Ribuan Hafiz Jawa Barat Sebar Islam Damai Hingga ke Desa
Ribuan penghapal Alquran atau hafiz di Jawa Barat diminta terus menyebarkan dan mengajak warga mendalami ajaran agama yang luhur. Harapannya, transfer pengetahuan itu dapat mencegah maraknya paham intoleran.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS – Ribuan penghapal Alquran atau hafiz di Jawa Barat diminta terus menyebarkan dan mengajak warga mendalami ajaran agama yang luhur. Harapannya, transfer pengetahuan itu dapat mencegah maraknya paham intoleran yang memanfaatkan ketidaktahuan masyarakat.
Hal itu dikatakan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil saat melepas 1.500 hafiz yang ikut Program Satu Desa Satu Hafiz (Sadesha), Kamis (5/12/2019). Mereka berasal dari berbagai desa di Jabar. Program ini dicanangkan Pemprov Jabar untuk meningkatkan pemahaman agama islam di tengah masyarakat melalui hapalan kitab suci Alquran.
Kamil menuturkan, program ini bertujuan menciptakan generasi tangguh dan memiliki pemahaman tinggi dalam agama Islam. Dia berharap, dengan menghapal Alquran, pemeluk agama Islam di Jabar terus mendalami ajaran agama secara menyeluruh untuk meningkatkan rasa cinta damai dan toleran.
Kamil memaparkan, setiap hafiz diminta menambah paling tidak 10 santri yang menghapal Alquran, saat sudah berada di tengah masyarakat. Para hafiz juga diharapkan bisa menambah wawasan Islam yang damai dan moderat sehingga dapat menghindari warga desa dari paparan nilai-nilai intoleran.
“Program ini sesuai dengan tujuan kami meningkatkan kualitas sumber daya manusia Jawa Barat, tidak hanya dari segi keilmuan tapi juga keagamaan. Kami ingin memperkenalkan Islam Indonesia yang damai kepada dunia,” tuturnya.
Pelepasan ini dilakukan bersama Ketua Jam\'iyyatul Qurra wal Huffazh Nahdlatul Ulama (JQH NU) Jawa Barat Cecep Abdullah Syahid. Organisasi pembaca dan penghapal Alquran dari NU ini mendukung penuh program itu. Cecep berujar, bersama Pemprov Jabar, mereka menargetkan bakal ada 6.000 hafiz yang akan disebar ke seluruh desa di Jabar.
“Sekarang baru termin pertama. Tahun depan akan kami lihat lagi. Semoga program ini ikut menopang keilmuan Islam di masyarakat,” tuturnya.
Cecep menjelaskan, satu hafiz ditempatkan di satu desa dan akan mengajarkan teknik menghapal Alquran. Tidak hanya itu, mereka juga akan diberikan bekal untuk memahami nilai-nilai yang terkandung dalam kitab suci tersebut.
Sekarang baru termin pertama. Tahun depan akan kami lihat lagi. Semoga program ini ikut menopang keilmuan Islam di masyarakat
Menurut Cecep, pemahaman yang tidak menyeluruh membuat warga desa mudah terpapar paham intoleransi karena perbedaan keyakinan. Dia berujar, hal tersebut terjadi karena masyarakat tidak diberikan pemahaman dan ajaran Alquran secara menyeluruh.
“Pemahaman yang hanya setengah-setengah ini tidak baik. Sesuai dengan istilah kami para santri, kalau makan ikan harus dari kepala sampai ekor Dengan memahami dan menghapal seluruh Alquran, warga akan tahu, Islam itu cinta damai dan menerima perbedaan,” tuturnya.
Husna Nadiyya (23), hafizah dari Desa Pabuaran, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor berharap warga bisa mendapatkan ilmu Islam yang cinta damai sesuai dengan tujuan program tersebut. “Di Pabuaran, saya akan masuk ke pesantren-pesantren dan membantu santri menghapal Alquran. Selain itu, di setiap pengajian saya akan memberikan pemahaman Islam itu menerima perbedaan, bukan membencinya,” tutur Husna.