Penyediaan bibit bawang putih lokal mampu mengurangi ketergantungan terhadap produk impor. Selain menghasilkan produk konsumsi, sentra-sentra hortikultura didorong menghasilkan bibit sehingga secara simultan dapat mewujudkan target swasembada bawang putih pada 2021.
Oleh
KRISTI UTAMI
·4 menit baca
SLAWI, KOMPAS — Penyediaan bibit bawang putih lokal mampu mengurangi ketergantungan terhadap produk impor. Selain menghasilkan produk konsumsi, sentra-sentra hortikultura didorong menghasilkan bibit sehingga secara simultan dapat mewujudkan target swasembada bawang putih pada 2021.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Sugeng mengatakan, bawang putih merupakan komoditas yang kerap menyumbang inflasi. Salah satunya karena produksi lokal belum mampu memenuhi kebutuhan konsumsi. Selama ini kekurangan tersebut selalu ditutup dengan impor.
”Impor bawang putih mau tak mau akan membuat devisa mengalir ke luar negeri. Padahal, saat kondisi perekonomian dunia sedang tidak menentu seperti sekarang ini, ketersediaan devisa sangat diperlukan,” kata Sugeng di sela-sela panen raya bibit bawang putih di Desa Tuwel, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Minggu (1/9/2019).
Kebutuhan bawang putih nasional saat ini 550.000 ton. Dari jumlah tersebut, 96 persen dipenuhi dari impor.
Berdasarkan data Kementerian Pertanian, kebutuhan bawang putih nasional saat ini 550.000 ton. Dari jumlah tersebut, 96 persen dipenuhi dari impor. Artinya, Indonesia baru bisa mencukupi sekitar 22.000 ton kebutuhan bawang putih nasional.
Untuk bisa memenuhi kebutuhan bawang putih nasional, Indonesia butuh sekitar 73.000 hektar lahan tanam yang terdiri dari 60.000 hektar lahan bawang putih konsumsi dan 13.000 hektar lahan untuk bibit. Adapun total luasan lahan tanam bawang putih di Indonesia saat ini baru sekitar 8.000 hektar. Pemerintah menargetkan swasembada bawang putih pada 2021.
Untuk itu, menurut Sugeng, BI mendorong perluasan tanam bawang putih untuk konsumsi dan bibit. Sebagai bentuk dukungannya, BI memberikan bantuan kepada para petani bawang putih di Desa Tuwel berupa pembinaan petani, penyediaan bibit, dan penyehatan lahan. Bank Indonesia juga berencana melakukan pengembangan penanaman bibit bawang putih ke daerah lain yang potensial.
Bupati Tegal Umi Azizah yang juga hadir dalam panen raya tersebut mengatakan, Kabupaten Tegal memiliki potensi besar untuk berkontribusi dalam mewujudkan target swasembada bawang putih. Hingga kini, Kabupaten Tegal memiliki lahan tanam bawang putih 492 hektar dengan kemampuan produksi bibit berkisar 8 ton-22,3 ton per hektar.
Dalam sekali panen, Kabupaten Tegal bisa menghasilkan 4.000 ton hingga 10.000 ton bawang putih. Dalam setahun, terdapat dua kali panen bawang putih.
Saat ini Kabupaten Tegal fokus pada penanaman bawang putih sebagai bibit, bukan untuk konsumsi. Hal itu dilakukan untuk mengamankan kebutuhan bibit bawang putih nasional.
”Pada 1980-1990, Kabupaten Tegal pernah menjadi sentra bawang putih nasional. Namun, pada akhir 1990, kondisi petani bawang putih, termasuk di Desa Tuwel, terpuruk karena bawang impor masuk. Semoga momen ini bisa menjadi awal kebangkitan Desa Tuwel kembali menjadi sentra bawang putih nasional,” ujar Umi.
Saat ini Kabupaten Tegal fokus pada penanaman bawang putih sebagai bibit, bukan untuk konsumsi. Hal itu dilakukan untuk mengamankan kebutuhan bibit bawang putih nasional. Harapannya, saat lahan tanam sudah siap, para petani tidak kerepotan mencari bibit.
Para petani di Kabupaten Tegal sudah menyuplai lebih dari 200 ton bibit ke beberapa daerah, seperti Kabupaten Temanggung (Jateng), Lombok (Nusa Tenggara Barat), dan Simalungun (Sumatera Utara). Varietas bibit bawang putih yang ditanam di Kabupaten Tegal, antara lain, lumbu hijau, lumbu kuning, lumbu putih, tawangmangu baru, sangga sembalun, dan satu varietas impor asal Taiwan, yakni great black leaf (GBL).
Muhammad Ali Yusni, petani bawang putih di Desa Tuwel, mengatakan, menanam bibit bawang putih cukup meningkatkan kesejahteraan warga. Dengan modal bibit 2 kuintal, Yusni bisa memanen hingga 5,2 ton bawang putih untuk keperluan bibit. Adapun luasan lahan tanam bawang putih miliknya 3.500 meter persegi.
”Modal awal yang saya keluarkan untuk membeli bibit 2 kuintal sebesar Rp 9 juta. Kemudian saya memanen 5,2 ton bibit dengan nilai jual hingga Rp 45 juta,” tutur Yusni.
Menurut Ketua Kelompok Tani Bawang Putih Berkah Tani Ahmad Maufur, saat ini setidaknya ada sekitar 140 petani di Desa Tuwel yang menanam bawang putih. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan dengan jumlah petani bawang putih pada 2014 yang berjumlah kurang dari 10 orang.