Pemerintah Segera Lakukan Normalisasi Waduk di Batam
Badan Pengusahaan Batam akan melakukan normalisasi waduk untuk menjaga ketersediaan pasokan air bersih. Rencananya, Waduk Duriangkang yang memasok 70 persen air bersih akan dibersihkan dari eceng gondok bulan depan.
Oleh
PANDU WIYOGA
·2 menit baca
BATAM, KOMPAS – Badan Pengusahaan Batam akan melakukan normalisasi waduk untuk menjaga ketersediaan pasokan air bersih. Rencananya, Waduk Duriangkang yang memasok 70 persen kebutuhan air bersih akan dibersihkan dari eceng gondok mulai bulan depan agar daya tampungnya normal kembali.
Wakil Walikota Batam Amsakar Achmad, Selasa (29/10/2019), mengatakan, pembersihan eceng gondok di Waduk Duriangkang merupakan tahap awal upaya normalisasi lima waduk tadah hujan di Batam. Hal itu sekaligus merupakan ajakan bagi warga untuk ikut menjaga dan merawat kelestarian waduk.
Pulau Batam tidak memiliki sungai sebagai sumber air baku. Untuk memenuhi kebutuhan air warga, kota itu mengandalkan lima waduk tadah hujan, yaitu Waduk Nongsa, Sei Harapan, Sei Ladi, Mukakuning, dan Duriangkang. Lima waduk itu dirancang untuk menghasilkan air secara total sebanyak 4.120 liter per detik.
Selain bergantung kepada curah hujan, ketersediaan air di waduk ditentukan juga oleh kelestarian hutan lindung di daerah tangkapan air. Alih fungsi lahan daerah tangkapan air yang kini semakin marak membuat daya tampung kelima waduk itu terus menurun dari tahun ke tahun akibat pencemaran dan sedimentasi.
“Pembersihan eceng gondok di Duriangkang hanya merupakan langkah awal upaya normalisasi waduk. Dibutuhkan sejumlah upaya lain dalam jangka panjang untuk menyelesaikan masalah ini,” kata Amsakar.
Pembersihan eceng gondok di Duriangkang hanya merupakan langkah awal upaya normalisasi waduk. (Amsakar Achmad)
Menurut dia, penanganan alih fungsi lahan di daerah tangkapan air dan pengerukan sedimentasi waduk membutuhkan biaya besar yang anggarannya paling tidak perlu dirancang dua tahun sebelum proyek dilakukan. Oleh karena itu, kedua hal tersebut belum bisa dilakukan oleh pemerintah dalam waktu dekat.
Adapun Waduk Duriangkang dipilih menjadi yang pertama dinormalisasi karena dam itu memasok 70 persen kebutuhan air bagi warga Batam. Saat ini, kapasitas produksi air baku Waduk Duriangkang yang normalnya 3.000 liter per detik turun menjadi maksimal hanya sekitar 2.710 liter per detik.
Kepala Kantor Air Badan Pengusahaan Batam Binsar Tambunan mengatakan luas genangan Waduk Duriangkang pada masa normal sebesar 2.400 hektar. Saat ini, sekitar 180 hektar genangan ditutupi eceng gondok. Diketahui eceng gondok itu dalam satu bulan bertumbuh sebanyak dua kali lipat dari jumlah awal.
“Nanti akan didatangkan satu unit harvester (mesin penuai) untuk dioperasikan di Waduk Duriangkang. Dalam satu hari, alat itu bisa mengangkat eceng gondok di lahan seluas 4.000 meter persegi,” ujar Binsar.
Menurut dia, penanganan Waduk Duriangkang saat ini sangat mendesak. Jika waduk terbesar di Batam itu daya tampungnya terus menurun, dikhawatirkan sebagian warga Batam akan merasakan dampaknya. “Harus segera ditangani karena kalau parah bisa saja nanti ada rationing (penggiliran) air lagi,” ujarnya.