Dimas Satriya Wijaya (14) tergolek lemas setelah kepalanya terbentur dinding saat bermain-main. Ia mengalami penyumbatan pembuluh darah kepala.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
Dimas Satriya Wijaya (14) tergolek lemas di atas kasur di sebuah kamar kos, Selasa (17/9/2019). Nyaris tak ada kata yang terucap dari bibirnya. Hanya matanya yang menatap nanar pada orang-orang yang tiba-tiba mengunjunginya sore itu.
Ibunda Dimas, Surati (49) mengatakan anaknya sakit sejak 2015. Dimas lahir dan tumbuh layaknya anak normal lainnya hingga usia sembilan tahun. Anak yang berperawakan tinggi besar ini sempat mengenyam pendidikan di SDN 1 Janti, Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo hingga kelas tiga.
Suatu hari, Dimas bercanda dengan temannya hingga tanpa sengaja kepalanya terbentur dinding kelas. Namun dia tak pernah bercerita kepada ibunya hingga beberapa hari kemudian anak nomor dua pasangan Surati dengan Sofi Wijayanto (47) ini muntah-muntah.
Disangka diare, Dimas pun dibawa ke sebuah rumah sakit swasta terdekat. Namun hasil pemeriksaan berkata lain sehingga Dimas dirujuk ke RSUD dr Soetomo Surabaya untuk memastikan penyakitnya. Dia dinyatakan mengalami gegar otak berat dan harus menjalani operasi karena terjadi penyumbatan di pembuluh darah kepala.
Dia dinyatakan mengalami gegar otak berat dan harus menjalani operasi karena terjadi penyumbatan di pembuluh darah kepala.
Menurut Surati, Dimas telah menjalani operasi sebanyak tujuh kali selama 2015. Operasi itu untuk mengatasi penyumbatan pada pembuluh darah otak. Sebelum dioperasi dia sering demam dan kejang. Pascaoperasi, Dimas melanjutkan pengobatan salah satunya menjalani rehab medik sebab kondisi tangan dan kakinya kaku, sulit digerakkan.
Kondisi Dimas berangsur membaik. Dimas sudah bisa berbicara dan mendengar pembicaraan dengan baik. Namun Dimas memang harus menjalani pengobatan lanjutan terutama mengatasi syaraf-syaraf yang kaku pada organ tubuhnya. Persoalannya, terapi itu harus dijalani rutin dalam rentang waktu yang lama.
Menurut Surati, kendala pengobatan lanjutan bukan pada biaya karena keluarganya telah menjadi peserta BPJS Kesehatan secara mandiri. Sofi rutin membayar iuran Jaminan Kesehatan Nasional setiap bulan. Permasalahan justru terjadi pada akomodasi ke RSUD dr Soetomo.
“Dengan kondisi lumpuh, bahkan untuk duduk juga sulit, butuh kendaraan untuk membawanya berobat. Saya pun tidak sanggup apabila harus membawanya sendirian,” ujar Surati.
Kendala pengobatan lanjutan bukan pada biaya karena keluarganya telah menjadi peserta BPJS Kesehatan secara mandiri. Permasalahan justru terjadi pada akomodasi ke RSUD dr Soetomo.
Sofi Wijayanto bekerja sebagai tenaga kontrak di sebuah pabrik di Sidoarjo untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Sedangkan Surati menjajakan makanan siap santap, keliling permukiman untuk menambah penghasilan keluarga. Mereka harus menghidupi tiga anak, semuanya laki-laki.
Kakak Dimas baru tamat sekolah menengah atas dan sekarang masih berupaya mencari pekerjaan di pabrik. Sedangkan adiknya Dimas, duduk di Kelas 3 SDN I Janti. Pasangan Sofi dan Surati ini tinggal di sebuah kamar kos berukuran 2,5 meter x 4 meter bersama ketiga anaknya.
Untuk menjaga Dimas, Sofi dan Surati biasanya menerapkan giliran jaga. Selama Sofi bekerja di pabrik mulai pagi hingga jam 17.00, Surati menjaga Dimas seraya memasak aneka makanan untuk dijual. Saat Sofi pulang kerja, saat itulah tiba giliran Surati untuk bekerja.
Selain untuk kebutuhan makan, minum, bayar sewa kamar kos, listrik, air, dan biaya pendidikan anak-anaknya, Sofi dan Surati harus mengalokasikan dana untuk kebutuhan Dimas. Biaya kebutuhan Dimas tidak sedikit karena dia butuh popok sekali pakai setiap hari.
Surati ingin sekali kesehatan Dimas pulih seperti sedia kala. Dia mengaku berupaya mencari pengobatan alternatif yang bisa dijangkaunya. Namun hingga sekarang upayanya itu belum berhasil. Sebagai ibu, dia ingin melihat anaknya kembali ke bangku sekolah agar Dimas bisa mewujudkan cita-citanya menjadi seorang polisi yang gagah berani.
Penanganan khusus
Wakil Bupati Sidoarjo Nur Achmad Syaifuddin mengatakan Dimas merupakan warga Sidoarjo yang memerlukan penanganan agar kondisi kesehatannya pulih kembali. Pemerintah Kabupaten Sidoarjo akan berupaya mencari jalan untuk meringankan derita Dimas dan keluarganya.
“Segera akan berkoordinasi dengan RSUD Sidoarjo untuk melakukan pemeriksaan kesehatan Dimas. Hasil pemeriksaan itu akan menjadi acuan penanganan yang tepat,” kata Nur Achmad.
Dia berharap kondisi kesehatan Dimas masih bisa dipulihkan meskipun sakitnya telah berlangsung lama. Upaya medis akan terus dilakukan untuk penanganan penderita sedangkan upaya sosial untuk meringankan beban keluarga agar kondisi ekonominya tidak semakin terpuruk.