Pemerintah terus mendorong ekspor langsung dari daerah-daerah penghasil komoditas atau produk sehingga dapat memangkas waktu dan biaya.
Oleh
Reny Sri Ayu
·3 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Pemerintah berupaya memudahkan ekspor untuk terus memperbaiki neraca perdagangan. Salah satu yang ditingkatkan adalah ekspor langsung dari daerah-daerah penghasil komoditas atau produk sehingga dapat memangkas waktu dan biaya.
Hal ini dikatakan Menteri Perdagangan Agus Suparmanto saat melepas ekspor langsung berbagai komoditas asal Sulawesi Selatan ke beberapa negara di Terminal Peti Kemas, Pelabuhan Makassar, Sulsel, Rabu (20/11/2019). Beberapa komoditas yang diekspor di antaranya rumput laut, ikan, dan udang. Ada pula berbagai komoditas pertanian, seperti kakao, merica, dan kacang mete.
Salah satunya melakukan sinkronisasi aturan kebijakan untuk mendorong ekspor.
Ekspor langsung tanpa melalui Jakarta atau Surabaya sebenarnya sudah dilakukan di Pelabuhan Makassar sejak 2015, tetapi dengan negara tujuan yang masih terbatas. Beberapa tahun terakhir, negara tujuan ekspor langsung dari Makassar terus bertambah, di antaranya mencakup Amerika, beberapa negara di Eropa, dan Jepang.
”Kemendag terus berkomitmen mendorong investasi dan pertumbuhan industri dalam negeri. Salah satunya melakukan sinkronisasi aturan kebijakan untuk mendorong ekspor," ujar Agus.
Menurut dia, kebijakan yang menghambat ekspor dan menyulitkan impor bagi bahan atau material yang mendukung komoditas ekspor akan jadi perhatian untuk dibenahi. ”Tujuan kami adalah meningkatkan neraca perdagangan dan mendorong terbukanya peluang usaha dan lapangan kerja baru,” kata Agus.
Pemerintah pusat, kata Agus, akan bersinergi dengan pemerintah di semua daerah untuk mendorong ekspor langsung dari daerah. Hal tersebut terbukti meningkatkan efisiensi waktu dan biaya serta pemenuhan kontrak yang lebih cepat. Hal ini akan menguntungkan pengusaha.
Walau mendorong ekspor, Agus mengatakan, untuk sejumlah komoditas, ekspor perlahan akan dihentikan. Hal itu demi menarik investasi dan membuka lapangan kerja baru di dalam negeri dalam pengolahan bahan baku tersebut.
”Kita akan keluarkan kebijakan untuk pelarangan ekspor, misalnya pada nikel. Pada waktunya, (ekspor) akan kita hentikan agar investasi masuk dan membuka peluang usaha dan lapangan kerja baru. Jika ada usaha dan lapangan kerja baru, tentu saja akan meningkatkan konsumsi dan itu akan meningkatkan juga neraca perdagangan,” ujar Agus.
Ekspor langsung yang dilepas dari Terminal Peti Kemas Pelabuhan Makassar pada Rabu sebanyak 500 kontainer atau setara dengan 500 Teus (unit setara ukuran 20 kaki). Volume 500 kontainer ini setara dengan 7.930,51 ton. Tujuannya ke beberapa negara, seperti Jepang, China, Hong Kong, Vietnam, Korea Selatan, dan Taiwan. Total nilai ekspor ini mencapai 19,75 juta dollar AS (sekitar Rp 277 miliar).
Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah mengatakan, dengan ekspor langsung, kendala yang dihadapi eksportir, seperti waktu pengiriman yang lama dan biaya yang membengkak, bisa ditekan.
”Kita berharap keluhan eksportir bisa diminimalisasi. Apalagi, PT Pelindo sudah membuat inovasi dengan menyatukan semua izin ekspor. Ekspor yang tadinya lewat Surabaya dan Jakarta sekarang tidak lagi. Pengusaha juga sudah terbantu dengan pihak karantina yang kini lebih aktif dengan menjemput sampel produk dan tak lagi menunggu,” kata Nurdin.
Terbukanya ekspor langsung dari Sulsel, lanjut Nurdin, akan dijadikan peluang membangkitkan kembali ekspor udang dan kakao yang pernah menjadi komoditas unggulan Sulsel. Namun, untuk ini, Nurdin mengatakan akan melakukan pembenahan, mulai dari kualitas indukan, pengelolaan air, memperbaiki infrastruktur, produksi, serta mengedukasi petani ataupun petambak.