Jejaring Santri Internasional Komitmen Berantas Ekstremisme
Universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng, Jombang, bekerja sama dengan Aslamiyah Foundation, sebuah organisasi jamaah Thariqat Naqsabandy yang berbasis di Inggris, untuk memerangi paham ekstremisme.
Oleh
IQBAL BASYARI
·2 menit baca
JOMBANG, KOMPAS — Paham ekstremisme menjadi ancaman kehidupan berbangsa dan bernegara, terutama di negara dengan latar belakang penduduk beragam, termasuk Indonesia. Untuk itu, kalangan santri dan kampus berkomitmen memberantas paham ini, termasuk berjejaring dengan dunia internasional.
Isu terkait ekstremisme telah menjadi bahasan para tokoh agama dunia karena bertentangan dengan nilai-nilai agama itu sendiri. Di kalangan Muslim, mereka bekerja sama menghadapi kelompok yang terus menyebarkan kebencian terhadap pemeluk agama Islam maupun agama-agama lain.
Di Indonesia, kelompok santri dan kampus terus memperkuat jejaring untuk melawan perkembangan paham ekstremisme. Seperti yang dilakukan Universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng yang bekerja sama dengan Aslamiyah Foundation, organisasi jamaah Thariqat Naqsabandy yang berbasis di Inggris.
Wakil Rektor III Universitas Hasyim Asy’ari Mif Rohim, Sabtu (4/1/2020), di Jombang, Jawa Timur, mengatakan, dalam forum akademik bertajuk ”Academic Forum Between Unhasy and Aslamiyah Foundation, The Growth of Islam in Europe and Asia” di gedung Rektorat Unhasy Tebuireng, Jombang, Rabu (1/1), disepakati sejumlah komitmen bersama menangkal perkembangan paham ekstremisme.
”Kerja sama dilakukan dengan pertukaran informasi, pertukaran pelajar, dan kerja sama dalam syiar agama Islam yang ramah. Kami juga sepakat melakukan riset bersama terkait penangkalan paham ekstremisme,” kata Mif Rohim.
Dia menuturkan, seiring perkembangan zaman, konflik justru semakin tajam karena perbedaan terus ditonjolkan. Seharusnya, umat manusia bersatu karena mereka pasti memiliki persamaan, seperti prinsip beragama yang sama-sama menyembah Tuhan. ”Yang terpenting tidak ada intervensi dalam menjalankan ibadah,” ucapnya.
Oleh sebab itu, Universitas Hasyim Asy’ari yang mewakili Asia dan Aslamiyah Foundation yang mewakili Eropa akan bekerja sama untuk menciptakan keharmonisan dalam beragama. Penyebaran Islam di Asia maupun Eropa pada mulanya sama-sama melalui jalur yang humanis, tanpa unsur kekerasan dan pemaksaan.
”Di Inggris, penyebaran Islam dilakukan melalui kegiatan amal yang ditujukan untuk semua masyarakat, tak terkecuali non-Muslim, sehingga dengan cara seperti itu Islam berkembang. Kini, masyarakat Muslim Inggris mencapai 2 juta orang, masjid juga sudah bertebaran di mana-mana,” tutur Mif Rohim.
Dosen Pendidikan Bahasa Arab Universitas Hasyim Asy’ari, Fathur Rohman, mengatakan, Indonesia memiliki daya tarik bagi umat Muslim dunia karena merupakan negara dengan pemeluk Islam terbesar di dunia. Masyarakatnya dikenal ramah. Adapun peninggalan ulama penyebar agama Islam tetap terjaga dengan baik.
”Ini bagian dari upaya membuat citra Islam yang damai, bukan radikal,” ucapnya.