Tiket Pesawat Mahal, Wisata Lokal Jadi Pilihan Warga Ambon
Di tengah kondisi ekonomi yang sedang lesu dan harga tiket pesawat yang mahal, lokasi wisata yang mudah dijangkau dan murah menjadi pilihan warga Ambon menghabiskan liburan Natal dan Tahun Baru.
Oleh
Fransiskus Pati Herin
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS — Untuk menghabiskan waktu liburan Natal hingga menyongsong pergantian tahun, ribuan warga membanjiri sejumlah lokasi wisata pantai di Pulau Ambon, Maluku. Di tengah kondisi ekonomi yang sedang lesu dan harga tiket pesawat yang mahal, lokasi wisata yang mudah dijangkau dan murah menjadi pilihan warga.
Salah satu obyek wisata yang ramai didatangi adalah Pantai Natsepa, seperti yang terpantau pada Kamis (26/12/2019) petang. Lokasi lain yang juga ramai didatangi adalah Pantai Liang di bagian tenggara dan sejumlah pesisir pantai di bagian utara hingga barat Pulau Ambon.
Setelah batal ke Bali, kami ingin ke Surabaya, tetapi akhirnya juga tidak jadi. Tiket pesawat terlalu mahal.
Di Pantai Natsepa, pengunjung yang didominasi anak-anak dan remaja itu lebih banyak berenang menikmati air laut bening dengan dasar pasir putih. Air laut yang sedang pasang sangat cocok untuk berenang. Data yang dihimpun dari pos penjualan karcis, jumlah pengunjung hari ini mencapai 500 orang.
Marina Tetelepta (31), pengunjung, menuturkan, ia dan keluarga tidak jadi berlibur ke Bali lantaran harga tiket pesawat yang masih tinggi. ”Setelah batal ke Bali, kami ingin ke Surabaya, tapi akhirnya juga tidak jadi. Tiket pesawat terlalu mahal,” kata ibu dua anak itu. Setiap tahun hingga dua tahun lalu, keluarga Marina sering menghabiskan liburan di luar Maluku.
Dari hasil penelusuran di aplikasi penjualan tiket dalam jaringan, harga tiket pesawat dari Ambon ke Denpasar, Bali, pada 30 Desember paling murah Rp 2,2 juta dengan waktu perjalanan hampir 11 jam, termasuk transit. Sementara harga tiket Ambon ke Surabaya pada tanggal yang sama paling murah Rp 1,7 juta dengan lama perjalanan hampir 4 jam, termasuk transit.
Menurut Marlina, yang memiliki usaha dagang itu, harga tiket tersebut masih bisa dijangkau jika kondisi perekonomian stabil. Namun, saat ini ekonomi sedang lesu. Penghasilan dirinya sebagai pedagang anjlok hingga 50 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. ”Lihat saja berapa banyak yang belanja saat Natal. Pasar dan mal tidak terlalu ramai,” ucapnya.
Kondisi itu membuat mereka hanya bisa menikmati liburan akhir tahun di Ambon. Wisata pantai menjadi pilihan karena mudah dijangkau dan murah. Pantai Natsepa, misalnya, berjarak sekitar 18 kilometer dari pusat Kota Ambon. Biaya masuk Rp 3.000 per orang.
Ongen, pengelola agen perjalanan wisata ke Banda Naira, menuturkan, wisatawan Nusantara yang ingin berkunjung ke daerah itu terus berkurang. Liburan akhir tahun ini pun sepi. Kondisi tersebut mulai terasa sejak kenaikan harga tiket pesawat pada Oktober 2018.
Pelaku wisata di Banda Naira mengeluhkan hal itu. Banyak pemandu jelajah bawah air yang untuk sementara menutup usaha mereka. Banda Naira menjadi salah satu destinasi wisata di Maluku yang memiliki banyak titik wisata penyelaman.
Akses transportasi dari Ambon ke Banda menggunakan pesawat perintis, kapal Pelni, dan kapal swasta. Jadwal yang pasti hanya kapal Pelni, sementara kapal swasta bergantung pada kondisi cuaca dan jumlah penumpang. Jika penumpang tidak mencapai lebih dari 50 persen jumlah kursi, operator kapal membatalkan pelayaran.
Yusnita Tiakoly, pelaku wisata di Kabupaten Seram Bagian Barat, juga merasakan hal yang sama. Jalan keluar yang ia ambil adalah menggaet warga Kota Ambon dan sekitarnya lewat paket wisata ke pulau-pulau kecil di bagian barat Pulau Seram. Momentum akhir tahun ini menjadi kesempatan pertamanya. Pulau-pulau yang akan didatangi adalah Manipa, Kelang, dan Buano.
”Yang ditawarkan adalah berkemah, snorkeling, dan mancing, itu sekitar dua hari. Keindahan di Maluku masih banyak yang belum diketahui orang luar. Tidak perlu buang-buang duit ke luar Maluku atau ke luar negeri, kita gairahkan pariwisata di tempat kita,” ujarnya.