Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memprediksi terjadi peningkatan pasang air laut di wilayah pesisir Surabaya, Jawa Timur, pada Kamis-Sabtu (9-11/1/2020).
Oleh
IQBAL BASYARI
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memprediksi terjadi peningkatan pasang air laut di wilayah pesisir Surabaya, Jawa Timur, pada Kamis-Sabtu (9-11/1/2020). Warga diimbau waspada karena fenomena tersebut berpotensi menimbulkan banjir rob.
Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Kelas I Juanda, Teguh Tri Susanto, Rabu (8/1/2020), di Surabaya, mengatakan, pasang air laut maksimum di pesisir Surabaya akan terjadi bertepatan pada gerhana bulan penumbra yang akan terjadi pada 11 Januari 2020 dini hari. Kenaikan air laut diperkirakan terjadi pada Kamis-Sabtu dengan ketinggian 130-150 sentimeter dari biasanya.
Semua sungai yang kewenangannya ada di Pemkot Surabaya sudah dibangun pintu air untuk mengantisipasi banjir rob karena Surabaya letaknya 5 meter di bawah permukaan air laut, jadi kami harus antisipasi. (Tri Rismaharini)
”Pasang air laut maksimum diperkirakan berlangsung pukul 22.00 hingga pukul 24.00, terjadi di pesisir Surabaya, Sidoarjo, dan Pasuruan,” kata Teguh.
Menutup pintu air
Untuk mengantisipasi banjir rob, menurut Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, pihaknya akan menutup pintu air di muara sungai jika terjadi pasang air laut. Langkah ini dilakukan agar air pasang laut tidak masuk ke sungai yang dapat menimbulkan banjir rob.
”Semua sungai yang kewenangannya ada di Pemkot Surabaya sudah dibangun pintu air untuk mengantisipasi banjir rob karena Surabaya letaknya 5 meter di bawah permukaan air laut, jadi kami harus antisipasi,” ujar Risma.
Tak hanya banjir rob, Risma juga mengimbau nelayan untuk sementara waktu tidak melaut karena tinggi gelombang di perairan Surabaya 1,75 meter. Kondisi ini dikhawatirkan mengancam keselamatan para nelayan.
Sebagai kompensasi, Pemkot Surabaya memberikan bantuan berupa bahan pokok kepada sekitar 1.800 nelayan terdampak. ”Hari ini, kami mulai menyalurkan beras kepada nelayan karena sudah sekitar dua hari tidak melaut,” katanya.
Jika ingin kembali melaut, nelayan diminta memanfaatkan informasi cuaca yang dipasang di papan informasi cuaca yang dibangun di delapan titik sentra nelayan. Di papan informasi, disebutkan kondisi prakiraan cuaca di laut, seperti suhu, cuaca, kelembaban udara, kecepatan angin, tinggi gelombang, dan jarak pandang.
Risma mengingatkan warga untuk waspada karena cuaca buruk masih akan terjadi selama seminggu. Warga diingatkan tidak berada di bawah pohon saat angin berlangsung. Pihaknya juga terus memotong pohon berusia tua dan dinilai lapuk.
Kepala Seksi Ruang Terbuka Hijau di Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau Kota Surabaya Rochim Yuliadi menuturkan, pihaknya terus memotong ranting dan batang pohon berkanopi tebal. Alasannya, pohon-pohon tersebut rentan tumbang karena tidak kuat menahan terjangan angin.
Selain itu, 91 pohon yang tumbang saat terjadi hujan disertai angin selama tiga hari terakhir sudah dibersihkan. Kejadian itu juga mengakibatkan dua pengendara motor tewas karena tertimpa pohon.
”Kami menambah posko pantau siaga darurat yang biasanya ada di 6 lokasi menjadi 12 lokasi untuk menangani pohon tumbang. Sebanyak 84 personel disiagakan, terutama saat petang dan malam ketika hujan deras mengguyur Surabaya,” kata Rochim.