Kongres Perempuan Jateng Diharapkan Tak Hanya Hasilkan Slogan
Kongres Perempuan Jawa Tengah I resmi dibuka di Kota Semarang, Senin (25/11/2019). Diharapkan, ada hasil berupa rumusan untuk menjadi pijakan dalam langkah nyata dalam mengatasi berbagai isu terkait perempuan.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·2 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Kongres Perempuan Jawa Tengah I resmi dibuka di Kota Semarang, Senin (25/11/2019). Diharapkan, ada hasil berupa rumusan untuk menjadi pijakan dalam langkah nyata mengatasi berbagai isu terkait perempuan. Kongres bukan sekadar slogan.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Menteri PPPA) Gusti Ayu Bintang Darmawanti mengatakan, pihaknya memiliki lima prioritas. Di antaranya terkait pemberdayaan perempuan serta penurunan kekerasan terhadap perempuan dan anak.
Sejumlah kasus terkait isu-isu tersebut juga masih terjadi di Jateng. ”Karena itu, berbagai permasalahan yang ada perlu dikupas dalam kongres ini. Mudah-mudahan, rumusannya nanti tak hanya untuk perempuan Jateng, tetapi juga perempuan Indonesia,” kata Bintang.
Menurut data Pemerintah Provinsi Jateng, pada 2015-2019, tercatat ada 8.640 perempuan melaporkan dirinya mengalami kekerasan berbasis jender. Selain itu, lebih dari 50 persen perempuan kepala keluarga di Jateng tak memiliki akta nikah.
Karena itu, berbagai permasalahan yang ada perlu dikupas dalam kongres ini. Mudah-mudahan, rumusannya nanti tak hanya untuk perempuan Jateng, tetapi juga perempuan Indonesia.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Jateng Retno Sudewi menjelaskan, persoalan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan buta huruf perempuan juga akan dibahas.
Lewat pembahasan itu, Kongres Perempuan Jawa Tengah I diharapkan menjadi tonggak pelaksanaan kongres-kongres selanjutnya. ”Hasil kongres juga diimplementasikan dalam program jangka pendek dan jangka panjang sehingga bukan hanya slogan,” kata Dewi.
Solusi bersama
Kongres Perempuan Jateng I, pada 25-26 November 2019, diinisiasi Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Jateng bersama Badan Koordinasi Organisasi Wanita Jateng. Acara dalam rangka memperingati Hari Ibu itu juga bentuk konsolidasi gerakan sosial untuk mencari solusi bersama.
Kongres dengan tema ”Menguatkan Kepemimpinan Perempuan untuk Mewujudkan Pemerintahan yang Demokratis, Adil, dan Sejahtera” itu diikuti sekitar 700 orang. Mereka terdiri dari berbagai profesi, lembaga swadaya masyarakat, komunitas, dan lainnya.
Dengan menghadirkan sejumlah narasumber, terdapat diskusi bersifat tematik. Sejumlah isu yang diangkat dan didiskusikan di antaranya adalah kesenjangan, diskriminasi dan kekerasan terhadap perempuan, tingkat kesehatan ibu, dan angka kematian ibu.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menuturkan, di era cepatnya perubahan, ada peradaban dan paradigma yang bergeser. Perkembangan teknologi juga banyak membawa banyak perubahan dalam kehidupan yang ada saat ini.
”Terkait perubahan itu, di mana posisi perempuan? Perempuan harus bisa melompat ke arah sana. Sebab, semakin hari tidak lagi jenis kelamin yang dilihat, tetapi kamu bisa apa? Kita harus persiapkan itu. Perempuan harus berdaya,” kata Ganjar.