Sodetan Sungai untuk Tanggulangi Kebakaran Lahan di Sumsel
BPBD Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan membuat sodetan atau terusan buatan yang menghubungkan Sungai Meriak dan Sungai Keramasan. Sodetan diharapkan meminimalisasi kebakaran lahan.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
INDRALAYA, KOMPAS — Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan, membuat sodetan atau terusan buatan yang menghubungkan Sungai Meriak dan Sungai Keramasan. Sodetan diharapkan dapat meminimalisasi kebakaran lahan di lima kecamatan di Ogan Ilir.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Ogan Ilir Zamhuri, Kamis (16/1/2020), mengatakan, pembangunan sodetan ini sudah dimulai sejak 2019 dan hingga kini terus berjalan. Panjang sodetan yang sudah dibangun mencapai 8,8 kilometer dari 12,4 kilometer yang ditargetkan. Untuk tahap pertama, pembangunan akan selesai pada 29 Februari 2020 sesuai dengan status Siaga Pemulihan dan Perbaikan Lahan akibat Karhutla.
Rencana pembangunan sodetan ini dilakukan setelah Zamhuri menyadari Kabupaten Ogan Ilir dikelilingi sejumlah aliran sungai, yakni Sungai Keramasan dan anak Sungai Musi yakni Sungai Meriak. Aliran air itu diharapkan bisa mengurangi potensi kebakaran yang terjadi.
Lalu, dibangunlah sodetan yang menyalurkan air dari Sungai Meriak ke Sungai Keramasan. ”Saluran ini diharapkan dapat memulihkan kembali lahan gambut yang kering di musim kamarau karena aktivitas perkebunan sawit di sekitarnya,” katanya.
Jika proyek senilai Rp 40 miliar ini rampung, sodetan tersebut dapat membasahi lahan gambut seluas 250.000 hektar yang tersebar di 55 desa di 5 kecamatan yang kerap terbakar lahannya. Kelima kecamatan itu adalah Indralaya Utara, Indralaya, Indralaya Selatan, Pemulutan, dan Pemulutan Barat.
”Sebanyak 80 persen kebakaran di Kabupaten Ogan Ilir terjadi di lima kecamatan itu,” kata Zamhuri.
Sodetan tersebut dapat membasahi lahan gambut seluas 250.000 hektar yang tersebar di 55 desa di lima kecamatan yang kerap terbakar lahannya.
Selain itu, tersambungnya aliran sungai dapat menstabilkan tingkat keasaman air di Sungai Keramasan. ”Selama ini air Sungai Keramasan tidak bisa dikonsumsi. Bahkan, ikan tidak bisa hidup di sana,” katanya.
Sodetan diharapkan meminimalkan kebakaran lahan di Ogan Ilir sekaligus mengurangi pengeluaran negara akibat karhutla. ”Untuk biaya pengeboman air tahun lalu saja bisa mencapai Rp 200 miliar,” kata Zamhari. Dengan adanya sodetan, lahan diharapkan bisa terus basah sehingga tidak ada lagi kebakaran.
Kepala Penanganan Kedaruratan BPBD Sumsel Ansori mengatakan, kebakaran di Ogan Ilir sepanjang tahun 2019 telah menghanguskan lahan seluas 13.730 hektar atau sekitar 3,21 persen dari total luas lahan terbakar di Sumsel yang mencapai 428.356 hektar.
Baca juga : KLHK Menangkan Lagi Gugatan Karhutla
Kebakaran di Ogan Ilir itu telah menimbulkan banyak kerugian, antara lain terganggunya aktivitas lalu lintas di jalur lintas timur dan Tol Palembang-Indralaya yang menghubungkan Palembang dengan Kabupaten Ogan Ilir. Lalu lintas terganggu karena asap mengepul hingga ke tengah jalan. Asap juga menyebar ke Kabupaten Ogan Komering Ilir hingga Palembang akibat embusan angin dan mengganggu aktivitas warga. Kebakaran itu juga telah menghanguskan Kebun Raya Sriwijaya.
Ansori menuturkan, kebakaran yang terjadi di Sumsel disebabkan oleh pembukaan lahan karena kondisi lahan yang kering. ”Kalau kondisi lahan basah, tentu potensi kebakaran dapat dikurangi,” ujar Ansori.
Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Sumsel Hairul Sobri mengatakan, kebakaran lahan di Sumsel akan merusak kondisi gambut. Untuk itu, langkah pemulihan gambut menjadi solusi dari permasalahan kebakaran lahan
Pemerintah diminta lebih tegas untuk mengeluarkan izin kepada perusahaan yang ingin membuka lahan terutama di kawasan gambut dalam. Selain itu, perlu juga ada evaluasi izin terutama di perusahaan yang lahan konsesisnya terbakar.
”Sudah banyak perusahaan yang lahannya terbakar bahkan berulang, tapi sampai sekarang masih beroperasi,” katanya.