Alat Berat Disiagakan di Jalur Rawan Bencana Jatim
Kondisi jalan nasional di Jawa Timur secara umum dinyatakan siap melayani gelombang arus mudik liburan Natal dan perayaan Tahun Baru yang diprediksi terjadi mulai akhir pekan ini.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Kondisi jalan nasional di Jawa Timur secara umum dinyatakan siap melayani gelombang arus mudik liburan Natal dan perayaan Tahun Baru yang diprediksi terjadi mulai akhir pekan ini. Titik-titik rawan bencana telah dipetakan dan diantisipasi dengan menyiagakan alat berat.
Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional VIII Surabaya melaporkan panjang jalan nasional di Provinsi Jatim hampir mencapai 3.000 kilometer dengan rincian panjang jalan yang telah terhubung 2.361,23 km, sedangkan 675 km lainnya belum terhubung, yakni jalan lintas pantai selatan.
Sementara itu, jalan lintas pantai utara, lintas tengah, jalan penghubung lintas, dan jalan tol sudah terhubung. Dari total jalan nasional yang sudah terhubung 2.361,23 km, sepanjang 1.126,31 km atau 47,70 persen di antaranya dalam kondisi baik. Sisanya, sepanjang 1.235 km atau 63 persen dalam kondisi rusak ringan hingga berat.
Jalan nasional yang kondisinya rusak ringan sepanjang 141 km atau 5 persen, rusak sedang sepanjang 1.073 km atau 45 persen, dan rusak berat sepanjang 0,83 persen atau 19,6 km. Jalan yang rusak berat itu berada di jalur pantura mulai Kabupaten Lamongan hingga Kabupaten Tuban.
”Kondisi jalan yang rusak itu sudah diperbaiki dan perbaikan dijadwalkan selesai sebelum H-1 libur Natal dan Tahun Baru 2020. Dengan demikian, secara keseluruhan kondisi jalan nasional di Jatim siap dilintasi,” ujar Kepala Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional (BBPJN) VIII Ahmad Subki, Rabu (18/12/2019).
Waspadai rawan bencana
Subki menambahkan, di ruas jalan nasional yang sudah terhubung sepanjang 2.361 km terdapat titik-titik rawan bencana banjir dan longsor. Bencana ini berpotensi tinggi terjadi selama rentang libur Natal dan Tahun Baru karena saat itu memasuki musim hujan. Kewaspadaan pun mutlak diperlukan.
Mengantisipasi terjadinya bencana, BBPJN VIII telah memetakan lokasi rawan longsor dan banjir di 38 kabupaten dan kota di Jatim. Hasilnya, diidentifikasi 21 titik rawan banjir dan 12 titik rawan longsor. Lokasi rawan longsor itu antara lain berada di jalur Jember-Glenmore, Pacitan-Jarakan, Trenggelek (Dengok), Ponorogo, dan Trenggalek (Durenan-Prigi).
Sementara itu, lokasi rawan banjir itu di antaranya di Ngawi (Mantingan), Lamongan, Bangkalan, Kabupaten Pasuruan (Kraton) dan Sidoarjo. Di Kabupaten Sidoarjo bahkan terdapat dua titik rawan banjir, yakni jalur Taman-Krian dan Jalan Raya Porong. Banjir di Jalan Raya Porong kerap terjadi karena kondisi badan jalan yang mengalami penurunan hingga 2 meter akibat terdampak semburan lumpur Lapindo.
Kepala Bidang Pembangunan BBPJN VIII Yuliansyah menambahkan, pada jalur-jalur yang rawan bencana longsor dan banjir, pihaknya telah menyiapkan 25 posko. Posko yang menempati kantor para pejabat pembuat komitmen itu dilengkapi dengan alat berat yang bisa dimobilisasi setiap saat.
”Posko itu juga bisa dimanfaatkan oleh pengendara untuk beristirahat, melepas penat dan lelah selama menempuh perjalanan jauh. Istirahat yang cukup merupakan upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh kelalaian manusia,” kata Yuliansyah.
Mengantisipasi bencana banjir di Jalan Raya Porong, Kepolisian Resor Kota Sidoarjo dan BPBD Sidoarjo telah mendirikan posko tanggap bencana, menyiagakan personel, dan sarana pendukung, seperti perahu karet. Penyiagaan pompa untuk menyedot genangan air juga dilakukan. Apalagi kondisi kolam penampungan lumpur yang berada di tepi jalan mulai penuh sehingga rawan meluber saat hujan deras.
”Polresta Sidoarjo bahkan sudah melakukan rekayasa lalu lintas untuk mengalihkan kendaraan saat terjadi banjir. Biasanya kendaraan akan dialihkan ke jalan arteri Porong sehingga kerap terjadi penumpukan dan menimbulkan kemacetan panjang. Hal-hal seperti itulah yang diantisipasi,” ucap Kepala Polresta Sidoarjo Kombes Zain Dwi Nugroho.