenti, terdengar seperti orang tercekik,” ujar Yun.
Sonny memang memiliki riwayat penyakit jantung. Namun, dokter yang memeriksa jenazahnya menyatakan kelelahan sebagai penyebab kematian Sonny. ”Saya merasa sangat kehilangan, tapi namanya tugas negara, saya bisa bilang apa?” kata Yun pasrah.
Beban petugas pemilu kali ini memang berat. ”Lima lembar surat suara terlalu banyak, sebaiknya jangan digabung, untuk menghindari kelelahan petugas,” ucap Reagen Langkay (36), anak Sonny.
Reagen malah baru mengetahui ada santunan yang diberikan kepada keluarga korban dari media daring. Sampai saat ini, perwakilan KPU belum mendatangi rumah Reagen untuk memberikan santunan meskipun ada seseorang yang memintanya membagikan lokasi alamat rumahnya.
Evaluasi
Total tiga pelaksana pemilu di Manado meninggal. Satu lagi adalah Feny Assa, Ketua Panitia Pemungutan Suara (PPS) Kelurahan Pinaesaan, Wenang, Manado. Di Sulut, total ada lima orang yang meninggal karena pemilu.
Mereka adalah 5 dari 119 petugas di 25 provinsi yang meninggal karena kelelahan atau kecelakaan akibat pemilu. Sementara itu, 548 petugas lainnya jatuh sakit dan harus menjalani perawatan. Adapun 566 pengawas pemilu juga mendapat musibah, seperti kekerasan, kecelakaan, dan sakit sehingga harus dirawat jalan atau inap (Kompas, 24/4/2019).
Menanggapi hal ini, Ketua KPU Manado Sunday Rompas mengatakan, perlu ada evaluasi pelaksanaan pemilu. Lima surat suara dalam satu pemilu tentu sangat memberatkan sehingga pemilu legislatif sebaiknya dipisah dari pemilu presiden.