Ekonomi Kreatif di Purwakarta Didorong Jadi Kekuatan Ekonomi Warga
Pemerintah Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, mendorong warganya mengembangkan potensi ekonomi kreatif sebagai penopang pendapatan. Produk kuliner dan kerajinan tangan berpotensi menjadi kekuatan ekonomi warga Purwakarta. Untuk mendukungnya, pemerintah daerah menyiapkan tempat khusus sebagai sentra belanja.
Oleh
MELATI MEWANGI
·3 menit baca
PURWAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, mendorong warganya mengembangkan potensi ekonomi kreatif sebagai penopang pendapatan. Produk kuliner dan kerajinan tangan berpotensi menjadi kekuatan ekonomi warga Purwakarta. Untuk mendukungnya, pemerintah daerah menyiapkan tempat khusus sebagai sentra belanja.
Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perdagangan, dan Perindustrian Kabupaten Purwakarta Karliati Juanda, Kamis (1/8/2019), mengatakan, Purwakarta kaya potensi bahan pangan dan kesenian. Untuk mengangkat potensi tersebut, dia mengajak warga meningkatkan kreativitas menghasilkan berbagai produk (diversifikasi).
Menurut dia, produk usaha kecil dapat menjadi kekuatan ekonomi mandiri bagi masyarakat. ”Produk usaha mikro masyarakat Purwakarta harus semakin ditingkatkan jenis dan jumlahnya. Harapannya, produk-produk itu tidak hanya dicintai masyarakat lokal tapi juga dikenal global,” ujar Karliati.
Produk usaha mikro masyarakat Purwakarta harus semakin ditingkatkan jenis dan jumlahnya. Harapannya, produk-produk itu tidak hanya dicintai masyarakat lokal, tetapi juga dikenal global.
Dalam acara Gelar Pesona Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang diadakan International Council for Small Business cabang Purwakarta ditampilkan lebih dari 25 stan pelaku UMKM. Produk yang mereka jajakan terbagi atas beberapa kluster, antara lain pakaian, kerajinan tangan, makanan dan minuman, produk olahan agroindustri, dan produk industri kreatif.
Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) mencatat, ekonomi kreatif memberikan Rp 784,82 triliun atau setara dengan 7,44 persen dari total produk domestik bruto (PDB) nasional sebesar Rp 10,542 triliun. Pada 2015, PDB ekonomi kreatif mencapai Rp 852 triliun, meningkat 8,6 persen dari tahun sebelumnya. Angka tersebut setara 7,3 persen total PDB nasional pada 2015 sebesar Rp 11,54 triliun.
Pada 2015, subsektor yang berkontribusi paling besar adalah kuliner, yakni 41,69 persen, disusul mode 18,15 persen dan kriya sebesar 15,70 persen. Hal itu sejalan dengan kinerja ekspor yang dicatat tiga subsektor itu. Dari total ekspor ekonomi kreatif 2015 sebesar 19,4 miliar dollar AS atau Rp 261,9 triliun, 56 persen disumbangkan sektor mode, 37 persen kriya, 6 persen kuliner, dan 1 persen subsektor lain (Kompas.id, 8/12/2017).
Kendala
Akan tetapi, beberapa kendala masih menghambat pelaku ekonomi kreatif, antara lain akses permodalan dan pemasaran. Pada tahun 2020, Pemerintah Kabupaten Purwakarta menganggarkan dana tambahan Rp 1,7 miliar untuk membantu permodalan usaha di desa.
Bupati Purwakarta Anne Ratna Mustika menyebutkan, dana Rp 50 juta akan diberikan kepada setiap desa untuk membantu permodalan usaha warganya. Pelaku UMKM harus mengajukan produknya atas rekomendasi desa.
”Kami ingin mendorong potensi setiap desa di Kabupaten Purwakarta. Harapannya, setiap desa memiliki produk unggulan yang diangkat sehingga warga sekitar juga semakin berkembang dengan adanya usaha tersebut,” kata Anne.
Pemkab Purwakarta bersama Dinas Koperasi, UKM, Perdagangan, dan Perindustrian Purwakarta meluncurkan sebuah galeri khusus untuk memasarkan hasil produk para pelaku UMKM. Galeri Menong adalah toko pusat oleh-oleh khas Purwakarta yang berdiri sejak tahun 2016.
Galeri ini didirikan untuk memudahkan para wisatawan berbelanja produk oleh-oleh asli Purwakarta. Produk-produk yang dijual berasal dari berbagai kecamatan, antara lain manisan buah pala dari Desa Wanayasa, simping dari Desa Kaum, gula aren dari Desa Kiarapedes, dan kerajinan gerabah dari Plered.
Bendahara Galeri Menong Lilis mengatakan, awal dibukanya galeri ini hanya menerima titipan produk dari 50 UMKM. Saat ini, jumlah pelaku usaha yang menitipkan ke galeri menjadi 300 UMKM. Artinya, antusiasme warga untuk terus memasarkan produknya tinggi.
Dalam sebulan, omzet yang didapat kisaran Rp 70 juta-Rp 100 juta. Kemudian, total rata-rata pengunjung yang datang 100-200 orang setiap bulannya.