Konsep smart city atau kota cerdas tidak hanya memerlukan kesiapan teknologi informasi memadai, tetapi juga sumber daya manusia yang responsif. Keduanya harus berjalan simultan agar berbagai masalah di kota teratasi.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS - Konsep kota cerdas atau smart city tidak hanya butuh kesiapan teknologi informasi yang memadai, tetapi juga sumber daya manusia yang responsif. Keduanya harus berjalan simultan agar berbagai permasalahan di kota dapat teratasi dengan cepat dan tepat.
Koordinator Pusat Studi Smart City Universitas Diponegoro, Anang Wahyu Sejati, mengatakan, saat ini, sejumlah daerah berlomba untuk meningkatkan aspek ketersediaan teknologi, salah satunya untuk pelayanan publik. Namun, terkadang, justru melupakan penyiapan sumber daya manusia (SDM).
“Misalkan ada laporan masuk, bagaimana responsnya? Tentu harus cepat dan responsif. Maka, teknologi dan SDM harus berjalan simultan,” kata Anang di sela Konferensi Internasional Inovasi Kota Cerdas (ICSCI) di kampus Undip, Kota Semarang, Jawa Tengah, Rabu (9/10/2019).
Kesiapan SDM tersebut, antara lain dapat dituangkan pada rencana utama daerah untuk menuju kota cerdas. Sayangnya, kata Anang, belum semua daerah memiliki perencanaan matang. Padahal, hal ini penting untuk pembangunan jangka panjang satu daerah.
Menurut Anang, pemahaman kota cerdas bukan soal tren di mana kebutuhan dipenuhi saat ada permintaan. “Pemerintah daerah perlu menyadari pemimpin berganti setiap lima tahun. Maka, master plan penting untuk menjadi rujukan dalam perencanaan 10-20 tahun ke depan,” ujarnya.
Sekretaris Magister Pembangunan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Undip, Wido Prananing Tyas menambahkan, kota cerdas juga tidak melulu dipahami sebagai konsep daerah dengan penerapan teknologi tinggi. Namun, bagaimana satu daerah bergerak maju secara inovatif.
“Konsep kota cerdas itu luas. Ini juga menjadi refleksi apakah semua daerah siap pada segala sesuatu yang berbasis digital? Maka, sebenarnya, semua bisa dimulai dari hal sederhana, seperti penggunaan media sosial dalam pemanfaatan dana desa. Ini sudah sesuatu yang cerdas,” ujarnya.
ICSCI 2019 digelar Undip bekerja sama dengan USAID melalui program Sustainable Higher Education Research Alliances (SHERA). Kolaborasi ”Kota Cerdas” juga dengan Universitas Indonesia, Universitas Padjadjaran, Universitas Udayana, Universitas Sriwijaya, dan Universitas Teknologi Sumbawa.
Melalui program tersebut, diharapkan ada pusat kota cerdas atau smart city center di berbagai daerah di Indonesia. “Sehingga, nantinya program nasional, maupun internasional, dapat disalurkan melalui berbagai pusat kota cerdas di daerah,” kata Anang.
Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi, menuturkan, dukungan teknologi memudahkan masyarakat mengakses berbagai layanan milik Pemkot Semarang. Salah satunya yakni 5G (Gratis, Gesit, Gak Antri, Gak Ribet, Go Cashless) di berbagai puskesmas yang ada di kota lumpia tersebut.
Profesor Noel Scott dari University of the Sunshine Coast, Australia, mengatakan, pemanfaatan teknologi dapat memberi dampak signifikan pada pariwisata di satu daerah. Teknologi dapat digunakan untuk menganalisis, memberi pengaruh, dan mengetahui keinginan wisatawan.