Gelaran Jember Fashion Carnival ke 18 tahun ini merupakan gelaran pertama tanpa kehadiran Presiden Jember Fashion Carnival Dynand Fariz. Panitia menyiapkan defile khusus untuk mengenang Dynand yang meninggal 17 April.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
JEMBER, KOMPAS – Gelaran Jember Fashion Carnival ke 18 tahun ini merupakan gelaran pertama tanpa kehadiran Presiden Jember Fashion Carnival Dynand Fariz. Panitia menyiapkan defile khusus untuk mengenang Dynand yang meninggal 17 April.
Ketidakhadiran Dynand Fariz dinilai sebagian pihak akan mengerangi kemeriahan salah satu festival karnaval terbaik Indonesia. Tingkat okupansi hotel di Jember pun meredup bila dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Ditemui di Jember Rabu (31/7/2019) CEO Jember Fashion Carnival (JFC) Suyanto mengatakan, pihaknya sudah menyiapkan seluruh rangkaian acara JFC sejak pembukaan pada tanggal 31 Juli hingga puncak JFC pada 4 Agustus. Suyanto mengatakan, meninggalnya Dynand Fariz merupakan kehilangan besar bagi JFC. Namun hal itu bukan alasan untuk membuat kualitas JFC menurun.
“Tahun ini kami bekerjasama dengan desainer Anne Avantie. Harapannya kerjasama ini berjalan hingga tahun-tahun ke depan untuk mengembangkan industri fashion termasuk pariwisata di Jember,” ujar Suyanto.
Yayasan JFC juga mengundang sejumlah artis untuk mendukung gelaran festival karnaval kontomporer yang memasuki tahun ke 18 penyelenggaraan. Kehadiran artis-artis diharapkan mampu menarik pengunjung agar berbondong-bondong menyaksikan rangkaian kegaitan JFC.
Tahun ini kami bekerjasama dengan desainer Anne Avantie. Harapannya kerjasama ini berjalan hingga tahun-tahun ke depan untuk mengembangkan industri fashion termasuk pariwisata di Jember
Salah satu artis yang akan ikut berparade ialah Cinta Laura. Sebagai bentuk dukungannya kepada JFC dan sebagai bentuk penghargaan pada Almarhum Dynand Fariz, Cinta bersedia tampil tanpa di bayar.
Tahun ini JFC digelar dengan tema Tribal Grandeur yang akan menampilkan keagungan suku-suku di nusantara maupun di mancanegara. Nantinya parade akan dibuka dengan upacara singat untuk mengenang penggagas JFC Dynand Fariz.
“Dalam Tribute to Dynand Fariz akan ada sebuah kereta berbentuk perahu yang akan digunakan untuk mengarak foto almarum Dynand Fariz. Perahu itu akan dikawal oleh 19 orang berkostum garuda. Kostum ini pernah dipakai untuk mengawal kontingen negara-negara peserta Asian Games,” ujar Suyatno.
Ketiadaan Dynan Fariz tahun ini sudah terasa saat acara pembukaan JFC Rabu (31/7/2019). Pada acara pembukaan Dynand biasanya bertindak sebagai pembawa acara untuk mengenalkan aneka kostum yang akan diperagakan. Ia juga akan menjelaskan makna tema umum dan makna masing-masing parade.
Sejumlah pengunjung mengakui tanpa adanya Dynand, JFC seolah kehilangan roh. “Biasanya Dynand menjelaskan makna kostum dengan sangat rinci dan berapi-api. Sekarang seperti kurang ada gregetnya. Tampilan peserta juga kurang rapi,” tutur Veronica salah satu warga yang sudah kerap menyaksikan JFC dari tahun ke tahun.
CEO JFC Suyanto yakin, JFC tidak akan meredup setelah tidak adanya sosok Dynand Fariz. “Biarkan waktu yang membuktikan. Saya yakin, anak-anak didik Dynand pasti akan mempertahankan bahkan mengembangkan JFC menjadi lebih baik dari tahun ke tahun,” tuturnya.
Biasanya Dynand menjelaskan makna kostum dengan sangat rinci dan berapi-api. Sekarang seperti kurang ada gregetnya. Tampilan peserta juga kurang rapi
Okupansi Hotel
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Jember Tegoeh Soeprajitno mengatakan ada penuruan okupansi hotel bila dibandingkan antara masa penyelenggaraan JFC tahun ini dengan tahun sebelumnya. Menurutnya hal ini dampak dari minimnya promosi dan tidak adanya pribadi Dynand Fariz.
Tegoeh mengatakan, ada 2.400 kamar yang tersedia se-Kabupaten Jember. Rata-rata okupansi pada hari biasa diluar masa gelaran JFC hanya 40 persen hingga 60 persen.
“Tahun lalu okupansi pada masa gelaran JFC sejak H-4 hingga H-2 Puncak JFC mencapai 80 persen, baru pada H-1 Puncak JFC okupansi mencapai 100 persen. Tahun ini okupansi H-1 memang 100 persen, tetapi pada H-4 hingga H-2 hanya 60 persen,” ujarnya.
Teguh berharap ada konsep baru dalam gelaran JFC agar lama menginap wisatawan bisa dimaksimalkan saat rangkaian acara JFC. Ia mengusulkan ada kegiatan wisata lain selain JFC yang digelar berbarengan dengan rangkaian acara JFC, sehingga para wisatawan bisa memiliki alternatif kegiatan saat hendak menyaksikan JFC.