Polisi masih memeriksa 82 terduga pelaku pembakaran sekitar 50 rumah warga Desa Gunung Jaya dalam konflik antarwarga desa di Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara.
Oleh
VIDELIS JEMALI
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Kepolisian Daerah Sulawesi Tenggara menangkap 82 terduga pelaku pembakaran puluhan rumah dalam konflik antarwarga dua desa di Kabupaten Buton pekan lalu. Polisi masih mendalami keterlibatan mereka untuk kelanjutan proses hukumnya.
”Mereka ditahan untuk sementara di Markas Polda Sultra. Penyidik masih memeriksa mereka secara mendalam,” kata Kepala Bidang Humas Polda Sultra Ajun Komisaris Besar Harry Goldenhardt saat dihubungi di Kendari, Senin (10/6/2019).
Ke-82 terduga itu berasal dari Desa Sampuabalo, Kecamatan Siotapina. Mereka diduga terlibat pembakaran puluhan rumah warga Desa Gunung Jaya, Rabu (5/6/2019). ”Status hukum mereka belum tersangka, masih terduga,” kata Harry.
Pada Rabu, sejumlah pemuda dari Desa Sampuabalo menyerang Desa Gunung Jaya. Sempat terjadi baku lempar batu di antara kedua kelompok. Namun, karena jumlah rombongan dari Desa Sampuabalo lebih besar, warga Desa Gunung Jaya lari meninggalkan rumah mereka ke desa tetangga. Saat ditinggal, penyerang membakar rumah. Sedikitnya 50 rumah terbakar, termasuk empat sepeda motor dan satu pikap turut ludes dilalap api.
Insiden tersebut berawal dari kejadian pada Selasa (4/6/2019). Sejumlah pemuda Desa Sampuabalo berkonvoi kendaraan roda dua melewati Desa Gunung Jaya dengan meraung-raungkan kendaraan mereka. Aksi itu disertai teriakan provokatif terhadap warga Desa Gunung Jaya. Hal itu memancing kemarahan warga Desa Gunung Jaya. Namun, tak terjadi bentrokan.
Esoknya, seorang pemuda Desa Sampuabalo bersilaturahmi Lebaran di sebuah dusun dengan melintas di Desa Gunung Jaya. Saat melintas, ia dipanah sejumlah orang di Desa Gunung Jaya. Dada kirinya terluka kena anak panah. Atas kejadian itu, ia pulang dan melapor ke warga desanya. Sekitar 100 pemuda dari Desa Sampuabalo lalu menyerang Desa Gunung Jaya.
Dua orang meninggal dalam konflik tersebut. Sebanyak delapan orang mengalami luka-luka akibat sabetan atau tusukan benda tajam.
Semua orang Buton tak ingin kejadian serupa terjadi lagi di kemudian hari.
Pertemuan untuk kesepakatan damai di antara warga kedua desa sudah mulai digelar di Pasarwajo, ibu kota Buton. Situasi di dua desa pun makin kondusif. Namun, aparat kepolisian dan TNI masih berjaga di lokasi kejadian. Mereka pun mulai membersihkan puing-puing rumah yang hangus terbakar.
Sementara itu, warga Gunung Jaya masih mengungsi di Pasarwajo, ibu kota Kabupaten Buton. Pemerintah Provinsi Sultra akan membangun rumah untuk mereka.
Safrin (26), pemuda di Pasarwajo, menyatakan, kesepakatan damai yang hendak dirintis untuk kedua desa perlu mengikis benih-benih permusuhan lama. Kesepakatan itu jangan hanya melibatkan tokoh masyarakat, tetapi juga anak muda, termasuk yang masih duduk di bangku sekolah menengah. ”Semua orang Buton tak ingin kejadian serupa terjadi lagi di kemudian hari,” katanya.
Konflik antarwarga kedua desa pernah terjadi sebelumnya, yaitu pada Agustus 2016. Ketika itu pecah bentrokan di antara warga kedua desa yang dipicu pemukulan siswa dari Desa Sampuabalo oleh siswa dari Desa Gunung Jaya. Bentrokan saat itu cepat diredam berkat mediasi berbagai pihak, mulai dari aparat hingga tokoh masyarakat.