Potensi Kebakaran Meningkat di Sumsel, Personel Bakal Ditambah Dua Kali Lipat
Akibat api kebakaran hutan dan lahan yang semakin besar, jumlah personel pemadam di Sumatera Selatan akan ditambah hingga dua kali lipat. Penambahan personel bakal terus dilakukan bila kebakaran semakin meluas.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG,KOMPAS—Akibat intensitas kebakaran hutan dan lahan yang semakin besar, jumlah personel pemadam di Sumatera Selatan akan ditambah hingga dua kali lipat. Daerah rawan kebakaran di Sumatera Selatan ada di Ogan Ilir, Ogan Komering Ilir, dan Musi Banyuasin.
Hal ini disampaikan Panglima Kodam II/Sriwijaya Mayor Jenderal Irwan sesuai mengikuti Shalat Istisqa di Istana Gubernur Sumsel, Rabu (18/9/2019). Irwan menerangkan, sampai saat ini, titik panas di Sumsel masih berada pada kisaran 300 titik.
“Titik panas tersebut merupakan lanjutan dari kebakaran yang lama, sedangkan untuk kebakaran yang baru sudah dipadamkan,” ungkapnya.
Untuk mempercepat proses pemadaman, ungkap Irwan, pihaknya menambah personel gabungan dari TNI/Polri, Manggala Agni, BPBD, dan unsur masyarakat di beberapa daerah rawan, dari 1.512 orang menjadi 3.000 orang. Daerah rawan kebakaran ada di Ogan Ilir, Ogan Komering Ilir, dan Musi Banyuasin.
"Petugas akan tinggal di rumah penduduk untuk memantau secara langsung lokasi agar kebakaran tidak meluas. Bahkan, ada personel yang tidak pulang hingga satu bulan demi memastikan kebakaran tidak kembali membesar,” ungkapnya.
Di beberapa lokasi, ujar Irwan, petugas pemadam ada yang tinggal di posko darurat yang minim fasilitas. Mereka sampai tidak mandi karena keterbatasan air bersih. Irwan menerangkan, apabila dalam waktu satu minggu ke depan, kebakaran masih membesar, pihaknya akan menambah lagi jumlah personel.
Menurut Irwan, kebakaran lahan yang terjadi di Sumsel ini hanya bisa dipadamkan secara permanen dengan hujan. “Kalau hujan sampai tiga hari, mudah-mudahan kebakaran yang terjadi bisa padam secara permanen,” ucap Irwan. Dia pun berharap, perusahaan dan masyarakat tidak melakukan pembakaran lahan sehingga titik panas dapat berkurang.
Gubernur Sumsel Herman Deru menuturkan, tim di lapangan sudah berjibaku untuk memadamkan api dari darat dan udara. Namun, karena kondisi lahan yang sangat kering, potensi munculnya titik api baru sangat besar.
Dalam pemantauan di lapangan, ungkap Herman, pihaknya menemukan kemunculan titik api di lahan gambut bisa saja terjadi karena faktor alam. “Ada rawa yang sangat luas dan tidak memiliki akses yang memadai. Namun di tengah rawa mucul titik api,” kata Herman.
Untuk itu, pengawasan terus dilakukan, apalagi Sumsel memiliki lahan gambut yang cukup luas yakni mencapai 1,4 juta hektar dengan kedalaman yang beragam. “Kalau lahan gambut sampai terbakar, akan sulit memadamkannya karena api bisa saja menjalar di bawah permukaan tanah,” ungkap Herman.
Kalau lahan gambut sampai terbakar, akan sulit memadamkannya karena api bisa saja menjalar di bawah permukaan tanah
Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang, Bambang Benny Setiaji mengatakan konsentrasi Partikulat (PM10) yang tercatat sempat menyentuh kategori berbahaya, dengan nilai maksimum 301 mikrogram/meter kubik. Kondisi tidak sehat hingga berbahaya umumnya terjadi pada rentang waktu 22.00-08.00. Sedangkan kondisi sehat hingga sedang umumnya terjadi pada rentang waktu 08.00-22.00.
Bambang menerangkan, asap yang datang ke wilayah Kota Palembang akibat kebakaran lahan di daerah sekitar Palembang yakni di Kecamatan SP Padang, Pampangan, Pedamaran, Tulung Selapan, Cengal, Pematang Panggang, Air Sugihan, Pedamaran, dan Kecamatan Mesuji di Kabupaten Ogan Komering Ilir dan di Kecamatan Banyuasin I, Kabupaten Banyuasin.
Akibat asap, jarak pandang tertinggi yang tercatat di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang pada tanggal 17 September 2019 hanya tujuh kilometer dan terendah pada pagi hari tanggal 18 September 2019 berkisar 700-800 meter. “Kabut asap ini membuat dua penerbangan tertunda,” ungkapnya