West Java Festival Pamerkan Keunikan Budaya di Jabar
Gelaran West Java Festival 2019 menjadi ajang promosi kekayaan budaya dan pariwisata di Jawa Barat. Sebanyak 43 daerah dari kabupaten dan kota di Jawa Barat dan perwakilan provinsi lain berpartisipasi.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Gelaran West Java Festival 2019 menjadi ajang promosi kekayaan budaya dan pariwisata di Jawa Barat. Dikemas dalam rangkaian karnaval dan ekshibisi, sebanyak 43 daerah dari kabupaten dan kota di Jabar dan beberapa provinsi ikut meramaikan rangkaian puncak hari jadi ke-73 Provinsi Jabar ini.
Rangkaian West Java Festival (WJF) 2019 dilaksanakan di Gedung Sate, Bandung, pada 1-3 November 2019. Kegiatan ini dibuka oleh Gubernur Jabar Ridwan Kamil, Sabtu (2/11/2019), bersama Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo dan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komisaris Jenderal Heru Winarko.
Dimulai sekitar pukul 09.00, lebih dari 40 rombongan iring-iringan karnaval berjalan lebih kurang 200 meter sepanjang Jalan Diponegoro, tepat di depan Gedung Sate. Rombongan yang berasal dari daerah peserta festival ini kemudian berhenti di hadapan panggung utama untuk melakukan atraksi, seperti tarian tradisional dari daerah masing-masing. Sepanjang rute, ratusan warga menonton sambil memfoto keunikan-keunikan budaya dari setiap daerah.
Azzis (26), warga Kiaracondong, Bandung, menyaksikan iring-iringan karnaval bersama dua temannya. Mereka terlihat mengomentari beberapa penampilan, terutama yang berasal dari luar Jabar. ”Penampilan dari peserta DKI Jakarta asyik karena saya suka budaya Betawi,” ucapnya.
Festival budaya seperti ini sebaiknya lebih banyak ditampilkan.
Menurut Azzis, festival budaya seperti ini sebaiknya lebih banyak ditampilkan sehingga dirinya bisa mengetahui keragaman budaya di Nusantara, tidak hanya budaya populer yang dikenal. Dia senang, pengunjung yang berada di sekitarnya bersemangat dan tertarik pada acara karnaval tersebut.
Dalam sambutannya, Ridwan Kamil menuturkan, festival ini bertujuan untuk menyambut keberagaman dan keluhuran nilai-nilai budaya di Jabar. Selama ini, Jabar hanya dikenal dengan budaya Sunda. Namun, lanjutnya, Jabar terdiri atas tiga kelompok kebudayaan yang memiliki basis berbeda.
Kelompok ini terdiri dari budaya Priangan di bagian tengah dan selatan Jabar. Selain itu, ada budaya Cirebonan di pantai utara (pantura) yang telah berbaur dengan budaya Jawa serta budaya Betawi di sebagian daerah Bekasi dan Bogor.
”Provinsi Jawa Barat hanya sebatas administrasi, sedangkan budayanya beranekaragam, terbagi atas tiga zona budaya. Karena itu, dengan karnaval ini, budaya-budaya tersebut semakin dikenal dan menjadi daya tarik wisata,” ujarnya.
Kekayaan budaya tersebut bisa menjadi daya tarik pariwisata. Kamil melanjutkan, kunjungan pariwisata di Jabar mencapai 60 juta yang didominasi wisatawan domestik. Karena itu, dia berkomitmen untuk menjadikan Jabar sebagai provinsi pariwisata agar seluruh pihak di Jabar memperhatikan kondisi pariwisata di wilayah sekitar. Hal ini diharapkan bisa semakin meningkatkan jumlah wisatawan.
Maraknya festival ini menjadi momentum bagi BNN untuk sosialisasi warga bebas narkoba. Kepala BNN Heru Winarko menyebutkan, Jabar menjadi perhatian karena menempati urutan kelima dalam prevalensi penyalahgunaan narkoba.
Dalam festival ini, BNN meluncurkan Rumah Edukasi Anti Narkoba (REAN), yaitu media digital yang dirancang untuk mengomunikasikan gerakan bebas narkoba di kalangan generasi muda. Selain itu, laman juga menampung kreasi pemuda karena dianggap bisa menjauhi mereka dari narkoba.
Heru berujar, kualitas hubungan dalam keluarga menjadi benteng awal bagi generasi muda untuk menjauhi narkoba. Karena itu, kreativitas mereka diharapkan mendapat dukungan dari keluarga yang harmonis dan saling mendukung.