Unjuk Rasa di Yogyakarta Akan Terus Digelar hingga Tuntutan Dipenuhi
Mahasiswa di Yogyakarta belum akan menghentikan aksi demonstrasi hingga semua tuntutan dipenuhi. Tidak hanya turun ke jalan, aksi juga akan dilakukan dengan melakukan kajian terkait sejumlah isu yang dituntut.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Mahasiswa di Yogyakarta belum akan menghentikan aksi demonstrasi hingga semua tuntutan dipenuhi. Gerakan mahasiswa bakal terus berlangsung dengan beragam cara. Tidak hanya turun ke jalan, tetapi juga melakukan kajian terkait isu-isu yang dituntut.
Aksi “Gejayan Memanggil” kembali digelar di Pertigaan Gejayan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin (30/9/2019). Pekan lalu, aksi tersebut digelar pula di titik yang sama. Aksi diikuti ribuan mahasiswa, pelajar, dan organisasi masyarakat lain. Mereka bersatu dalam gerakan bernama Aliansi Rakyat Bergerak.
“Kami akan terus menyuarakan. Kami akan terus mengawasi sampai semua tuntutan dipenuhi. Cara-caranya akan dibahas secara internal oleh aliansi,” kata Nailendra, Humas Aliansi Rakyat Bergerak, di lokasi aksi, Senin.
Nailendra menambahkan, perjuangan juga tidak hanya akan dilakukan dengan turun ke jalan. Cara menyuarakan keresahan itu pun bisa dilakukan dengan melakukan kajian terhadap sejumlah aturan yang dianggap bakal merugikan masyarakat.
Tuntutan yang diminta tidak jauh berbeda dari pekan lalu. Aliansi tersebut tetap teguh meminta penerbitan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi (Perppu KPK) dan mendesak pengesahan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual. Mereka juga menolak RUU Pertanahan, RUU Ketenagakerjaan, dan sejumlah RUU kontroversial lain.
Selain itu, masih ada juga permintaan mengusut tuntas kasus pembakaran hutan serta pelanggaran HAM berat. Hal krusial lainnya adalah revisi terhadap pasal-pasal bermasalah dari RUU KUHP.
Tuntutan yang agak berbeda adalah permintaan untuk menerbitkan Perppu terkait UU Sistem Budidaya Pertanian Berkelanjutan. Aturan tersebut dinilai tidak berpihak kepada rakyat dan berpotensi merugikan petani.
Dalam aksi itu, massa yang datang tidak kalah jumlahnya dengan sebelumnya. Sepanjang Jalan Gejayan dipadati manusia. Mereka terdiri dari mahasiswa, pelajar, hingga masyarakat sipil. Tampak rombongan pelajar dengan seragam berwarna putih abu-abu ikut serta dalam barisan. Perwakilan pelajar juga diberi kesempatan untuk berorasi dan membacakan pernyataan sikap dari aliansi tersebut.
Nailendra mengatakan, kehadiran pelajar dalam unjuk rasa menunjukkan keresahan yang sama. Apa yang terjadi di DPR ternyata juga menjadi perhatian para pelajar. “Tidak ada ajakan secara langsung. Tetapi, mereka merasakan keresahan sehingga ikut serta dalam aksi ini,” kata dia.
Rizky (17), salah satu siswa SMK, mengatakan, isu yang meresahkan baginya adalah revisi UU KPK. Bagi dia, KPK seharusnya dikuatkan, bukan sebaliknya. “Saat ini, KPK dilemahkan. Padahal, ada banyak koruptor ditangkap. Itu meresahkan. Masih ada banyak peraturan lain yang mungkin berpengaruh langsung buat saya di masa depan. Jadi saya ikut turun ke jalan,” kata Rizky, yang datang bersama 10 temannya.
Aksi yang berlangsung dari pukul 13.00-16.30 menyebabkan polisi menutup lalu lintas Jalan Gejayan. Kendaraan dari arah perempatan Condong Catur diarahkan ke Ring Road utara.
Selain itu, ada enam titik lokasi aksi di sepanjang jalan tersebut. Masing-masing titik diadakan atraksi kesenian dan orasi sebagai bentuk kritik. Aksi berlangsung kondusif dan damai.
“Kami memperkuat tim keamanan dan selalu menjaga agar aksi ini berlangsung damai. Kami meyakini, itu bisa dilakukan,” kata Nailendra.
Kepala Bidang Humas Polda DIY Komisaris Besar Yuliyanto mengapresiasi jalannya aksi yang berlangsung kondusif. Ketertiban yang dijaga secara mandiri oleh peserta aksi membuat demonstrasi berlangsung aman. Ia pun tidak melarang adanya gelaran aksi tersebut di kemudian hari. “Yang penting semua berjalan dengan tertib,” katanya.