Kader-kader Nahdlatul Ulama di daerah mengenang KH Maimoen Zubair sebagai guru bagi ulama dan generasi muda.
Oleh
NIKSON SINAGA
·2 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Kader-kader Nahdlatul Ulama di daerah mengenang KH Maimoen Zubair sebagai guru bagi ulama dan generasi muda. Kepergian Mbah Moen, yang berpulang di tanah suci Mekkah, Arab Saudi, Selasa (6/8/2019), mengingatkan kembali pesan untuk menjalin persatuan bangsa dan berbuat baik kepada seluruh umat manusia.
”Mbah Moen adalah sokoguru bangsa. Dia adalah tempat bertanya para ulama dari generasi yang lebih muda. Beliau juga tokoh pemersatu yang berpesan agar selalu berbuat baik kepada siapa saja,” kata Wakil Ketua Nahdlatul Ulama Kota Medan Potan Edy Siregar di Medan, Selasa (6/8/2019).
NU Kota Medan pun melaksanakan shalat Ghaib untuk Mbah Moen yang juga merupakan Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. Warga NU di seluruh daerah pun diimbau untuk melaksanakan doa tahlil dan Yasin untuk mendoakan Mbah Moen tiga malam berturut-turut.
NU Kota Medan pun melaksanakan shalat Ghaib untuk Mbah Moen yang juga merupakan Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.
”Kami mengajak seluruh warga NU di Kota Medan mendoakan Mbah Moen agar Allah SWT menempatkan almarhum di tempat yang layak. NU Kota Medan sangat berkabung atas kepergian Mbah Moen. Kami berdoa agar beliau khusnul khatimah,” kata Edy.
Bendahara NU Kota Medan Zulkarnain mengenang Mbah Moen sebagai tempat bertanya para ulama dari generasi yang lebih muda. Mbah Moen juga melahirkan para santri yang dididik di Pondok Pesantren Al-Anwar, Sarang, Rembang, Jawa Tengah.
Mbah Moen juga merupakan sosok yang selalu mengingatkan para generasi muda untuk selalu mencintai dan membantu orangtua lanjut usia. ”Bantulah semua orang, semua makhluk Tuhan, siapa pun itu. Karena dengan itu kamu akan mencapai jalan lurus ke surga, menjadi jalanmu meraih kebaikan. Damailah, jangan selalu menciptakan keributan.” Begitu pesan Mbah Moen kepada para warga NU.
”Mbah Moen juga punya peran penting di Partai Persatuan Pembangunan. Beliau menjadi pemersatu di tengah kecamuk dualisme di tubuh PPP,” kata Zulkarnain.
Ia mengatakan, Mbah Moen berperan mempertemukan kubu Romahurmuziy dan kubu Djan Faridz pada Muktamar VIII PPP di Jakarta tahun 2016. Mbah Moen pun hadir dalam muktamar itu. ”Beliau melampaui kepentingan pribadi masing-masing,” katanya.