Memasuki musim kemarau, jumlah kejadian kebakaran lahan perkebunan dan hutan di Purwakarta meningkat. Masyarakat diimbau mewaspadai potensi kebakaran lahan di sekitarnya.
Oleh
MELATI MEWANGI
·3 menit baca
PURWAKARTA, KOMPAS—Memasuki musim kemarau, jumlah kejadian kebakaran lahan perkebunan dan hutan di Purwakarta meningkat. Masyarakat diimbau mewaspadai potensi kebakaran lahan di sekitarnya.
Berdasarkan data Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Kabupaten Purwakarta, sepanjang tahun 2019 hingga Agustus ini terdapat 110 laporan kejadian kebakaran di Purwakarta. Dari angka tersebut sebanyak 23 kejadian kebakaran menimpa rumah warga, delapan kejadian kebakaran terjadi pada kendaraan, dan 46 diantaranya terjadi di perkebunan atau lahan kosong. Kebakaran di lahan kosong berlangsung pada bulan Juni terjadi sembilan kejadian, Juli 32 kejadian, dan Agustus lima kejadian. Bulan Juni merupakan awal datangnya musim kemarau.
“Musim kemarau menjadi salah satu penyumbang terjadinya kebakaran di Purwakarta. Kebakaran itu dipicu oleh adanya ranting atau pohon kering, udara panas yang berhembus, dan angin besar,” kata Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Kabupaten Purwakarta Wahyu Wibisono, Rabu (14/8/2019).
Jika diperhatikan sepanjang tahun 2014 – 2018 jumlah laporan kejadian kebakaran di perkebunan atau hutan tampak fluktuatif. Namun angka tersebut jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan objek terbakar lainnya.
Pada 2014 ada sekitar 41 kejadian kebakaran di hutan atau perkebunan, di tahun 2015 meningkat menjadi 102 kejadian, dan menurun di tahun 2016 menjadi 5 kejadian. Kemudian jumlahnya meningkat menjadi 71 kejadian di tahun 2017 dan meningkat tajam pada 2018 menjadi 168 kejadian.
Kerap kali Wahyu menerima laporan kebakaran di lahan perkebunan atau hutan karena adanya puntung rokok yang dibuang dan pembakaran sampah oleh masyarakat. Akibatnya, sumber api itu mudah menjalar ke area lahan kosong yang terdapat ilalang-ilalang kering dan pepohonan di sekitarnya.
Kebakaran di lahan perkebunan atau hutan karena adanya puntung rokok yang dibuang dan pembakaran sampah oleh masyarakat. (Wahyu Wibisono)
Wahyu menambahkan, penting bagi masyakarat untuk memahami potensi kebakaran di sekitarnya. Kesadaran ini perlu ditumbuhkan, bukan malah diabaikan.
“Sebagian masyarakat kurang peduli dan menggampangkan potensi bahaya tersebut. Mereka hanya mengandalkan petugas damkar dibandingkan mengatasinya pada saat api kecil atau api mula,” ucap Wahyu.
Pada tahun ini, pembakaran sampah dan lahan menjadi penyebab tertinggi terjadinya kebakaran, yakni 39 laporan atau 35,45 persen. Disusul dengan penyebab lainnya seperti arus pendek listrik sejumlah 21 kejadian (19,09 persen) dan puntung rokok sebanyak 16 kejadian (14,55 persen).
Sekitar 25,45 persen kebakaran terjadi di Kecamatan Purwakarta, Kecamatan Bungursari (14,55 persen), dan Kecamatan Sukatani (10 persen). Pantauan di lapangan, di daerah Kecamatan Bungursari terdapat lahan kosong dengan ilalang-ilalang, rerumputan, dan pohon kering yang bisa ditemui sepanjang jalan raya.
Adapun kawasan industri Kota Bukit Indah juga memiliki daerah rawan kebakaran lahan. Sementara hal serupa juga ditemui di Kecamatan Sukatani, masih banyak lahan perkebunan dan hutan dengan ilalang kering.
Pada Juli lalu, kebakaran seluas kurang lebih dua hektar melanda salah satu daerah di Kecamatan Bungursari. Penyebab kebakaran masih belum diketahui. Sementara di Kecamatan Sukatani, lahan kering seluas satu hektar terbakar diduga adanya puntung rokok, kondisi tersebut diperparah dengan adanya embusan angin dan panasnya matahari. Beruntung api dapat dipadamkan dengan cepat karena petugas damkar datang lekas.
Camat Sukatani Panji mengimbau kepada para warganya untuk lebih berhati-hati dalam melihat potensi wilayah yang mudah terbakar di sekitar, antara lain tidak membuang punting rokok sembarangan dan tidak membakar sampah di dekat lahan hutan kering. Menurut dia, saat ini kondisi wilayahnya masih terkendali. “Saat ada kebakaran lahan, kami langsung berkoordinasi dengan pihak terkait untuk memadamkan api. Sebelum mereka datang, kami akan berupaya semampunya,” ujar Panji.