Pemulihan Pascabencana Mulai Dilakukan di Labuhanbatu Utara
Pemerintah masih melakukan pemulihan pascabencana banjir bandang yang melanda Desa Pematang dan Hatapang, Kecamatan Na IX-X, Kabupaten Labuhan Batu Utara, Sumatera Utara, agar ekonomi masyarakat bisa kembali normal.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
AEK KANOPAN, KOMPAS — Pemerintah mulai melakukan pemulihan pascabencana banjir bandang yang melanda Desa Pematang dan Hatapang, Kecamatan Na IX-X, Kabupaten Labuhan Batu Utara, Sumatera Utara, agar ekonomi masyarakat bisa kembali normal. Pencarian korban hilang masih terus dilakukan. Tiga dari lima korban hilang telah ditemukan meninggal.
”Kami berfokus melakukan pemulihan pascabencana agar ekonomi masyarakat bisa berjalan kembali. Saat ini, warga dua desa tersebut masih mengungsi ke rumah kerabat atau tetangga mereka,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumut Riadil Akhir Lubis, Jumat (3/1/2020).
Riadil mengatakan, pemulihan pascabencana dilakukan oleh petugas gabungan yang terdiri dari BPBD Sumut, Pemkab Labuhanbatu Utara, Badan SAR Nasional, kepolisian, TNI, sukarelawan, dan masyarakat. Para petugas itu masih terus membersihkan rumah, permukiman, dan jalan dari material banjir bandang berupa batu, batang pohon, dan lumpur yang melanda pada Minggu (29/12/2019). Petugas juga mendirikan dapur umum untuk para korban banjir bandang.
Riadil mengatakan, berdasarkan hasil pendataan yang dilakukan BPBD, ada 36 rumah yang rusak. Rumah dengan kategori rusak berat itu tidak bisa lagi diperbaiki karena hanyut ke sungai atau roboh. Pemerintah berencana membangun kembali rumah para korban.
Sementara, puluhan rumah lainnya mengalami rusak ringan karena tertimbun material banjir bandang. Rumah yang mengalami rusak ringan akan diperbaiki petugas gabungan dan masyarakat. Petugas membantu membersihkan lumpur dan material lainnya yang masuk ke dalam rumah. ”Kami berupaya memperbaiki secepat mungkin agar bisa ditempati warga,” katanya.
Selain rumah, ladang warga seluas 15 hektar juga rusak diterjang banjir bandang. Material banjir bandang masih menumpuk di lahan pertanian itu. Banjir juga merusak sistem irigasi sawah di empat lokasi.
Petugas gabungan bersama masyarakat akan membersihkan lahan pertanian itu agar segera bisa ditanami warga kembali. ”Kami menurunkan empat alat berat ekskavator antara lain untuk membersihkan ladang pertanian,” kata Riadil.
Petugas gabungan bersama masyarakat akan membersihkan lahan pertanian itu agar segera bisa ditanami warga kembali.
Riadil mengatakan, tim juga masih terus memperbaiki akses jalan menuju dua desa terdampak banjir bandang yang terputus karena jalan longsor sepanjang 100 meter dengan kedalaman 5 meter. Dua jembatan besar rusak, empat jembatan kecil terputus, dan jalan tertimbun batu, batang pohon, dan lumpur.
Petugas telah berhasil membuat jalan darurat menuju dua desa tersebut melalui ladang warga. Namun, jalan itu masih sulit dilalui kendaraan karena berlumpur akibat hujan yang masih terus turun pada sore hari.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Labuhanbatu Utara Sugeng membenarkan tim TNI sedang membuat jembatan darurat menuju dua desa itu. ”Jembatan itu sangat penting untuk mengirim bantuan dan personel ke lokasi bencana,” katanya.
Sugeng mengatakan, pihaknya juga membuka dapur umum untuk memasok kebutuhan dasar korban. ”Bantuan dari masyarakat pun masih terus berdatangan ke Labuhanbatu Utara,” katanya.
Satu korban ditemukan
Koordinator Pos SAR Tanjungbalai dan Asahan Bobi Purba mengatakan, tim SAR gabungan berhasil menemukan seorang lagi korban meninggal yang diduga merupakan Reni Yana Sipahutar (7), Kamis (2/1/2020) sore. Tim sebelumnya sudah menemukan dua korban lainnya pada Rabu (1/1/2020), yakni Cahaya Nasution (27) dan Irul Sipahutar (4).
”Korban ditemukan di aliran sungai sekitar 30 kilometer dari rumah mereka yang hanyut,” kata Bobi.
Hingga saat ini, tim SAR gabungan masih terus mencari dua korban lainnya, yakni Ahmad A Sipahutar dan Reja Sipahutar. Lima korban itu merupakan ayah, ibu, dan tiga anaknya. Pencarian dilakukan hingga lebih dari 30 kilometer dari lokasi awal. Pencarian terkendala banyaknya batu dan pohon besar.